23 Maret pukul 00.45 dini hari tahun 2028, Jaemin berjalan seorang diri menyusuri kota di malam hari. Cukup sepi, kendaraan yang berlalu tidak ramai hanya beberapa yang melintas di setiap beberapa menit, sebagian toko toko juga sudah banyak yang tutup, hanya tersisa minimarket 24 jam yang masih terbuka. Lampu disepanjang jalan menyinari jalan yang ia tapaki malam ini. Jaemin bukan pria yang mengenaskan seperti di drama yang berjalan tengah malam karena banyak pikiran. Malam ini ia hanya tidak bisa tidur, ia bosan menunggu kantuknya dirumah itu sebabnya ia memutuskan untuk berjalan di sekitaran rumahnya. Rumah Jaemin berada di pusat kota tepatnya di distrik perbelanjaan. Jaemin sangat suka suasana kotanya di malam hari, begitu tenang. Ini bukan kali pertama Jaemin menyusuri jalan di malam hari. Disaat dirinya dilanda susah tidur ia memilih menghabiskan waktu dengan berjalan disekitar kota.
Jaemin terus berjalan tanpa arah mengelilingi distrik tempatnya tinggal, jaket hitam tebalnya menyelimuti tubuhnya di tengah terpaan angin malam yang dingin, kedua tangannya ia masukkan ke saku jaket tak lupa senandung musik favoritnya mengalun pelan melalui bibirnya yang sedikit kering karena hawa dingin. Sampai ketika senandungannya terhenti ketika ia terkejut saat mendengar sebuah jeritan frustasi dari arah taman disampingnya.
Jaemin melirik dan mendapati seorang pria bertubuh mungil tengah duduk dibangku taman sembari mengacak ngacak kepalanya dilengkapi dengan suara tangisannya yang cukup nyaring. Jaemin awalnya ragu untuk menghampiri pria itu, ia takut kalau pria itu adalah hantu penunggu taman karena dari rumor tetangga, taman itu memiliki penunggu. Namun Jaemin memilih membuang jauh jauh rasa takutnya kala melihat kaki sang pria itu yang ia hentak hentakkan ke tanah. Toh tidak ada hantu yang kakinya sampai ke tanah.
"Kamu gapapa?" Pria itu mengangkat kepalanya menatap Jaemin dengan tatapan tajam. Wajahnya terlihat berantakan matanya merah dan bengkak akibat menangis, lelehan air mata membekas di pelupuk mata dan pipinya, jangan lupakan hidung mancungnya yang ikut memerah.
"Menurutmu?" Jawabnya dengan nada tidak bersahabat.
"Hmm, kayaknya ngga." Jaemin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Arrgghhh sial!" Jerit pria mungil itu lagi sambil menghentak hentakkan kakinya ke tanah dan kembali menangis frustasi.
15 menit berlalu. Jaemin masih setia menemani pria itu menangis ditaman. Entah apa motivasinya untuk tetap tinggal disana biasanya ia tidak perduli dengan urusan orang lain tapi kali ini ia memilih untuk menemani pria kecil dihadapannya ini menangis sembari mengumpat tidak jelas. Lucu, pikirnya. Pria manis ini terlihat sangat frustasi tapi Jaemin malah menganggap pria berantakan didepannya ini sangat lucu dan menggemaskan. Aneh.
"Sampai kapan mau natap aku sambil senyum senyum ga jelas begitu hah!" Seketika Jaemin tersadar dari lamunannya.
"Namamu?" Tanya pria itu lagi dengan nenatap sinis ke Jaemin.
"Jaemin."
"Oh. Aku Renjun, Huang Renjun."
"Senang berkenalan denganmu Ronjon ssi." Seakan ditusuk pedang tak kasat mata kala tatapan pria di depan Jaemin ini menatapnya dengan begitu tajam.
"REN-JUN BUKAN RON-JON!"
"Ah maaf maaf. Omong omong Ronjon ssi, apa yang membuat menangis ditaman malam malam begini? Maksudku apa kau diusir ibumu? Atau bagaimana?"
"Enak aja diusir, anak kesayangan begini mana tega diusir."
"Siapa yang tau kan. Kalau gitu kenapa nangis ditaman? Kenapa ga dirumah aja?"
"Suka suka aku lah, menurutku kamu aneh!"
"Lho ko gitu? Kamu yang aneh nangis ko ditaman kayak ga ada rumah aja haha. "
KAMU SEDANG MEMBACA
our love
Fanfictionkoleksi oneshoot jaemren sayang 😘 jangan salpak ya Jaemren BxB awas jangan salah lapak homophobic jauh jauh