Chapter 5 : Say it Now or Never

79 9 2
                                    


yoona dan dimas bingung melihat si kembar yang lari bersama sama ke atas

"kenapa mereka pergi gitu aja ke kamar ? bukannya kuenya enak ?" tanya yoona sambil menahan tangan jullian yang ingin menyusul si kembar

"mereka alergi strawberry ma, mama lupa ?" ucap jullian dengan nada cukup tinggi. yoona terdiam dan melepaskan gengamannya.

"oh iya wajar aja kalau  lupa,  mama gak pernah urus mereka sih soalnya" sambung julian saat perjalanannya menuju tangga

"lian, mau kemana?" tanya javi yang baru saja kembali dari taman belakang setelah menelepon rumah sakit karena urusan mendadak

"jeno, nana makan strawberry kak, mereka pasti lagi kamar mandi sekarang" javi yang panik langsung lari naik ke lantai 2 dan menuju kekamarnya untuk mengambil beberapa obat dan infus ditemani sama jullian. pikiranya kalut saat ini. saat masuk kekamarnya, mereka melihat mama dan papanya sedang menemani si kembar. namun melihat si kembar yang seperti enggan ditemani oleh kedua orang tuanya, javi jadi kecewa

"mama sama papa mendingan keluar" ucap javi masih dengan nada halus namun khawatir dengan si kembar

"tapi nak, ini jeno sama nana"

"KELUAR JAVI BILANG, MEREKA GAK BUTUH KALIAN" bentak javi, dan muka kaget lian pun gak bisa di hindari, baru ini dia melihat javi sebegitu emosinya. tapi tidak dengan di kembar, walaupun mereka masih berusaha menahan sakit dan bernafas, mereka tersenyum kecil karena merasa di mengerti oleh kakak mereka. 

"Javi !! keterlaluan kamu bentak ke kita, papa gak pernah ajarin kamu buat kurang ajar gini ya javi" ucap dimas yang juga tidak kalah tegas

"ma, pa please, aku dan kak javi harus nanganin si kembar, kasian mereka" ucap lian lirih melihat si kembar yang semakin parah. akhirnya yoona bangkit dan meninggalkan anaknya dan mengajak dimas untuk ikut keluar juga

"setelah ini kita bicara javi" ucapan papanya hanya dianggap angin lalu oleh javi yang sekarang berada didepan kamar mandi jeno.

"lu nana, gw jeno yah, gw yakin kondisi jeno lebih buruk dari nana" tanpa ada kata kata anggukan mereka langsung masuk kekamar mandi tempat si kembar mengeluarkan semua makanan mereka malam itu, ditambah dengan rasa sesak yang menghambar pernafasan mereka. untung saja tadi javi sempat untuk masuk kekamarnya terlebih dahulu untuk mengambil suntikan penenang, dan untungnya juga jullian sudah diajari oleh javi cara menyuntik, jadi mereka bisa membagi tugas malam itu.

Sesuai dugaan javi, keadaan jeno jauh lebih parah dibandingkan nana, sudah merasakan kesakitan diri sndiri, dia juga terpaksa merasakan kesakitan saudara kembarnya itu, tentu saja malam itu mereka harus melihat kembali jeno yang hilang kesadaran dan nana yang meringis kesakitan. setelah tenang mereka dibawa ke ranjang mereka masing masing dan diberikan infus.

"a..kuu. ma..u sa..maaa.. je..no.." ucap nana sambil menahan sakitnya. Apalagi setelah dia tau nana tidak sadarkan diri. dia cuma mau berada disebelah jeno pada kondisi seperti ini. Karena tidak tega Javi membantu julian memindahkan nana ke sebelah jeno dan membaringkannya sambil merapikan infusnya.

Tentu saja pemandangan itu tidak luput dari pandangan kedua orang tua mereka yang terlihat tidak berdaya di depan pintu kamar si kembar, Dimas tentu saja kaget dan kalut melihat kondisi si kembar yang begitu kesakitan dan juga melihat bagaimana ke empat saudara ini bereaksi satu sama lain, satu sisi mereka merasa bangga tapi satu sisi mereka juga merasa tidak berdaya sebagai orang tua. 

Yoona menangis di pelukan Dimas saat melihat kondisi anaknya yang kesakitan karena kebodohan yang ia lakukan. Kalau saja dia tidak lupa keadaan si kembar dan alergi menyakitkan mereka itu, pasti ini semua tidak terjadi

About Time | NOMINWhere stories live. Discover now