lihat ucil lagi main masak masakan pake tanah lempung dibentuk bentuk jadi bintang, kue, dan bentuk bentuk aneka macam di depan rumah sama hana, ica, jujun, dan rizal sambil nyemil martabak tahu bikinan mamanya emang nggak ada tanding, itu batin wian. demi Allah wian tuh sangat menikmati hari harinya, Alhamdulillah kemaren wian tuh keterima di jurusan kedokteran hewan universitas neo, tempat abangnya kuliah juga, seneng? yaiyalah. sekarang dia tinggal daftar ulang doang. udah kampus deket dari rumah, bisa sambil sepeda ontel-an lumayan kan hemat ongkos. "uwidih pak dokter lagi nyante nih!," ujar pak chandra masukin burung-nya (?) eh jangan negatip thinking ya kalian, burung punya pak chandra ini burung love bird atau yang biasa di panggil labed sama orang orang, biar cepet gitu pengucapannya.
wian yang udah beberapa bulan lalu itu budrek, takut nggak bisa ini lah itu lah, sekarang nyengir ganteng, ya lah udah plong hatinya tuh, tinggal berjuang lagi aja sih nantinya. "mau pa?," tawar wian, mumpung lagi baik nih si wian ya kan, udelnya lagi bolong.
"udah tadi kan, papa yang bantu mama ngelipet kulit martabaknya," ujar pak chandra, benerin sarung merk elephant sit down warna merah coklatnya.
wian sih cuma ngangguk aja, yang penting udah nawarin. tangannya yang penuh minyak itu di olesin ke kaki dan tangannya, kata eyang kakungnya kaya gitu bisa memperlambat tumbuhnya bulu kaki, Astagfirullah, ya bukannya memperlambat malah bikin di krubutin semut yang ada. :(.
dia lihat rendi markirin sepeda, membuat pak chandra yang duduk di samping wian itu langsung nyahut "Waalaikumsaalam,"
"eh iya, rendi lupa maap, Assalamualaikum,"
"kenapa kamu mukanya di tekuk gitu?," tanya wian ngelihat rendi udah mau comot martabak yang ada di meja itu.
"gak papa, capek aja!," wian ngangguk mengerti, lihat tangan adeknya udah mau nyomot martabak, langsung sama wian di tepok.
"cuci tangan dulu!, beberes, ganti!," peringat wian, rendi ngusap tangannya yang kena tepok itu, terus jalan ke dalem buat bersih bersih dulu. yaila, padahal rendi udah laper.
****
"Sasa, lo disini?," tanya dikta melihat sasa ada di fakultasnya, setau dikta, sasa itu kalau nggak salah anak farmasi, atau anak psikologi ya?, nggak tau dia lupa.
"iya dik, gue mau ngasih undangan ke hima teknik, gue harus kemana ya?," tanya sasa membuat dikta senyum samar.
"sini, gue anak hima kok!, nanti gue sampein,"
"oh thank you ya dik udah nampung, gue balik du—,"
"nggak mau makan siang dulu?," tawar dikta, bikin sasa jadi agak canggung. apalagi dari tadi udah banyak temen temen dikta yang natap sasa kaya gimana gitu, terlebih kumpulan cewek yang duduk di bangku warna kuning itu, sasa yakin banget kalau cewek cewek itu lagi ghibahin dirinya. emm bukannya pede atau apa, tapi cewek cewek itu sejak tadi ngelihatin dia sama dikta sembari berbisik.
"nggak enak, dilihatin fans lo tuh!," bisik sasa membuat dikta noleh, oh ternyata kumpulan cewek yang pernah nyiram mamanya. gatau deh dikta, ora urus dengan cewek cewek itu.
"udah ayo!, lo nggak kenal juga kan sama mereka," ujar dikta menyeret sasa buat beranjak dari sana, eh terlalu kasar bahasanya menyeret, genggam tangan sasa aja deh buat beranjak dari para pandangan kumpulan gadis gadis pecinta dikta.
keduanya bukannya kekantin malah ke parkiran. "lo nggak ada kelas abis ini?," sasa menggeleng.
"gue juga. masih ada urusan nggak?," tanya dikta lagi, dijawab gelengan oleh sasa.
"good, gue mau ajak lo buat cari kado buat wian, kata rendi, lo pinter milih barang kaya mama gue, mau ya?," tanya dikta.
"emang mau beli apaan?" tanya sasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Suket Teki - wenyeol ft. Dy,rj,Ww,Yuan
FanficKenapa suket teki? Walaupun kecil tapi ada manfaatnya berisi tentang cerita keluarga bapak Chandra Gunandar dan ibu Winda Arum Kinanti.