EP 22

4.8K 665 97
                                    

Happy reading!
~~

Shani perlahan membuka matanya, ia merasakan sesuatu menetes di atas kepalanya. Shani mengadahkan kepalanya dan melihat seseorang tergantung diatas dengan darah yang menetes sedikit demi sedikit. Shani menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas lagi siapa yang tergantung disana, namun hasilnya tetap sama. Shani tidak bisa mengenali seseorang itu karna kondisi ruangan yang cukup gelap.

Shani tidak tau sekarang ia berada dimana, yang ia ingat terakhir kali adalah Jinan menendangnya hingga ia tidak sadarkan diri dan sekarang ia terbangun dalam keadaan lengan dan kaki yang terikat. Shani mencoba untuk melepaskan ikatan ditangannya, namun ia baru menyadari benda yang mengikat tangannya bukanlah sebuah tali melainkan sebuah borgol. Saat Shani masih berusaha untuk melepaskan dirinya, lampu ruangan tersebut tiba-tiba menyala.

Shani dengan cepat menoleh dan disana Jinan sedang tersenyum sembari melambaikan tangannya. Shani hanya menatap datar pada Jinan, namun Jinan hanya merespon dengan tawanya. Jinan lalu menunjuk keatas, Shani mengikuti arah yang ditunjuk oleh Jinan. Seketika Shani terkejut, ia menggeser duduknya untuk memastikan apa yang ia lihat.

"F-Feni!"

"Turunin dia please.." pinta Shani dengan nada memohon.

Jinan mengangkat kedua bahunya acuh. "Oke!"

Jinan menekan sebuah tombol di dinding dan bersamaan dengan itu tubuh Feni terjatuh tepat dihadapan Shani. Tubuh Shani bergetar hebat melihat tubuh Feni yang berlumuran darah. Air mata Shani keluar begitu saja menyaksikan keadaan Feni yang sangat memprihatinkan. Shani sudah terbiasa melihat pemandangan seperti ini, namun tidak siap melihat hal seperti ini menimpa sahabatnya.

"F-Feni m-maafin gw.." ucap Shani terbata.

Tanpa Shani duga, Feni terbatuk dan membuka matanya perlahan. Feni hanya mampu membuka sedikit matanya, namun itu sudah cukup untuk melihat Shani sedang menangis karenanya. Shani melihat Feni seperti ingin mengatakan sesuatu, namun tidak bisa karna mulutnya yang masih ditutup oleh solasi. Shani menggeser duduknya mendekati Feni. Karna Shani terborgol dengan tangan yang berada di belakang badannya, ia tidak bisa membantu melepaskan Feni menggunakan tangannya. Shani terpaksa mendekatkan wajahnya pada wajah Feni, ia menggigit ujung solasi yang menempel dan menariknya.

"Welcome.." ucap Feni sangat pelan, lalu terkekeh pelan.

Jika Feni sedang tidak dalam keadaan sekarat, mungkin Shani ingin menghajarnya detik itu juga. Shani berpikir Feni hendak mengatakan sesuatu yang penting, namun yang terjadi Feni hanya mengucapkan kata selamat datang untuknya.

Jinan menghampiri Shani dan Feni, ia berjongok dihadapan keduanya. "Dia udah nungguin lo dari lama Shan, tapi lo ga ngeh kalau dia ngilang karna di otak lo cuma ada Gracia Gracia Gracia"

Shani menatap bersalah pada Feni.

"Kalau bukan karna dia, mungkin sekarang Gracia dan keluarganya udah ga ada Shan. Jadi lo harus berterima kasih sama dia"

"Gw tau.." ucap Shani menundukkan kepalanya.

"Feni gw minta-"

DOR!

"Upss.. Too late!" ucap Jinan memutar pistol ditangannya yang baru saja ia gunakan untuk menembak Feni tepat pada jantungnya.

Shani mematung ditempatnya, semuanya terjadi terlalu cepat. Bahkan ia tidak sempat untuk mengucapkan maaf dan berterima kasih pada Feni.

"LO!" ucap Shani menatap marah pada Jinan.

"Apa? Lo kelamaan sih ngomongnya, kasian gw liat dia sekarat gitu" ucap Jinan dengan entengnya, semakin memancing emosi Shani.

LB BOOK II: ENDLESS PAIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang