Part 10. Here's your perfect

28 5 0
                                    

 Jangan lupa dengerin lagunya biar makin ngena:(



Part 10. Here's your perfect

  Hana memandang taman yang semakin sepi, hari sudah hampir malam namun tidak ada tanda Cakara akan datang. Membalas pesannya pun tidak. Hana kembali melihat sekelilingnya dan dia baru menyadari bahwa hanya tinggal dirinya yang berada di taman ini.

Hana semakin merapatkan tubuhnya meremas bajunya kuat-kuat saat mendengar suara guntur yang sangat keras. Hana memang suka hujan tapi tidak dengan gunturnya. Hanphonenya mati tepat setelah ia mengirimkan pesan pada Cakara. Ia tidak tau pesannya itu terkirim atau tidak yang jelas Hana berharap bahwa pesannya terkirim.

Sedari tadi Hana meyakinkan dirinya bahwa Cakara akan datang, bayangan-bayangan Cakara yang tidak datang selalu mengganggunya sedari tadi padahal kemungkinannnya sangat besar bila Cakara tidak datang. Katakanlah Hana bodoh,  Hana masih tetap yakin bahwa Cakaranya akan datang. Cakara tidak pernah lupa dengan janjinya.

Hana memandang nanar kotak makanan  yang sudah sangat terlihat berantakan. Padahal ia sudah berusaha keras membuatnya tapi mungkin memang bukan hari ini kesempatan untuk Hana. Pasti semesta akan menyiapkan kesempatan-kesempatan yang lain untuknya. Hati manusia tidak dapat untuk dibohongi, bohong bila Hana tak apa nyatanya dia juga merasa kecewa, dia hanya merasa kenapa seolah hanya dirinya yang bersemangat akan hubungan mereka. Seolah Cakara hanya mengikutinya dari belakang.

Hana menyembunyikan wajahnya yang memerah menahan tangis. Dan seolah memahami perasaan Hana, hujan turun dengan derasnya membiarkan Hana agar mengeluarkan tangisnya tanpa perlu di tutupi lagi. Hana tidak beranjak pergi walaupun dia sudah basah kuyub tubuhnya pun sudah mulai menggigil kedinginan, apalagi dia hanya memakai kaos yang sama dengan Cakara.

Wajahnya juga semakin terlihat pucat, ingin mengeluarkan suara rasanya sangat sulit seolah wajahnya membeku. Hana yakin sebentar lagi dia akan sakit. Hana kembali merapatkan tubuhnya guna mencari kehangatan yang masih tertinggal setidaknya dia bisa bertahan dengan itu. Untuk pertama kalinya Hana tidak menyukai hujan malam ini.

*******

" Udah belum sih lama amat sampe seabad." Ucap Raskal dengan wajah mengkerut kesal.

Bagaimana tidak kesal jika dia sedari tadi hanya menemani Violet bolak-balik selama satu jam lamanya, dan belum selesai juga sampe sekarang.

" Sabar dong bentar lagi nih. Abis ini gue traktir makan deh gimana?" Ucap Violet memelas. Sebenarnya dia juga malas mengajak Raskal tapi cuma ada dia jadi mau gimana lagi. Sedangkan Hana sudah jadi bucin sekarang.

"Iya dah cepetan tapi, pegel nih berdiri mulu dari tadi."

" Biasanya juga lesehan di lantai." Ucap Violet mengejek.

Melihat wajah Raskal yang semakin memerah menahan kesal, Violet pun buru-buru mencari buku yang ia mau dan langsung membayarnya.

" Udah nih kelar, yuk makan." Ucap Violet sambil menggandeng tangan Raskal keluar dari toko buku.

Mereka berdua memmilih pergi ke restaurant yang sering mereka kunjungi bersama. Biarpun mereka sering terlihat tidak akur nyatanya mereka memiliki banyak kesamaan dalam urusan selera, entah itu makanan,  fashion, dan masih banyak lagi.

Saat memasuki restaurant, mereka langsung menuju meja paling pojok. Kalo kata Violet di meja itu mereka bisa liat ke semua dan yang pasti bisa ngejulid. Tolong jangan tiru Violet, akhlaknya emang yang paling minus dari ketiganya.

"Gue tau gue ganteng tapi gak gitu juga liatinnya." Ucap Raskal dengan percaya dirinya.

" Dih pede banget. Siapa juga yang liatin lo, gue tuh lagi liatin orang yang ada di belakang lo. Itu si Cakara doinya Hana bukan sih  apa cuma mirp doang?" Ucap Violet yang semakin memfokuskan pandangannya.

CakaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang