Selamat malam buat kaum rebahan, mau promosi jika cerita ini aku update sudah bab 12 di KBM app. Cari saja : aniswiji
Selamat Membaca 😁
Jika dulu aku akan tertidur saat hari libur, maka sekarang sebaliknya. Bangun pagi dan harus sampai di rumah kembar sebelum pukul tujuh pagi, karena Pak Rian memiliki agenda saat libur. Entah pergi tamasya, belanja, ke taman, atau yang paling sering olahraga bersama.
"Tante cantik banget pakai baju itu." Puji Quin saat aku mengeluarkan sepeda. Ya, hari ini kami akan bersepeda dimana Qian dan Quin akan duduk di belakang. Cukup nyaman karena tempatnya sudah di modif hingga membuat balita itu nyaman.
"Memang biasanya tidak cantik?"
Quin menggeleng, "cantik tapi lebih cantik hari ini." Jawabnya polos, apa semua balita akan seperti ini? Sungguh gemas aku dibuatnya.
"Yasudah, kita tunggu Ayah sama Qian." Pak Rian sedang mempersiapkan barang yang akan dibawa. Rencananya kami akan berkeliling dan berhenti di taman.
"Ayo, saya sudah siap." Perintahnya meletakkan bahan di belakang sepedanya dan menaikan Qian. Aku disini sama Quin.
"Ayo Sayang, kita bersepeda." Kami mengelilingi jalan yang lumayan padat tetapi masih bisa kami lewati dengan aman dan nyaman. Bahkan aku bisa mendengar Quin berceloteh jika dia bahagia bisa bermain sepeda dengan ayahnya.
Sepeda yang ditumpangi Pak Rian dan Qian berhenti di sebuah taman. Taman yang lumayan asri, banyak pohon disana apalagi ada danau buatan yang membuatnya nampak indah. Aku menuntun sepeda dengan Quin di atas. "Yah, kita mau kemana?"
"Mau ke dekat danau itu. Sekalian biar adek sama kakak bisa main di sana." Tunjuknya mengarah ke sebuah lahan yang lapang dengan beberapa permainan anak-anak."Tapi Qian lapar."
"Ya nanti kita makan dulu," kami memarkirkan sepeda di tempat yang sudah disediakan. Mengambil peralatan yang kami bawa dan menatanya khas tamasya. Binar bahagia nampak jelas di mata Quin maupun Qian.
"Qian senang banget Ayah mau ngajak kita kesini." Ucap Qian setelah menyelesaikan makanannya.
"Kenapa begitu?" Tanyaku heran, sejauh ini Pak Rian sosok ayah yang baik. Sesekali aku tahu bahwa ia mengajak anaknya entah pergi bermain atau hanya keluar sebentar.
"Saya jarang ngajak mereka dulu, setelah pindah disini baru saya ada waktu ngajak mereka. Biasanya mereka sama pengasuhnya." Jawabnya menjelaskan apa yang tidak aku tahu.
"Berarti Bapak bukan asli sini?" Tanyaku heran.
"Iya, saya dari kota ujung timur. Saya dapat tugas disini baru sekitar setengah tahun." Aku baru tahu kalau hal itu.
"Quin Qian mau main ayunan Yah." Kedua anak itu berdiri dan melangkah mendekati ayunan kosong. Dengan penuh hati-hati Qian mendorong ayunan Quin. Bergitu juga sebaliknya.
"Terima kasih kamu mau menjaga anak saya selama ini." Ujarnya sambil menatap kedua anak yang sedang tertawa bahagia.
"Sudah tugas saya."
"Oh, iya gaji kamu sudah saya transfer." Wajahku kian bahagia membayangkan jika cuan itu ada di dalam dompetku. Banyak hal yang ingin aku beli, mungkin kalau ada waktu pergi ke mall, ide bagus.
"Waduh, kok Bapak cepat banget. Perasaan saya baru sekitar dua mingguan kerjanya."
"Karena kamu sudah membantu saya, dan berkat kehadiran kamu Qian Quin tidak pernah mengeluh lagi kepada saya. Binar mata mereka juga semakin bersinar. Jadi itu ucapan terima kasih saya."
"Saya kesana dulu." Pria yang menemani duduk disampingku ini berdiri dan mendekati kedua anak itu. Bergabung dengan mereka dan menciptakan sebuah tawa yang menggema disini. Nampak seperti keluarga bahagia.
***
"Besok saya ada tugas di luar kota. Berangkat pagi, tolong kamu menginap disini temani anak saya." Ucapnya sore itu saat aku mau kembali ke rumah setelah seharian menemani kembar.
"Berapa hari Pak?"
"Dua sampai tiga hari, semoga saja tidak lebih."
"Baik Pak, besok saya tidur di sini."
Dan sekarang tubuhku diapit dua bocah kecil ini, di kamar yang disediakan sebagai kamarku kami tidur bersama.
"Qian Quin bahagia Tante Fira bobok sini." Aku mengusap kelapa kedua bocah ini, dan tersenyum.
"Memang ada apa?"
"Kesepian, Qian kesepian kalau Ayah pergi."
"Yasudah besok Tante kesini terus, bagaimana?" Tawarku dan mereka serempak mengangguk.
"Janji lo Tan, nanti Qian Quin bilang sama Ayah."
"Eh, mana bisa begitu?" Tanyaku bingung.
"Biar kaya Papa Mamanya Kayla, bisa terus sama Kayla. Qian Quin juga pingin kaya gitu." Waduh bisa gawat ini kalau Pak Rian tahu niat kedua anaknya.
"Kenapa Qian pingin kaya gitu? Kan Tante juga bisa menemani terus kalau Ayah pergi?"
Qian menatap wajahku, "Qian pingin punya Mama kaya Kayla. Bisa main, bisa melakukan apapun sama Mama." Tak terasa air mataku luruh saat mendengarkan ucapan sederhana Qian. Qian dan Quin sama-sama menginginkan figur seorang Ibu.
Aku memeluk tabuh mereka, dan mendaratkan kecupan di kening mereka masing-masing. Aku tidak tahu harus bersikap seperti apa, tapi bagiku sekarang aku ingin menjadi figur apa yang mereka inginkan. Menjadi seorang yang bisa mereka andalkan, meskipun aku tidak tahu dimana Ibu mereka sebenarnya.
"Sudah tidur, Tante juga mau tidur." Malam ini kami tidur berbagi selimut dan ranjang yang sama.
Paginya aku terbangun untuk melaksanakan sholat dan memasak. Bibi meminta izin untuk tidak berangkat tiga hari karena cucunya sakit dan harus di rawat di rumah sakit. Jadi aku akan menggantikan tugasnya.
"Qian sudah bangun?" Sapaku saat Qian berdiri di depan pintu yang menghubungkan dapur dengan ruang tengah.
"Sini, mau Tante buatkan minum apa?"
"Susu." Ujarnya mendaratkan kepala di meja makan. Mungkin dia masih mengantuk batinku, hingga susu yang aku buat selesai Qian tak kunjung membuka mata.
"Qian bangun, susunya diminum dulu."
"Ekhmm, sudah ya. Ngantuk Tan, maaf ya." Aku tersenyum dan mengangguk.
"Dihabiskan terus kasih di wastafel, nanti biar Tante bersihkan." Aku melanjutkan sesi memasak dan menatanya di meja makan. Sedangkan Qian menemaniku dengan celotehannya. Suasana pagi ini nampak ramai apalagi kalau Quin bangun, mungkin seperti pasar pagi. Hahaha
"Qian ayo mandi dulu sekalian nunggu Quin bangun."
Semua nampak alami itu yang aku rasakan. Melaksanakan tugas memandikan kedua anak dan memasak membuatku sedikit terhibur. Bahkan mood-ku jadi lebih bagus dibandingkan hari biasanya.
Kenapa aku menyukainya?
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Shaffira ✔ (KBM & KARYAKARSA)
General FictionAku menatap lelaki yang duduk di sampingku dengan binar penuh tanya. Kenapa lelaki ini yang ada di sini? Bahkan aku bisa melihat dua anak kecil yang duduk bersama Nenek mereka tak jauh dari tempat duduk kami. Ya Allah apa ini takdirku? Menikah den...