Chapter 7 - the Answer

653 36 13
                                    

And now, it's my turn -Author PoV-

Raka bangkit dari tidur panjangnya. Jam dinding menunjukkan pukul 11 malam. Pantas saja kepalanya pusing, ia sudah tidur lebih dari tujuh jam. Tubuhnya masih terasa menggigil dan ada sedikit peluh di keningnya.

"Sudah pulang ya" Ia mendapati Arga tidak ada di sekitarnya.

"Catatan apa ini?" Raka membuka sebuah catatan yang ada di samping tangannya.

-Get well soon. Setelah bangun, obatnya diminum. Tiga kali sehari setelah makan. Arga-

Ini pertama kalinya ia mengetahui tulisan tangan Arga secara langsung. Dalam hatinya senang bukan main. Arga tetap menjadi sosok yang dikaguminya, walaupun ia menyangkal. Catatan itu ia simpan dengan baik di meja belajarnya.

Kemudian, Raka menuju ke dapur untuk makan. Teman kecilnya, Razan, menyusul Raka ke dapur, "Eh, Raka sudah bangun. Bagaimana keadaan Raka sekarang? Udah baikan?"

"Udah mendingan kok daripada tadi. Arga pulang jam berapa?"

"Arga pulang jam 7 malam. Oh ya, tadi Arga menuliskan sesuatu untuk Raka"

"Aku sudah baca kok" ujar Raka tersenyum.

"Belum, Raka belum baca. Ada satu lagi yang di atas kulkas" Razan kini mendahului Raka menuju kulkas.

"Apa yang dituliskannya?" batin Raka penasaran. Memang benar ada sebuah kertas yang terlipat di atas kulkas. Raka membaca isi dari kertas itu.

-Maaf, Choco Cheesecake-nya aku makan. Jangan marah. Arga-

Setelah freezernya terbuka, Raka shock karena dessert yang telah ia buat sudah tidak banyak lagi. Ia kira Arga minta satu atau dua buah saja, namun kenyataannya delapan buah. Raka langsung meremas kertas itu dan meninjak-injaknya, tidak peduli bahwa itu dari Arga.

"CUKUP! Aku harus membuatnya lagi gara-gara dia. Padahal itu untuk guru-guru dan sekarang tinggal segini?! Gaah!!" Rasa kesal Raka membuat ia mengacak-acak rambutnya sendiri. Kepalanya berasap.

"Tenang Raka!! Buat lagi aja, ya?" ujar Razan menenangkan amarah Raka.

Raka menghela nafas panjang. Ia mengambil kertas yang baru saja diinjaknya dan dilempar ke tong sampah. Raka hanya bisa menerima kenyataan seperti biasanya.

"Untung saja masih ada bahan tersisa" Raka memulai kembali menyiapkan bahan-bahannya dengan wajah kusut.

"Dasar, seenaknya sendiri. Disuruh pulang gak mau. Eh, giliran udah ada disini seenaknya sendiri. Maunya apa sih dia itu? Mentang-mentang anak orang kaya, ini itu dia lakukan... asdfghjkl"

Raka terus mencibir sifat jelek Arga dari A sampai Z. Ia harus menunda makan malam dan minum obat hingga pekerjaannya selesai. Razan hanya tertawa dan mengajaknya mengobrol semalaman.

Setelah makan malam dan minum obat, Raka kembali tiduran di atas ranjang kamarnya. Raka merasakan jantungnya berdetak lagi, mengingat kejadian tadi. Aroma Arga masih tercium di sekitarnya.

"Kenapa Raka? Masih memikirkan Arga?" Razan yang kepo itu membuat Raka salah tingkah.

Raka dengan cepat menyangkalnya, "Sudah ah, aku mau tidur saja. Ngapain juga aku mikirin dia"

Deg deg. Lagi-lagi detak jantungnya tidak mau berhenti.

"Sekarang aku benci diriku yang seperti ini" ujarnya pelan sambil memejamkan matanya, berusaha tidur dengan tenang.

~

Terik mentari yang masuk dari jendelanya membuat Raka terbangun.

"Ah, sudah pagi"

Love is Simple [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang