Perang dingin masih berlanjut, mulai dari hotel hingga tinggal dirumah ayah, yang pada akhirnya mas Danar menginap di kamarku tak lagi di kamar tamu seperti dahulu kala, akan tetapi tak ada komunikasi diantara kami dan sampai sekarang ini ketika kami tiba di Yogjakarta dan semua barang-barangku telah di pindahkan pada kamar milik mas Danar bukan lagi di apartemenku, bukan lagi di kamar lamaku saat dahulu tinggal di rumah om Panji di awal perkuliahan.
"Ca, makan dulu nduk"
Mama Galuh yang telah selesai memasak, memanggilku yang sedari tadi berada di dalam kamar sejak pagi tadi tiba di rumah.
Rumah terlihat sepi, hari ini adalah hari minggu, dan seperti biasa om Panji selalu bermain tennis, sedangkan untuk asisten rumah tangga libur di setiap hari minggu, sedangkan untuk seseorang yang sekarang berstatus suamiku, entah sedang ada dimana, karena sejak pagi tadi memasukan barang-barang bawaan kami kedalam kamar, setelahnya tak lagi kuketahui keberadaannya, dan akupun segan untuk bertanya kepada sang mama.
"Waow ada sambal nih mantap"
Mungkin jika mama mertuaku ini adalah orang baru kukenal, dapat kupastikan aku tak akan sesantai ini menghadapi seorang mertua.
"Persis bundamu kamu ini, persis juga sama suami kamu, penyuka pedas"
Mendengar kata suami untuk mas Danar, sedikit membuat jantungku berdetak cepat.
"Ma"
"Ya?"
"Aca masih kurang nyaman kalau nyebut mas Danar suami"
Lebih baik kuutarakan apa yang kurasakan kepada mama, demi kesehatanku saat ini, karena selain jantung yang berdetak, bulu kuduk pun ikut berdiri, seakan sedang berada di samping makhluk halus.
Tawa mama yang mendengar kejujuranku seketika menggema di seluruh ruang makan, hingga suara seseorang yang telah menjadi topik kamu muncul.
"Kenapa ma?"
"Isteri kamu ini loh semakin lucu"
"Oh, dia mah ngegemesin juga ma"
Hal seperti ini telah sering terjadi saat dahulu tapi untuk saat ini membuatku terbawa perasaan, jantungku berdebar semakin tak karuan, pipiku terasa panas, dan sedikit membuatku malu bukan main.
"Ciehhhhh"
Mama mertua yang tak berperikemantuan, dengan santainya semakin menggodaku di depan sang putra.
"Ma, nanti ngambek"
Mas Danar yang mengetahui jika diriku sedang malu bukan main, apalagi aku sedang mode diam dengan dirinya memberikan kode kepada mama agar tak menggodaku semakin jauh.
Akhirnya aku makan berdua bersama mas Danar, sedangkan mama seperti biasa menunggu sang suami pulang untuk makan bersama nantinya.
"Ndel ambilin air dingin"
Aku yang sebenarnya ingin bangkit berdiri untuk memenuhi permintaan mas Danar, seketika kembali duduk saat dirinya mengingatkan jika diriku sedang mode diam pada dirinya.
"Eh lupa lagi marah, aku ambil sendiri aja"
Sebenarnya mas Danar itu tipe orang yang selalu minta di layani, akan tetapi dirinya kadang kala juga suka melayani.
"Nih minum kamu"
"Matur suwun"
Berkat mama Galuh, berkat masakan beliau akhirnya setelah beberapa hari kini mas Danar mengeluarkan suaranya kepadaku, begitupun denganku yang akhirnya sama tak betahnya untuk tetap mendiam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Dentist (Tersedia Lengkap Di Ebook)
RomanceMenikah dengan seseorang yang sejak kecil sudah mengenal diri kita, keluarga besar bahkan mengetahui hal-hal buruk yang kita simpan, bukan lah hal mudah jika pernikahan itu hasil perjodohan yang dipaksakan. Berawal pernikahan yang diharapakan untuk...