"Kamu yakin mau kesana sendirian?"
Entah sudah keberapa kali, Gauri mendengar pertanyaan tersebut terlontar untuknya hari ini. Ia menoleh malas, hanya untuk mendapati dua perempuan yang sedaritadi mengekorinya dari rumah sampai ke terminal.
"Sumpah ya kayaknya kuping aku bisa bengkak deh gara-gara kebanyakan denger itu dari kalian berdua," ucap Gauri jengah.
"Lebay deh. Inii serius nanya, Ga!"
"Ya aku juga serius Lunaa. Kalo ngga sendiri emang mau sama siapa lagi deh? kerjaan juga kerjaan aku sendiri." Gadis berumur pertengahan 20an itu memilih duduk, tiba-tiba merasa lelah. Entah tubuhnya, entah batinnya. Ia tak tahu pasti. Dan lagi-lagi, dua perempuan lainnya ikut mendudukkan diri dikedua sisinya.
"Aku cuma khawatir, Ga. Kita khawatir," Bila, salah satu dari dua teman perempuan Gauri tadi mencicit pelan.
"Khawatir apa sih, Bil? khawatir aku ketemu sama dia? nggak lah, ga mungkin. Udah gausah mikir kemana-mana. Aku kesana mau kerja bukan mau nemuin dia," Tegasnya.
"Yaudah tapi lo harus janji, jangan pernah sekalipun lo punya niatan buat nyari atau ketemu dia selama lo ada disana." Luna menatap lekat manik cokelat sayu milik Gauri, seolah menancapkan peringatan yang sarat akan keharusan disana.
Tak punya pilihan lain, Gauri akhirnya memilih untuk menganggukkan kepalanya. "Biar cepet," batinnya.
"Nanti kalo kamu udah dapet mess nya, kabarin kita. Kasih tau juga alamatnya dimana," Sabila yang berada di satu sisi lain Gauri menepuk nepuk pundak perempuan itu dengan lembut. Agak tidak rela ditinggal sahabatnya kerja di tempat yang jauh.
"Kayak yang mau nyamperin aja," cibir Gauri.
"Yakan kalo mau ngirim apa-apa bisa gampang dodol!" Gauri sempat linglung saat tiba-tiba kepalanya ditoyor dengan tenaga dalam oleh Luna.
"Lagian kenapa lo terima terima aja sih di pindahin kerja disana? Udah enak enak disini juga. Jangan-jangan lo emang sengaja ya soalnya deket tempat dia?!" Luna mendelik, kaget dengan ucapannya sendiri yang menurutnya cukup masuk akal itu.
"Kalo kata aku, kamu harus banyakin nonton Islam Itu Indah deh, Lun. Biar otak kotornya itu agak bersih. Suudzoonn mulu jadi orang ya gusti." Gauri mengusap dadanya. Semakin jengah dengan tingkah teman-temannya itu.
Pembicaraan masih terus berlangsung selama kurang lebih 35 menit sebelum akhirnya bus yang akan membawa Gauri keluar dari kota ini datang. Gadis itu meraih kopernya untuk kemudian di letakkan pada bagasi bus. Ia berbalik lagi, menyempatkan diri memeluk kedua temannya dengan perasaan sedih.
"Kabarin terus ya!" Teriak keduanya sampai Gauri menginjakkan kaki memasuki bus. Ia kemudian melambaikan tangan kepada Luna dan Sabila, karena bus benar-benar akan bergerak membawanya menjauh dari mereka sekarang.
Gadis itu hanya termenung sepanjang perjalanan. Beberapa kali menatap kearah luar jendela, pada ranting ranting pohon yang bergoyangan tertiup angin akhir tahun.
"Udah November lagi ya.. Kenapa tiap naik bus selalu pas November sih?" Gauri terkekeh pelan. Gadis itu berdialog dengan dirinya sendiri, mentertawakan dirinya sendiri pula.
Lagi-lagi Gauri mendecak pelan, masih tidak habis pikir kenapa atasannya hobi sekali memindahkannya ke Bandara lain. Gauri adalah seorang Ground Staff di bandar udara. Sebelumnya ia di tempatkan di Jakarta, 2 tahun kemudian di pindahkan ke Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani di Semarang tempat tinggalnya berada, dan kali ini ia dipindahkan kembali. Tujuan selanjutnya adalah Bandung. Bandara Internasional Husein Sastranegara.
Kalian pasti bertanya-tanya, kenapa seorang Ground Staff memilih untuk menaiki bus alih-alih pesawat? Jika mendengar pertanyaan tersebut, Gauri akan secara lugas menjawab,
"Karena sekarang adalah bulan November."
Gadis itu kini memilih untuk menutup gorden dan menyumbat kedua telinganya dengan earphone saat rintik air dari langit menyapanya dari kaca jendela. Ia memilih untuk memejamkan mata. Alih-alih mendengarkan alunan musik yang menyusup masuk kedalam telinganya, Gauri justru lebih mendengarkan apa yang hatinya suarakan saat ini.
Waktu itu Gauri juga duduk di seat 4A, ia juga mendengarkan lagu yang sama melalui earphone seperti waktu itu, ia juga memejamkan mata seperti sekarang karena diluar sedang hujan waktu itu. Satu-satunya yang berbeda adalah kekosongan yang ada di sebelahnya. Tidak ada yang memakai salah satu dari earphone disatu sisi telinganya, tidak ada yang menepuk nepuk pelan kepalanya, tidak ada pundak yang selalu menjadi sandaran paling nyaman untuknya. Tidak ada Ardanta disana. Baik disebelahnya, maupun dihatinya.
Dan sekarang gadis itu akan bertugas dikota tempat masalalunya tinggal. Kota tempat perasaannya dihancurkan. Kota tempat kenangan lamanya bersemayam. Ia tak begitu tahu seluk beluk kota Bandung. Karena jujur saja, Gauri baru pertama kali kesana sendirian. Dulu sekali, ia pernah kesana hanya untuk datang ke tempat laki-laki itu tinggal, kemudian pulang beberapa hari setelahnya tanpa sempat menyusuri kota itu terlebih dahulu. Gadis itu bahkan masih sangat ingat jalan menuju rumahnya, namun dengan segera ia tepis hal tersebut dari kepalanya sebelum ia memiliki niat lain. Gadis itu tiba-tiba meringis mengingat tatapan tajam Luna beberapa jam lalu saat memperingatkan nya.
Gauri tau semuanya. Tentang dia yang beberapa bulan yang lalu akhirnya memutuskan untuk bertunangan dengan gadis pilihan bunda nya, tentang dia yang berencana menikah tahun depan, Gauri mengetahui kabar tersebut. Mereka dulunya adalah 6 orang sekawan yang sayangnya sekarang sudah berpencar pencar karena pekerjaan.
Ardanta kerap kali mengabarkan kepada kawan kawannya itu perihal ia yang akan bertunangan, ia yang akan segera menikah dengan harapan bahwa kawan-kawan lamanya itu bersedia datang ke hari penting dalam hidupnya. Namun naas, tidak ada satupun yang dapat hadir karena jarak dan waktu yang cukup sulit bagi mereka untuk kembali bertegur sapa secara langsung setelah sekian lama. Hanya Gauri, Luna dan Sabila yang masih selalu bersama sama. Itupun sekarang tidak lagi setelah Gauri dipindah tugaskan kembali keluar kota.
Sisi gelap menginjak dewasa. Mereka yang ada disisi mu dimasa pertumbuhan tidak tentu akan selalu ada juga dimasa dewasamu, sampai kalian benar benar dihadapkan oleh yang namanya 'Kenyataan', kalian dapat melihat siapa siapa saja yang bertahan.
.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika | Suara Batin
Romance❝Sampai kapan kamu akan terus bersembunyi dibalik kata "Trauma" atau "Mati Rasa"? Katakan saja bahwa cintamu memang sudah habis di orang yang lama.❞ ©dearlyfiaa 2022 | Senandika