Kesibukan mengurus semua berkas dan perlengkapan untuk kepergiannya ke Turki, membuat tubuh Aira terasa sangat lelah. Aira berniat meruntuhkan rasa penasarannya pada sosok pria yang mirip dengan ayahnya, namun rasa lelah membuatnya urung. Ia memilih menenangkan hati, dan melupakan peristiwa yang baru saja terjadi. Aira menarik napas pelan, menghembuskan kembali hingga hatinya kembali tenang. Ia memutuskan kembali ke rumah, memberikan waktu tubuhnya untuk beristirahat. Dua hari lagi, ia akan meninggalkan tempat kelahirannya, dan mengabdi ke negeri lain demi mengejar cita-citanya.
Aira berjalan tertatih ke luar Cafe, dingin udara sore itu membuat Aira menggigil. Ia bergegas menuju parkiran dan melajukan kendaraannya menuju rumah. Pelan Aira mengendarai sepeda motornya, ia menikmati perjalanan. Hamparan pepohonan yang ia lewati terlihat begitu indah, warna jingga di langit sore menambah keindahan pemandangan sore itu. Orang-orang berlalu lalang hendak menuju ke rumahnya masing-masing. Banyak para pekerja yang mulai mengakhiri pekerjaan, dan anak-anak berlarian pulang ke rumahnya, karena hari semakin sore. Aira menyadari semua akan terlihat indah saat ia akan meninggalkannya. Begitu juga dengan kota, tempat kelahirannya yang nampak indah saat akan di tinggalkan. Larut dalam keindahan perjalanan, membuat Aira tak sadar ia telah sampai di rumah.
“Assalamualaikum, Bu!” sapa Aira saat tiba di rumah.
“Wa’alaikumussalam, kamu kok baru pulang, Nak? tanya Ibu pada Aira yang berjalan tertatih masuk ke rumah.
“Iya ... Bu, tadi Aira ... ada urusan sedikit yang harus di selesaikan.” Aira menjawab dengan suara terbata-bata, mencari alasan mengapa ia pulang terlalu sore.
“Jangan terlalu capek, Nak. Kamu harus menyiapkan tenaga untuk keberangkatan kamu ke Turki.”
“Iya, Bu. Selesai ini Aira istirahat sepenuhnya.”
“Ibu sudah siapkan makan malam, kamu mandi dulu terus makan ya!” pinta Ibu pada Aira.
“Iya, Bu. Aira ke atas dulu.”
Aira berjalan ke kamar untuk membersihkan diri. Ia mengeluarkan buku-buku yang di belinya dari dalam tas dan menyimpannya di atas meja. Ia teringat pada sosok pria yang tadi menabraknya. Membuat Aira kembali menaruh rasa penasaran pada sosok pria bernama Malik.
“Tampan, lucu dan ... ah tidak, aku tidak boleh memikirkannya,” gumam Aira dalam hati.
Ia mengambil secarik kertas kosong dan menuliskan perjalanan hari ini dalam sebuah buku diary miliknya.
***
“Kring ....” Suara ponsel Aira bergetar. Ia membuka ponselnya dan melihat terdapat beberapa pesan dari Raka dan 3 panggilan suara tak terjawab. Aira tak menyadari sedari tadi Raka menghubunginya.
“Aira di mana, jangan lupa besok pagi ketemu di taman!”
“Ai, masih sibuk ya?”
“Kalau sudah sampai rumah kabari Ai, jangan lupa istirahat!”
“Sudah malam kok belum di balas, pasti lupa terus ketiduran.”
Beberapa pesan singkat dari Raka yang belum sempat Aira balas. Karena rasa penasarannya membuat ia melupakan Raka yang sedari tadi mengkhawatirkan dirinya.
“Iya, Ka. Aku sudah pulang ini mau istirahat. Maaf ya baru sempat balas, aku gak lupa kok.” Aira membalas pesan singkat Raka untuk memberi tahu bahwa dirinya baik-baik saja.
Tak lama Raka langsung membalas pesan Aira. Membuat Aira merasa bersalah karena membuatnya menunggu sejak tadi.
“Alhamdulillah, Ai. Kalau kamu baik-baik aja. Ya sudah kamu istirahat ya, jangan begadang. selamat , Aira!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema Hati Aira
Teen FictionHallo Readers, apa kabar?? Tetap jaga kesehatan ya jangan cuman rebahan, eh tapi gak-papa rebahan sambil baca cerita dari Author😁😁 Hari ini Author bawa cerita baru nih, banyak mengandung bawang😁. Ikuti terus kisahnya Aira ya , seorang gadis cant...