Tzuyu masih terus menangis dalam kesendiriannya. Kekuatan yang tadi berusaha ia bangun saat mendengar Jungkook datang, luruh begitu saja saat melihat wanita lain yang hadir disaat yang sama. Ia sudah rapuh karena kehilangan sosok malaikat kecil yang menjadi saksi hubungannya dengan Jungkook, dan berharap bahwa Jungkook adalah orang pertama yang mampu membawanya bangkit. Tapi pada kenyataannya ia malah menjadi orang yang menghancurkannya lebih dalam.
Ia tau hubungan ini tak pernah sehat, hubungan seperti yang terjalin antara dirinya dan Jungkook memang tak pernah diharapkan keduanya. Namun seiiring berjalannya waktu saat semua terlihat semakin baik Tzuyu yakin bahwa ini memang takdirnya. Takdir yang segaja Tuhan tulis dan jauh dari anganya. Namun pada kenyataannya takdir itu memang tak pernah ada, dan Tzuyu sudah lelah dan berhenti untuk berharap. Karena sebesar apapun ia berharap, semua itu tak pernah terjadi padanya. Harapannya tak pernah terwujud.
Wanita itu kembali terisak dan meremas baju di bagian dadanya kuat, berusaha menetralisir rasa sakit yang terus menghujamnya. Rasanya sangat sesak dan menikam. Ia tak punya lagi harapan, ia sudah hancur dengan ribuan sayatan rasa sakit yang terus menghunusnya. Ia tak punya lagi kekuatan, tak punya lagi penopang yang akan membantunya bangkit.
Tzuyu merasa kehilangan segalanya, dunianya hancur dan tak ada lagi yang tersisa. Bayi kecil yang tak seharusnya bersalah lenyap karena kecerobohanya, dan rasa cinta yang menjadi harapan terakhirnya kini juga sudah terkoyak karena penghianatan yang ia terima. Ia sudah berakhir, semua sudah pergi dan meninggalkan dirinya sendiri dengan rasa sakit yang teramat dalam.
Ia hanya bisa menangis dan meratapi semua yang sudah terjadi padanya, merasa tak berdaya saat satu persatu rasa sakit kembali menusuk hatinya, menghancurkan semua yang tersisisa dari dalam dirinya, mengambilnya dengan paksa dan meninggalkan bekas luka yang tak akan pernah hilang.
Tzuyu terus menangis bahkan semakin histeris saat semua kembali terngiang dalam otaknya. Ia kembali hilang kendali dan berteriak keras dengan menjambak rambutnya sendiri. Keadaanya sudah kacau ditambah segala hal buruk beruntun yang menimpanya, itu cukup mempengaruhinya secara mental.
Tzuyu masih terus menangis secara brutal saat pintu kamar rawatnya dibuka, beberapa orang mulai masuk dan Tzuyu sudah merasa tubuhnya ditarik dalam dekapan seseorang.
"Hentikan Nak...Hentikan Tzuyu!"
Tzuyu mendongak dan melihat Ibu dan juga Ayahnya yang datang. Tatapan sayu Tzuyu mengarah pada sang Ibu yang kini sudah meneteskan air mata melihat keadaan putri semata wayangnya.
"I-ibu..." Lirih Tzuyu dan kini memeluk ibunya erat, membuat nyonya Chou melakukan hal yang sama. Ia ikut pilu melihat kondisi Tzuyu yang kacau seperti ini.
Begitupun Sang Ayah yang kini hanya bisa mengusap surai hitam sang Putri yang masih menangis dalam dekapan sang istri. Hatinya ikut sakit mendengar rintihan kepedihan Tzuyu yang terdengar menyayat hati.
"Menangislah Nak, menangislah! Tapi Ibu mohon jangan salahkan dirimu sendiri!" Ucap Nyonya Chou seraya mengusap halus punggung Tzuyu, mencoba memberikan ketenangan untuk putrinya.
Sedangkan Tzuyu tak mampu lagi menjawab, hanya air matanya yang terus meluap sarat dengan kesedihan yang masih begitu pekat. Ia kembali mengeratkan pelukannya.
"Ibu tau kau juga seorang ibu yang kuat, kepergiannya bukan salahmu. Lagipula tak ada satupun Ibu di dunia ini yang menginginkan hal ini terjadi"
Tzuyu masih tak bergeming, namun perlahan ucapan Ibunya membuatnya sedikit merasa tenang.
"Dia sudah bahagia di sana, dan tugasmu sekarang adalah mengikhlaskannya dan juga bahagia untuknya"
Nyonya Chou melepaskan pelukannya dan menatap Tzuyu lekat. Tangannya menggenggam kedua tangan Tzuyu erat dan menyatukannya. Satu tangannya terulur menghapus jejak basah di pipi Tzuyu, dan perlahan senyum tulus keluar dari wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Agreement [COMPLETED]
FanfictionDisaat sebuah keterpaksaan menjadi sebuah rasa yang tak bisa dijelaskan. Semua begitu rumit untuk bisa diungkapkan karena semua datang begitu saja bahkan tanpa menyadarinya. Namun, dikala satu persatu masalah dari masa lalu mulai ikut menghakimi, Ak...