______________________________________________
Dari semua kenangan paling berkesan, akankah kau memilihnya sebagai yang terindah, atau justru yang terburuk?
______________________________________________❄️°°°ZO: WTWSFAW°°°❄️
"Benarkah? Mereka menunjukmu begitu saja? Tapi kenapa? Apa tidak ada lagi orang lain sampai itu harus kau? Aneh sekali.""Entahlah. Katanya permainan gitarku bagus, makanya langsung ditunjuk."
"Yang benar? Woah! Rupanya daya tarikmu kuat juga, Kai. Ckck."
"Siapa dulu memangnya? Aku, kan, Kim Kai yang keren dan tampan."
"Ck. Berlebihan!" Aeri mencebir. Sedikit memperbaiki posisi duduknya pada pinggiran ranjang di sebelah Kai, sebelum beralih menyambar toples keripik di atas meja belajar anak itu.
Sudah beberapa menit berlalu sejak ia mendatangi kamar Kai selepas makan malam. Itu memang kebiasaan. Keduanya akan saling mengunjungi kamar masing-masing guna bertukar cerita tiap hari seperti ini. Gantian malam ini, Kai yang tidak bisa kemana-mana karena sedang sibuk dengan tugasnya itu membuat keduanya jadi mengobrol di kamarnya sendiri.
"Omong-omong, apa kau tidak ada menaksir seseorang, hm? Atau mungkin ada seseorang yang menaksir padamu begitu? Kau, kan, manis. Gadis mana yang tidak suka padamu? Benar, tidak?" Aeri menukas lagi. Kali ini gadis itu memasang senyum nakal, yang sampai membuat gerakan menulis Kai terhenti, hingga refleks menatapnya dengan raut terkejut.
"Kenapa nuna jadi membahas itu? Aku, kan, masih kecil, mana ada mau berpacaran? Soobin hyung pasti akan marah dan memukul pantatku jika tahu."
"HAHAHA. Rupanya Kim Kai-ku masih menganggap dirinya bocah, ya? Bukannya kemarin pagi tidak mau disebut begitu lagi?"
"Terserah!" Kai menjawab pasrah. Tidak ada gunanya adu mulut dengan Park Aeri jika pada akhirnya dia juga yang salah.
Aish! Semuanya jadi serba salah memang.
"Wih, apa ini, Kai?" Aeri lagi-lagi bersuara. Melambai-lambaikan sebelah tangannya yang tengah memegang amplop kecil berwarna merah jambu yang baru saja ia temukan di atas meja. "Hum, biasanya kalau ada simbol hati seperti ini, namanya surat cinta, bukan? Oh, rupanya sudah ada yang lebih dulu tertarik padamu ya, Kim Kai-ssi?"
Kai lagi-lagi melotot kaget. "Nuna, kemarikan!" Pekiknya kelewat panik. Beruntung dapat meraih benda itu dalam sekali tarik, dan refleks menyembunyikannya di balik punggung dengan satu tangan. "I-ini... hanya surat biasa. Bu-bukan apa-apa, kok."
"Yang benar?"
"I-iya, benar. Aku... tidak bohong."
Ada jeda cukup lama kala kepala Aeri mendadak dipenuhi pemikiran aneh. Gadis itu sebentar berusaha menimbang-nimbang akan apa yang bisa ia lakukan untuk mengetahui kebenaran. Apakah Kai berbohong, atau tidak? Teringat sesuatu, jiwa keisengannya sontak muncul saat bibirnya merekah guna memasang senyum jahil. "Kalau begitu, kemarikan tanganmu!"
Tangan Kai yang kosong langsung ditarik paksa. Aeri lantas menggenggamnya erat, persis seperti saat dirinya bersalaman dengan Taehyun tadi sore. Jika yang di sekolah tadi memang nyata, maka seharusnya bisa berguna juga untuk hal seperti ini, bukan? Gadis itu kemudian memejam. Mari kita lihat apa yang terjadi!
Satu detik.
Tiga detik.
Sepuluh detik...
Tunggu, tunggu! Kenapa tidak ada apapun? Apakah cara memegangnya yang salah? Tapi sepertinya sama saja. Haruskah—
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] ZERO O'CLOCK: When The World Stops For A While
Fantasy[𝙊𝙉 𝙂𝙊𝙄𝙉𝙂] Park Aeri tidak pernah berpikir bahwa kehidupan seseorang di luar sana rupanya tergantung pada pilihannya. Ada satu pemuda Seoul yang seharusnya bisa ia selamatkan saat itu. Jika saja waktu dapat diulang, gadis itu ingin memulai s...