27. Overlimit

10.8K 1.9K 111
                                    

Maia bersenandung pelan kala memilah-milah kemeja di gantungan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maia bersenandung pelan kala memilah-milah kemeja di gantungan. Hari libur yang dimanfaatkan untuk bermain dengan fashion, stress reliever-nya. Lebih menyenangkan lagi memilihkan pakaian untuk orang lain, rasanya seperti kembali ke masa kanak-kanak, bebas bermain Barbie dan mendandani sepuas hati. Dan tidak ada yang lebih menyenangkan untuknya selain mendandani Rahmat menjadi Matthew. Ada kepuasan tersendiri setiap kali memandang tubuh jangkung itu berbalut pakaian pilihannya.

"Bagus, kan?" Maia menempelkan kemeja biru langit dengan sebuah denim ke tubuhnya sendiri, seolah itu akan menarik, padahal ujung celana denimnya justru menyapu lantai karena terlalu panjang. Toh itu bukan ukuran Maia.

"Ya," balas Rahmat.

"Kamu nggak suka, ya?" Maia sedikit cemberut mendengar jawaban Rahmat yang tidak bersemangat.

"Nggak."

"Nggak? Nggak suka?"

Rahmat mendesah, "Emangnya penting pendapat saya? Kan ujungnya juga yang Mbak mau juga yang dibeli?"

Maia menurunkan sepasang pakaian pilihannya itu, dan membuang napas. "Kamu nih kenapa, sih? Ada masalah apa gitu?"

"Nggak ada ..."

"Kalo nggak ada masalah kenapa singit banget gitu? Aku dari tadi berusaha pilihin yang sesuai sama kamu, aku tanya pendapat kamu tapi jawabannya nggak enak banget, tahu nggak?"

"Ya maaf," balas Rahmat.

"Nggak usah maaf-maaf, tapi ngomong coba, ada masalah apa?"

Rahmat mengedikkan bahu. "Bisa nggak, nggak usah beli-beli baju terus? Apa salahnya yang saya pake sekarang? Bersih kok ini." Ia menunduk dan menunjuk pakaiannya.

"It's boring!" Maia meletakkan kemeja dan denimnya di kursi panjang, dan duduk di samping Rahmat. "Kamu selalu aja pake kemeja hitam kalau nggak t-shirt hitam, sama celana kain coklat ini. Hello, Sir? Anda jalan sama Maia Larizka, bukan mau ke pemakaman!"

"Baju itu yang penting bersih," tukas Rahmat.

"Baju itu identitas! Dan beli baju itu salah satu hiburan buatku, emang nggak boleh? Semua orang boleh dong punya hobi, kan nggak ngeganggu orang lain."

Rahmat memandang ke arah lain, dan merapatkan kedua tangannya. "Iya, iya, pokoknya Mbak nggak pernah salah kok."

"Yaudah, tahu sendiri aku selalu bener, kenapa masih ngajak ribut?"

Rahmat mendengkus sebal. "Nggak ngajak ribut, siapa juga ngajak ribut?"

"Hhmmm, kalo gitu senyum dulu dong?" Maia menarik-narik lengan Rahmat, sambil mengedip-ngedipkan kelopak matanya.

Rahmat pun memamerkan gigi atasnya sedikit. Alih-alih tersenyum, dia lebih mirip Cepot sekarang. Maia menepuk lengannya dengan kesal. "Iih! Kok gitu sih, senyumnya!"

ElevateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang