______________________________________________
Setelah kau meninggalkanku dan membuatku merindu, akankah semuanya tetap sama?
______________________________________________❄️°°°ZO: WTWSFAW°°°❄️
Brakk!Pintu kamar itu terbuka dengan kasar. Membuat sang empu sontak terkejut, lantas menoleh dan mendapati seorang pemuda lainnya tengah berdiri di sana dengan raut yang sulit diartikan.
"Ya! Lee Taehyun!" Sahut Beomgyu, setengah berteriak. Mendadak mendengus kesal dan sontak ingin membuang muka seolah menatap anak di depannya itu adalah hal paling menjijikkan yang pernah ia lakukan. "Kau mendaftar SMA di sekolahku, huh?"
Yang ditanya kontan mengangguk ragu. Hanya bisa meneguk ludah seraya kakaknya itu maju dengan langkah cepat dan penuh emosi. "I-iya, hyung. Kau... s-sudah lihat pengumumㅡ"
"Tidak usah sok akrab denganku! Kau akan tetap kubenci sekalipun kau bersikap baik! Jadi jangan harap!"
Taehyun hanya bisa menunduk. Dia bukannya takut, hanya saja sikap Beomgyu padanya bagaikan tengah kerasukan sesuatu hingga hanya selalu membuatnya tak bisa banyak bicara. Diam mungkin jadi satu-satunya cara untuk meredam amarah kakaknya itu.
"Kenapa?" Beomgyu semakin mendekat. Kini tidak hanya diam. Melainkan beralih menarik kerah baju adiknya dengan kasar hingga anak itu bangkit dari posisi duduk. "Kenapa kau mendaftar ke sana, hah?! Apa kau mendadak lupa ingatan mengenai omonganku waktu itu?"
"H-hyung, aku..."
"Atau kau berniat untuk menyaingiku di sekolah juga?" Beomgyu menyergah. Semakin mengeratkan cengkeramannya yang membuat leher Taehyun jadi tercekik. "Apa tidak cukup hanya dengan merebut semua perhatian ayah dan ibu? Kau sengaja?"
"Hyung, m-maafkan aku. Ayah dan ibu mendadak mendaftarkanku ke sana... tanpa sepengetahuanku. A-aku... tak bisa menolak karena mereka... me-memaksa. Sungguh, hyung."
"Tak bisa menolak katamu? Kenapa tidak sekalian saja kau bilang kalau kau memang sengaja ingin membuatku terus-terusan menderita?! Dasar sok cari perhatian!"
Taehyun bungkam. Hanya berusaha menahan tangan kakaknya pada kerah baju karena merasa semakin sesak. Meneguk kasar saliva sendiri, pemuda itu hanya bisa menebak-nebak kemana amarah Beomgyu akan menuju. Apa yang Beomgyu hyung inginkan setelah ini? Apa kali ini kemarahannya lebih besar dari yang sebelum-sebelumnya? Apa dia akan semakin membenciku?
"Lantas jika sudah begini, aku bisa apa? Sekarang kau ada di sekolah juga, dan itu artinya hidupku pun akan semakin membosankan! Aku muak, kau tahu?!" Beomgyu memang semarah itu. Maka jangan heran kenapa rematannya malah sengaja dilepas, dan agak membuat adiknya itu terdorong cukup kuat hingga jatuh ke lantai sana. Dia menyeringai. Lantas berucap pelan. "Apa perlu kita buat kesepakatan? Setidaknya agar aku bisa sedikit tenang, dan tidak terus-terusan menyalahkanmu atas ini. Jadi kau pun tak boleh menolak." Pemuda itu berjongkok. Menajamkan sorot mata kala maniknya bertemu dengan sepasang netra kelam milik Taehyun. "Pertama, jangan sampai ada yang tahu kalau kau adikku. Kedua, bersikaplah seperti kita tidak saling mengenal. Ketiga, jangan datangi aku sekalipun itu di kelas atau dimanapun aku berada." Mengambil jeda, Beomgyu melanjutkan setelah bangkit dari posisi. "Aku tak akan sudi menganggapmu."
+×+
"Akhh!""Sunbaenim, ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] ZERO O'CLOCK: When The World Stops For A While
Fantasía[𝙊𝙉 𝙂𝙊𝙄𝙉𝙂] Park Aeri tidak pernah berpikir bahwa kehidupan seseorang di luar sana rupanya tergantung pada pilihannya. Ada satu pemuda Seoul yang seharusnya bisa ia selamatkan saat itu. Jika saja waktu dapat diulang, gadis itu ingin memulai s...