Bagian 20 : Pesta Perayaan Kedewasaan

6.7K 988 36
                                    

Berita bahagia soal kemenangan Kekaisaran masih menjadi topik hangat. Orang-orang terus membicarakan betapa hebatnya pasukan militer yang dipimpin oleh Putra Mahkota. Dalam kurun waktu lima tahun, mereka berhasil membabat habis suku Alberian sekaligus dengan markas rahasianya.

Luke sampai dijuluki "Serigala Api" karena taktik cerdiknya dalam menggiring musuh ke sarangnya, lalu menyerbu dan membakarnya. Semua ini terjadi karena Alberian tidak mau mengalah saat diberikan kesempatan bernegosiasi baik-baik.

Sebenarnya aku lumayan bingung. Di dalam novel, Luke bukan ditugaskan untuk berperang melawan Alberian, tapi ia bertarung dengan para monster yang menyerang lereng pedesaan Gunung Alphenus. Sukses mengalahkan monster, ia pun menjadi ahli pedang tersohor karena mampu melenyapkan Chimera* terkuat sendirian dalam waktu kurang dari satu menit. Kini alurnya sudah melenceng dari yang seharusnya.

Mungkinkah ini terjadi karena campur tanganku?

Apapun itu, aku bersyukur karena dapat menyelamatkan Dukedom Chester dari keruntuhan.

"Senika, sudah dengar tentang surat Ayah?" tanya Serena.

"Belum."

"Ayah akan pulang setelah menghadiri perjamuan di istana kekaisaran. Kira-kira, pasukan akan sampai di Ibukota tujuh hari lagi."

"Begitu. Kenapa pasukan militer tidak mampir ke sini dulu? Rumah kita kan jaraknya lebih dekat daripada langsung ke Ibukota ... ups!"

Aku kelepasan. Sudah bagus membiarkan mereka saja agar aku tidak perlu bertemu dengan Luke. Kenapa juga aku ... hm.

"Aku juga inginnya begitu, tapi apa boleh buat. Sepertinya Kaisar menanti-nanti kedatangan mereka."

"Yah. Sayangnya, ya? "

"Iya."

Sekarang Serena sibuk menghabiskan dessert cheese cake-nya. Inilah kesempatan yang tepat untuk menjalankan strategi.

Sehabis meneguk teh gula batu, aku memulai, "Oh, ya, Kak. Aku kemarin membelikan perhiasan untuk Kakak."

Serena menghentikan kunyahannya. "Perhiasan?"

"Yeah. Tiga minggu lagi aku ingin Kakak memamerkannya ketika pesta perayaan kedewasaan."

Serena memandang jauh ke dinding berdekorasi bunga lily. Ia pun berkomentar, "Aku suka apapun yang kau berikan untukku. Tapi jika untuk tampil debutante, aku ingin memilahnya dulu."

Aku tersenyum lembut. Memikirkan cara ampuh apa yang harus kugunakan untuk merayunya.

"Perhiasan ini bagus, Kak, terbuat dari kristal bening khusus dan bernilai tinggi. Warnanya senada dengan mata kita."

"Hmm, begitu."

"Kristal ini juga dibalut dengan emas putih murni yang berkilau. Modelnya pun trendi. Barang itu akan kutunjukkan besok saat sudah datang. Akan kupastikan Kakak tidak akan kecewa."

"Baiklah ...."

Kakakku memelintir rambut panjangnya ragu.

"Dan Kak ... Sejujurnya, aku ingin mengenakannya kembaran dengan Kakak. Yah, kalau tidak mau juga tidak apa-apa sih. Tapi aku akan sangat sedih karena aku akan memakainya sendirian," jelasku, sambil memasang mimik terluka.

"Kembar katamu?"

Serena menampakkan respon positifnya. 

"Iya, Kak. Bagaimana?"

"AKU MAU KEMBARAN DENGAN SENIKA!" hebohnya. 

Gadis berkuncir dua itu mendadak memelukku. "Aaaa, terimakasih!" 

I Don't Want The Male Lead's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang