Hai hai readers yg ga sengaja menemukan kisah ini! Emm, mau ngomong apa ya (?) bingung sih. Tapi gue mau cerita kalo ini cerita panjang pertama yg gue publish disini. Hmm, tau kok ceritanya jauh dari cerita2 yg dikarang penulis beneran. Maklum lah ya amatiran hehehe naskah ini aja udah ditolak 2 penerbit *curcol* karna kesel *hehehe*, mau intropeksi, jadilah lewat wattpad ini gue publish. Makanya, keritik dan saran sangat diharepin nih :) *tapi yang membangun loh ya* ayo dong tinggalin jejak, jangan jadi silent reader aja hehehe *ga maksa sih* kalian ga sengaja mampir kesini aja udah seneng kok. Apalagi kalo mampirnya diterusin sampai part terakhir ;) seneng banget seneeng :D
I wish, you enjoy it ~-----
Matahari sudah hampir menyinari seluruh lapangan upacara SMP Singa pagi itu. Para siswa fokus kepada sesosok di atas podium yang sedang membacakan pembagian kelas untuk mereka. Satu per satu, siswa baru memisahkan diri dari barisan yang masih acak masuk ke barisan yang tersusun lebih rapih berdasarkan kelas mereka."Untuk kelas VII-2 ada Abdullah Trio, Ade Ningsih, Asep Udin, Benta Maya, Bela Prati..." suara Kenta ketua OSIS di SMP Singa menggema dari TOA.
Kenta mengambil nafas sebentar, "Selanjutnya kelas VII-4, untuk yang namanya di panggil tolong berbaris di depan Kak Tari. Anisa, Anton Putrasyat,..., Kissanash Mauriz Ayunda," perempuan berpipi gembil dengan paras yang menggemaskan keluar dari barisan yang masih acak. Ia, Kissanash Mauriz Ayunda memasuki barisan di kelas VII-4 dengan muka lesu.
Tidak ada satu orang pun yang ia kenal. Ia tidak hanya siswa baru di SMP Singa, tetapi ia juga warga baru di Kota Jakarta. Sebelumnya ia masih warga Kota Bogor sampai pada sebulan yang lalu ayahnya yang bekerja di PT KAI, diberikan tugas baru dan harus menetap di Jakarta. Kissa yang baru menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasarnya pun terpaksa pindah ke kota yang padat ini bersama dengan kedua orangtuanya. Teman - temannya di Bogor. Ia merasa sendiri dan asing. Di dalam barisan, anak - anak lain yang ternyata sekelas dengan teman SD-nya sudah berceloteh riang berjanji akan duduk bersama. 'Mampus deh gue, nanti duduk sama siapa iniiii?' pikirnya dalam hati.
"Ayok adek - adek kelas VII-4 ikuti saya ke lantai tiga ya," ujar Tari siswa kelas VIII. Para siswa baru pun menurut berjalan perlahan.
Kissa masuk ke dalam kelas paling terakhir. Dengan bingung ia celingukan melihat sekitarnya. "Hai, belom dapet bangku?" tanya seorang perempuan cantik. Kissa hanya menggeleng tersenyum lesu, "Sini, duduk sama gue aja..." ajak wanita itu lagi.
Dengan senang hati Kissa duduk di bangku sebelah perempuan itu, "Kenalin, gue Kissa. Lo?" tanya Kissa ramah sambil mengulurkan tangannya.
"Bilda," sahutnya membalas jabatan tangan Kissa, "dari SD mana?"
"SD Merpati di Bogor."
"Wah jauh amat. Baru pindah ya?"
"Iya, baru tiga hari yang lalu ke Jakarta. Lo sendiri dari SD mana?"
"SD Pinguin."
Kissa mengangguk-angguk pura-pura tahu letak SD itu. "Temen SD lo ga ada yang masuk SMP Singa juga Bil?"
"Ada, tapi kita ga sekelas. Gue terdampar sendiri ini di sini hahaha..."
Kissa mengangguk-angguk lagi, "Samaa... gue juga terdampar sendiri di sini. Terdampar jauh banget malah."
Bilda tersenyum maklum, "Nanti lo gue kenalin sama temen-temen gue juga deh..." Kissa mengangguk senang, "Oya Kiss, rencana mau ngambil ekskul apa?"
"Hmmm, gatau deh. Masih bingung. Emang ada ekskul apa aja?"
"Banyaak, nanti deh biasanya hari terakhir MOS ada demo semua ekskul kok."
"Lo sendiri emang mau ngambil ekskul apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DI BALIK TIRAI
JugendliteraturKisah klise remaja yang jatuh cinta ini dimulai pada saat remaja mengalami masa pubertas. Hormon-hormon pubertaslah yang bertanggung jawab atas apa yang dialami Kissa. Kissanash Mauriz Ayunda, bersama keluarganya terpaksa pindah ke Jakarta. Kisah in...