Hai kalian yg berhasil lanjutin baca sampe tahap ini :)
Kalo yg di atas ini ceritanya si dika.---
Aji memanaskan mesin mobilnya, "Kissaaa! Ayo cepetan. Udah jam stengah tujuh nih!" sahutnya sambil mengeluarkan mobil ke luar pagar. Mobil di sebelah rumah juga keluar.Tin... sapa mobil itu mewakili empunyanya. Aji pun balas menekan plakson mobilnya sambil tersenyum ramah ke pengendara mobil. Ia masih menunggu Kissa yang tak kunjung datang, sementara penghuni selanjutnya di rumah sebelah keluar dengan seragam yang sama seperti seragam sekolahan putrinya. "Dika!" panggilnya dari dalam mobil, "Mau berangkat sekolah?"
Dika menghampiri, "Iya Om..." jawabnya ramah.
"Ayo sini bareng aja."
"Nggak usah Om, ngerepotin nanti..."
"Apanya yang ngerepotin? Kantor Om arahnya sama kok, lagian Om juga nganterin anak Om ke SMP yang sama kaya kamu. Sekalian aja yuk sini," Aji memaksa.
"Okedeh..." putusnya riang sambil membuka pintu depan.
Aji kembali membunyikan pelaksonnya, "Kissaaaaaa...." panggilnya lagi.
Yang ditunggu-tunggu menghampiri dengan tergesah masih mengepang rambut panjangnya yang sebahu menjadi tujuh kepangan. "Lama banget sih, duduk di belakang sana... ada Dika di depan,"
Kissa melongok ke bangku sebelah papanya dengan bingung. Mukanya memerah seketika. Dengan muka menunduk ia duduk di bangku belakang ayahnya. Mobil itupun segera meluncur menembus jalanan ibu kota yang padat.
"Dika warga asli Komplek Merak?" tanya Aji memecahkan kesunyian.
"Iya Om, Om pindahan dari mana Om?"
"Dari Bogor, Om sekeluarga harusnya sih udah pindah ke Komplek Merak udah dari dua minggu yang lalu. Tapi ada anak Om yang rese ngambek ngotot ga mau pindah," jelasnya sambil melirik Kissa yang duduk di belakang dari kaca spion. Yang dilirik hanya mendengus membuang muka. Dika hanya tersenyum-senyum saja. "Tasya sama Yoga sekolah dimana Dik?" tanya Aji lagi.
"Kak Tasya di SMA Perkutut Om, kalo Bang Yoga di SMP Macan."
Aji mengerutkan keningnya, "Yoga kok ga satu sekolah sama kamu?"
"Aku ga cukup pinter buat tembus SMP Macan," jelasnya dengan senyum ramah. Kissa yang sedari tadi cuek memperhatikan jalan pun mulai melirik senior yang duduk di samping ayahnya itu.
"Oh, gapapa lah. Yang penting udah berusaha semaksimal mungkin," Aji tersenyum maklum sambil memberhentikan mobilnya di depan gerbang SMP Singa. Kissa segera pamit dan berjalan menuju kelasnya diikuti Dika dari belakang.
Deg deg deg, 'Kenapa jantung gue ga normal gini ya iramanya?' tanyanya dalam hati sambil memegang posisi jantungnya yang memberontak ingin keluar. Ia perlahan melirik ke belakang. 'Kak Dika masih di belakang gue, kelasnya dimana ya?' pikirnya mulai bertanya-tanya.
Ia telah menaiki tangga menuju lantai tiga, namu Dika masih tetap berada di belakangnya.
"Kissaaa!" dari depan kelas Bilda dan dua orang temannya menunggu.
Kissa tersenyum senang, "Hai Bil!" sapanya sambil berlari menuju temannya.
"Kemaren gimana? Ga nyasar kan? Ga kenapa-kenapa kan? Gue cemas banget loh ngeliat lo dengan muka pucet gitu, mana gue..."
Kissa buru-buru membekap erat mulut temannya itu. Ia menunggu Dika melewati mereka, 'What? Dia lagi gak ngetawain gue kan?' tanyanya cemas dalam hati melihat senyum geli Dika saat melewati mereka. Matanya membelalak sambil mengikuti ke arah Dika pergi. Kelas VIII-5.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI BALIK TIRAI
Fiksi RemajaKisah klise remaja yang jatuh cinta ini dimulai pada saat remaja mengalami masa pubertas. Hormon-hormon pubertaslah yang bertanggung jawab atas apa yang dialami Kissa. Kissanash Mauriz Ayunda, bersama keluarganya terpaksa pindah ke Jakarta. Kisah in...