"Kau pasti gila karena akan menanggung semuanya sendirian.." Arsen masih megomel di sepanjang jalan. Dadanya benar-benar bergemuruh hebat. "Si brengsek itu bahkan nampak bahagia..."Nara terdiam sambil menghela nafasnya, ia akan menganggap omelan Arsen hanya sebuah nyanyian saja. Toh, pria itu tidak akan mengerti. Tapi tetap saja, kupingnya panas jika mendengar pria itu bicara tanpa henti.
"Tolong, berhentilah bicara.. anda membuat saya pusing!" Pinta Nara lirih. Dia sangat lelah hari ini. Dan omelan Arsen membuatnya bertambah pusing.
"Pusing? Kamu bodoh atau culun?" Sentak Arsen, memencet klakson berkali-kali ketika lampu merah menyala tapi kendaraan di depannya tak kunjung maju. Tapi lebih marah lagi pada Nara yang memang bodoh.
Nara memijit pelipisnya. "Pak Arsen... sebaiknya turunkan saya di jalan daripada anda mengomel terus menerus!" Pinta Nara tegas.
Tapi bukan Arsen kalau menuruti keinginan gadis itu. "Dia tidak terlihat berusia 19 tahun kan, Nara? Dan kenapa kamu diam saja dan bukannya datangi dia?" Lagi, Arsen ingin menginterogasi Nara. Rasa penasaran sangat menganggu pikiran Arsen saat tahu jika Nara tak kunjung memberinya surat undangan pernikahan. Iya, bukankah seharusnya mereka menikah?
"Dia siapa?"
"Laki-laki di supermarket tadi.. dia ayah dari bayimu kan?" Sial, Nara bodoh atau memang berpura-pura sih?
"Jangan sok tahu!" Kata Nara tegas. "Tadi itu sahabatku. Dan laki-laki itu adalah kakaknya. Aku cuma nggak mau mereka tahu kalau aku sedang hamil..." jelas Nara. Tidak ingin membuat Arsen terus bertanya dan mencecarnya.
"Hamil anak kakak sahabatmu, maksudmu begitu?" Arsen mencibir dengan sinis. "Gila.. apa salahnya kalau kamu bicara dengan jujur... apa dia sebrengsek itu?" Kesal, tentu saja. Itu yang di rasakan oleh Arsen.
"Anda tidak tahu apa-apa.. jadi tolong berhenti bicara..."
"Saya hanya mencoba peduli padamu, Nara!" Arsen berdecak sebal. "Tapi yasudah.. kamu memang tidak suka jika orang lain peduli padamu kan?"
"Terima kasih atas kepedulian anda. Tapi saya nggak butuh itu."
"Oh bagus.." tiba-tiba Arsen menghentikan mobilnya di bahu jalan—dan tindakan Arsen itu membuat Nara bertanya-tanya. "Turun dari mobil saya..." Arsen berucap tegas, membuat Nara tercengang. Namun dia bisa apa saat Arsen tiba-tiba mengeluarkan dompetnya, lantas pria itu menyerahkan dua lembar uang berwarna merah dari sana. "Pulang saja naik taksi online..." titah pria itu tanpa merasa iba sedikitpun.
Perasaan kesal Arsen membuatnya berbuat setega itu, bahkan pada seorang gadis yang sedang hamil!
Nara menatap pria itu dengan saksama. Tidak ada keraguan dari permintaan Arsen barusan. Pria itu benar-benar ingin dia turun dari mobilnya, terlihat sekali dari tatapan matanya yang nampak jengah. Sedetik, cukup membuat Nara mengambil keputusan untuk kemudian menyambar uang tersebut lalu keluar dari mobil pria itu sambil membawa tasnya. Nara bahkan sengaja menutup pintu mobilnya dengan kencang. Dan Arsen melongo, merasa tidak percaya jika gadis itu benar-benar mengambil uangnya dan pergi.
Sialan.
Tanpa menunggu lama, Arsen meninggalkan Nara sendirian disana sambil menggerutu ini dan itu.
***
Lisa mematikan telepon di tangannya ketika melihat Arsen masuk tanpa Nara di belakang pria itu. Raut muka putranya nampak suram ketika memasuki rumah, membuat Lisa bertanya-tanya.
"Arsen... kemana Nara?"
Pertanyaan maminya membuat kaki pria itu berhenti. "Pulang!" Jawab Arsen ketus. Menghiraukan tatapan maminya yang kebingungan, Arsen balik bertanya, "Kapan mami pulang?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret || End
RomanceNara hamil karena di jebak oleh kekasihnya. Seseorang yang ia cintai ternyata memanfaatkan tubuh gadis itu. Kepercayaan atas pria itu sudah sirna setelah Nara mengetahuinya. Meski hamil, Nara memilih pergi dan membawa rahasia tentang kehamilannya...