PROLOG
"Kita sambut dengan meriah! Figure Skater terbaik Indonesia! Muda dan berprestasi! Alindira Natashaa!"
Riuh teriakan serta sorakan bersautan, menggema memenuhi ruang studio. Talk Show Muda dan Berbakat hari ini kembali menampilkan bintang tamu luar biasa seperti biasanya.
Sesosok jangkung dengan wajah rupawan serta senyum menawan langsung menaiki panggung pertunjukkan. Semua lampu menyoroti wajah cantiknya, gadis itu tersenyum tulus dengan mata berbinar.
"Mbak Alin, welcome to Muda dan Berbakat Talk Show, suatu kehormatan banget nih kita bisa mengundang runner up international skating competition ke acara kita malam ini."
"Ah, enggak. Aku yang harusnya makasih udah diundang ke acara besar kaya gini. Masih gak nyangka bisa tampil di Muda dan Berbakat Talk show," gadis itu menjawab dengan tutur kata yang tertata.
Beberapa kamera kini menyoroti keberadaannya. Gadis berusia 26 tahun itu tidak berhenti tersenyum sedari tadi. Jantungnya berdetak tidak beraturan, karena ini adalah pertama kalinya ia tampil di Televisi Nasional setelah memenangkan medali perak di kompetisi kejuaraan dunia.
"Boleh dong, Mbak Alin kasih tips untuk para atlet figure skater diluar sana yang masih berjuang meraih mimpinya. Pasti adik-adik atlet dirumah penasaran banget nih apa motivasi terbesar mbak Alin bisa sampai di titik ini?"
Alin menarik napas, ada sesak yang tertahan namun ia tidak menunjukkannya. Gadis itu mencoba mengatur ekspresi wajahnya dengan cara yang baik sehingga emosinya tidak tampak didepan kamera.
"Yang pasti sih kerja keras adalah hal yang harus dipertahankan dan dijadikan suatu kebiasaan. Kenapa aku bilang harus dijadikan suatu kebiasaan? Karena kalau sesuatu sudah dijadikan kebiasaan, kamu gak bakal ngerasa capek, kamu bakal ngerasa kalau ini emang adalah hal yang harus kamu lakukan. So, I always suggest my self that this thing is a thing that I should do forever no matter what."
"Nice word to hear mbak Alin, jadi adik-adik menurut aku ini bisa diterapkan ke semua orang yang sedang mengejar mimpinya ya, jadikan kerja keras sebagai sebuah kebiasaan sehingga kamu gak bakal ngerasa capek untuk mengerjakannya. Nah, selain itu mbak Alin, apakah ada faktor pendukung atau faktor x yang bikin mbak Alin terus semangat untuk menjadi seorang atlet seperti sekarang ini?"
Alin terdiam sesaat, namun kemudian ia mengangguk.
"Ada saat dimana saya merasa jenuh dan ingin menyerah disuatu waktu, namun seperti sebuah keajaiban, saya dikirimkan seseorang oleh Tuhan untuk terus maju dan menekuni bidang ini. One thing that I never forget, he told me like this 'Alin, you are stronger than you think, you know that you can do it no matter what, you through all the pains till this point of your life. So, why giving up when the future Alin is waiting for you with a brightest smile?' dan dari situ saya benar-benar berjuang untuk bertemu dengan Alin in the future with the brightest smile."
"Oh My God, such a warm-hearted words. Pasti orang ini sangat berharga bagi mbak Alin, may I know, is he ur boyfriend? Jangan-jangan mas yang lagi nungguin Mbak Alin disana ya?" tunjuk sang MC ke arah lelaki jangkung yang duduk di barisan paling depan bangku penonton.
Alin tersenyum melihat lelaki itu, begitu pula sebaliknya. Mereka bertukar pandang sesaat hingga membuat studio menjadi ramai menyoraki mereka.
"Hanya seseorang di masa lalu yang sempat hadir sesaat-"
Senyum lelaki itu kemudian memudar.
"Tapi, dia adalah keajaiban masa lalu yang hanya hadir sesaat. Dan sekarang saya hanya akan fokus terhadap apapun yang saya miliki,"
Alin dapat melihat senyum lelaki itu kembali mengembang, ia membalas senyum itu dengan hangat.
Nathan, see you when I see you.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nathaniel
FanfictionAlin pikir memiliki karir yang sukses, tunangan yang mapan, dan prestasi yang gemilang merupakan puncak kejayaan dari kehidupannya. Namun kilas balik memori yang terkubur dalam ingatannya dibuka secara paksa untuk mengingat seorang lelaki bernama Na...