Untitled Part 1

15 0 0
                                    

Nama gadis itu Princess Azalea. Menurut bahasa Arab artinya 'kebebasan.' Dia hanya tahu itu, karena hanya itu yang diberitahukan oleh kedua orang tuakunya. Heran? Boleh-boleh aja. Tapi itu tidak mempengaruhi Azalea untuk mengubah namanya.

Pasti dia akan berkata,"Itu sudah diberikan oleh kedua orang tuaku sejak aku baru lahir. Walau sekarang papa dan mama sudah tiada, bukan berarti aku bisa mengubah nama itu seenak jidatku."

Teman-temannya terkadang suka memanggil dengan 'Azal' atau 'Princes' atau 'Pinces.' Katanya,"Terserah kalian sajalah. Yang penting panggil aku dengan nama. Jangan hanya denganh 'eh' atau 'psst.' Satu hal yang sangat kubenci. Sepertinya tidak beradab. Tuhan memberikan kemampuan kita untuk berbicara, gunakanlah itu semua. Jangan hanya berdesah atau meneriakkan kata yang tak ada maknanya."

Setiap orang dilahirkan ke dunia pasti punya tujuan hidup, tak berbeda dengan Azalea. Sederhana saja, dia ingin hidupnya punya makna. Tapi tentu saja tak mudah untuk membuat diri kita bermakna bagi orang lain. Katanya,"Percaya atau tidak, memang itulah hal tersulit yang aku hadapi."

Saat ini, Azalea adalah seorang mahasiswi sastra Inggris semester VI di salah satu universitas yang berkategori terbaik di kota ini. Ada satu hal yang terkadang terasa aneh pada dirinya ketika dia bertemu seseorang, seperti ada magnet listrik di dalam tubuhnya yang tiba-tiba ada getaran yang sangat dalam. Terkadang hal tersebut membuat jantungnya berdegup kencang. Kalau sudah demikian, dia merasa orang yang ada dihadapannya itu menghadapi satu masalah besar.

Sulit memahami kondisi ini, ketika kita mengetahui sesuatu atau mungkin banyak hal, tapi di saat itulah mulut kita terkunci tanpa bisa berkata apa-apa. Kalaupun dia berkata, pasti orang yang diceritakan itu hanya berkata,"Orang aneh!!"

Akhirnya kalau sudah berada dalam kondisi seperti itu Azalea akan berkata (walau hanya dalam hati) adalah,"Ya sudah."

Bila daya magnet di dalam tubuhnya bergolak kencang karena merasa getaran aneh pada tubuh ketika dia mendapati seseorang yang berada di dekatnya mengalami satu masalah atau kejadian yang tidak jelas, Azalea hanya terdiam. Katanya (walau hanya dalam hati), "Aku tidak tahu harus berkonsultasi dengan siapa, salah-salah bisa aku dianggap 'rada-rada miring' alias 'orang stress.'

'Miracle' itu milik Tuhan, kalau 'magic' itu milik penyihir atau dukun. Begitu Azalea sering berusaha membuat perbedaan itu. Tentu saja teman-temannya langsung menatap dengan bengis bila dia berkata seperti itu.

"Aku tahu yang ada di dalam pikiran mereka. Mereka pasti menuduh aku tahu tentang yang namanya 'santet,' 'pelet,' 'gendam' dan apa pun namanya itu. Padahal aku bukanlah seorang dukun, tapi aku pernah melihat orang yang menderita karena 'dukun' itu. Aku pernah melihat sahabatku sendiri tiba-tiba menjadi orang asing bagiku karena tiba-tiba dia meninggalkan kekasihnya begitu saja tanpa alasan dan tiba-tiba bermanis muka dengan orang asing dan jatuh cinta pada orang asing yang tiba-tiba datang seperti malaikat," ucap Azalea dalam hati.

"Braaak...."

Tiba-tiba bunyi tas dibanting. Tentu saja Azalea yang sedang duduk merenung menatapi halaman depan kampus dari lantai 5 menjadi heran. Ternyata Anggita, sohib kentalnya yang berwajah bule itu, tapi logat betawinya kental sekali. Tanyanya sambil memandang ke luar,"Hari ini di warta berita tidak akan ada gempa khan?"

Anggita dengan ketus menjawab, "Tidak tahu dan tidak mau tahu."

Mendengar jawaban ketus itu, segera Azalea mendekat ke arah Anggita, lalu tanyanya lagi,"Kenapa, mpok?"

"Lihat itu," kata Anggita sambil menunjuk ke lapangan di bawah.

Azalea melihat ke arah yang ditunjuk Anggita, lalu katanya,"Maksud kamu..."

Azalea, si IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang