Taehyung dan Jungkook pergi menuju kamp secara terpisah, Jungkook pergi terlebih dahulu karena ia memang biasanya berangkat sangat pagi. Dan sekarang Tae baru saja sampai di kamp, ia merasa buruk karena ia tahu bahwa sekarang Bogum tidak ada di sini lagi.
Ia menghela napas. "Dia lebih aman di sana. Aku tidak perlu khawatir."
..
Jungkook sangat marah dengan apa yang diperintahkan mayor kepadanya. "Pak, kita tidak dapat mengirim peserta pelatihan ke—"
"Apa maksudmu kita tidak bisa? Apa kau tidak mengerti situasi di sini Kapten?!"
"Pak, mereka hanyalah trainee! Mereka bahkan belum lulus dan Anda ingin saya mengirim mereka ke peperangan?"
Mayor Chan menarik kerah Jungkook.
"AKU TIDAK PEDULI! Bukankah mereka di latih memang untuk itu?! Banyak orang yang akan mati jika kita tidak mengirim mereka, APA KAU PAHAM?!"
"Kau hanyalah seorang Kapten! Kau tidak berhak menolak perintahku! Sekarang siapkan para keparat itu dan kau akan mengirim mereka ke luar kota minggu depan!" Ucapnya final kemudian menutup pintu dengan keras saat dia pergi.
Jungkook mendecakkan lidahnya, ini baru pagi hari dan ia sudah sangat stres. Ia merasa sangat marah, sangat sangat marah hingga ia ingin membanting semua hal yang ada di sekitarnya. Namun ia harus mengontrol dirinya.
"Kita tidak diberi pilihan lain, bukan begitu, Kapten?" Tanya Letnan Kang yang juga merasa frustasi.
"Apa lagi? Ini benar-benar kacau."
"Tapi apa yang harus kita lakukan sekarang? Kita bahkan belum melatih mereka untuk peperangan. Bagaimana jika semua akan menjadi buruk?" Tanyanya.
Jungkook menghela napas, memikirkan tentang segala kemungkinan. Jika saja orang Amerika itu tidak datang... Omong kosong.
"Kumpulkan mereka, kita harus melatih mereka untuk berperang."
..
Seperti biasa, Taehyung dan Jungkook bertemu di tempat mereka —setiap malam di bawah pohon yang sama— yang menjadi saksi cinta mereka pada satu sama lain.
Tae datang, melihat Jungkook menggenggam gitarnya dan memetik beberapa senar dengan notebook di sampingnya.
"Waw, kau bermain gitar?"
Jungkook tersentak karena terkejut, ia tidak menyadari kalau Tae sudah tiba di sana. Ia bergegas menutup notebook dan menyembunyikannya di balik tubuhnya. "Umm, tidak sering. Hanya untuk menghilangkan stres."
Tae duduk di sebelahnya, mengagumi jari-jari cantik di senar itu.
"Yah, kau memang terlihat sedikit stres. Apa ada sesuatu yang terjadi?" Tanya Tae, mengamati yang lebih muda di hadapannya.
"Apa ini tentang perang? Yang kau umumkan tadi?" Tambahnya, Jungkook mengangguk dengan helaan napas berat. "Orang-orang asing itu memiliki kesepakatan dan itu menyulut peperangan. Sekarang kita harus pergi ke sana dan menghentikannya, walaupun itu artinya kematian." Jungkook terdengar sangat tertekan.
"Aku tidak setuju dengan rencana Mayor, tapi aku tidak punya pilihan." Ia memetik senar gitarnya asal karena frustrasi. Tae tidak tahu harus mengatakan apa, tapi ia ingin menyemangatinya.
"Bisakah kau bernyanyi untukku?" Tae bertanya, Jungkook mendongak dengan ekspresi bingung. "Bernyanyi?"
Tae menganggukkan kepalanya antusias. "Ya! Apa pun! Aku hanya sangat ingin mendengarkanmu bernyanyi."
Jungkook menimbang-nimbang di otaknya, "Aku sudah lama tidak menyanyi, jadi aku tidak tau apakah suaraku masih terdengar bagus."
"Tentu saja masih! Ayolah!" Tae memberinya dorongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain Jeon, Since 1894 [kookv] Indonesian ver
Fanfic[ON GOING] "Saat perang usai, kita akan menikah dan aku akan menumbuhkan bunga seperti dirimu, dan kisah kita akan menjadi salah satu kisah cinta terindah di alam semesta" -sebuah surat ditemukan di saku tentara yang tewas ; Captain Jungkook Jeon, 1...