Klakson motor yang memekakkan telinga menjadi pertanda kalau geng motor sekolahan itu sudah memasuki wilayah mereka.
Parkiran motor sudah hampir penuh diisi oleh mereka. Aoi turun dari mobil hendak menyapa Athala tapi cowok itu malah bersikap seolah-olah Aoi tak ada di depannya.
"Aoi!" panggil Cakra.
"Tumben sendiri, Kafka mana?"
"Biasalah dia berangkat bareng gengnya." tunjuk Cakra pada segerombolan cowok yang melewati mereka.
Aoi manggut-manggut, "Ayo masuk kelas."
"Kemarin habis kumpul lo kemana? Kata Kafka langsung cabut."
"Biasalah soal panitia."
Pertanyaan dari Cakra tidak dijawab Aoi dengan fokus. Sesekali cewek itu jawab melantur kesana kemari, fokusnya benar-benar terbagi antara rasa bersalahnya pada Athala dan Kendra juga pada pertanyaan Cakra.
Aoi benar-benar tak menyangka kemarin ia melihat Kendra sampai semarah itu padahal biasanya Kendra termasuk cowok yang ramah. Tapi karena sifat keras kepalanya kemarin ia bisa melihat sisi lain dari Kendra.
"Yi," panggil Cakra mengguncang lengan cewek itu karena pertanyaannya sedari tadi tak dijawab.
"Stop Cak! Gue lagi nggak mau ngomong, jangan maksa kalau nggak mau gue ngamuk," peringat Aoi.
"Lo kenapa sih? Nggak jelas banget, kalau ada apa-apa cerita biasanya juga kita gitu."
Aoi membalas tatapan Cakra. Menghembuskan nafasnya kasar.
"Gue lagi nggak mau diganggu." Aoi melewati Cakra yang semakin kebingungan.
Saat akan menaiki tangga menuju kelasnya cewek itu tak sengaja menubruk bahu seseorang hingga Aoi terpental.
"Ken," panggil Aoi menyadari siapa yang ditabraknya.
Kendra melengos pergi tak mau menatap bahkan membantu Aoi.
"Kendra," panggil Aoi lagi.
Aoi berlari mengejar Kendra yang semakin mempercepat langkahnya.
"Ken tunggu!" panggil Aoi tapi lagi-lagi tak dihiraukan.
Sampai masuk ke depan kelas XII IPS 1 baru Kendra berhenti. Aoi mulai mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Dilihatnya Athala yang membawa kue yang Aoi tebak akan dijual.
"Sini gue bantu." Aoi akan mengambil alih tapi segera ditepis Athala.
"Nggak usah. Lo malu kan jual kue beginian? Biar gue sama Kendra aja."
"Gue nggak malu, gue bantu."
"Nggak usah gue bilang!" Athala sedikit sedikit menyentak.
"Bukannya lo udah keluar? Jadi nggak ada yang perlu lo bantu lagi." Kendra ikut berbicara.
"Gue minta maaf," ujar Aoi tulus.
"Gue nyadar gue egois, keras kepala, maunya menang sendiri. So sorry harusnya gue nggak bersikap kayak gitu. Ini pertama kalinya gue minta maaf sampe ngejar-ngejar begini, biasanya gue selalu bodo amat tapi kali ini gue mau nyingkirin ego gue."
Athala dan Kendra saling pandang. Kendra mengangguk memberi isyarat untuk Athala.
"Apa lo bisa gue percaya?" tanya Athala meragu.
"Percaya sama gue!" ucap Aoi mantap.
"Tim bakal sukses kalau di dalamnya satu hati, satu pemikiran dan mau nyingkirin ego masing-masing," sahut Kendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA [SGS#2]
Novela JuvenilSegal series 2 Kita dilahirkan berbeda untuk bisa saling menyempurnakan.