–(•• Gorgenais ••)–
Memasuki semester 2 membuat New sadar bahwa selama dirinya masuk ke sekolah, tidak ada yang berubah. Semuanya membosankan. Memang awalnya dia mengalami culture shock karena budaya sekolah hedon yang membuatnya tersadar akan status dirinya yang tak mampu itu. Bahkan, dibandingkan dengan siswa yang lain, dirinya merasa sangat rendah.
Tapi menjadi siswa yang biasa saja, tidak dikenal, tidak dianggap keberadaannya, dan selagi tidak ada masalah apapun membuat New sudah merasa aman. Yah setidaknya selama semester kemarin.
Hari ini, Minggu kedua masuknya awal semester 2. New bangun lebih pagi dan segera mandi. Memakai seragam lengkap dan berjalan menuju supermarket dekat asramanya seperti biasa untuk membeli sarapan. Dengan lima puluh langkah dari asrama, New bisa sampai ke sekolah. Jadi, dia tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi.
Setelah membeli roti coklat dan susu sweet delight kesukaannya, New berangkat menuju sekolah. Banyak siswa yang juga lalu lalang dengan seragam yang sama dengan yang New kenakan, tapi tidak ada satupun yang New kenal. New memang tidak pernah berniat untuk mengenal mereka karena mau bagaimanapun, mereka tetap tidak akan menganggap keberadaannya. Kecuali, jika New anak orang kaya, atau salah satu investor dari sekolah, atau memiliki paras yang tampan. Tapi tidak ada satupun kriteria tersebut dalam diri New.
Yah, setidaknya bersekolah dengan aman dan tenang sudah membuatnya merasa baik.
New sampai didalam kelasnya dengan selamat. Kelas yang sudah berisikan banyaknya siswa menandakan sebentar lagi bel masuk berbunyi. New bergegas menuju tempat duduknya dan menghabiskan sarapan sebelum guru mapel pertama masuk. Dia tidak mau mencari masalah dengan guru!
-20-
Ketika jam pelajaran usai, satu-satunya tempat untuk disinggah adalah kantin. Memang semestinya para siswa berada disana, termasuk New.
"New!"
New menoleh kebelakang, menemukan Mild temannya berlari mendekat. Mild merupakan satu-satunya teman New dari awal sampai sekarang. Mild termasuk kedalam anak emas, karena orang tuanya merupakan investor yang cukup berpengaruh di sekolah. Tapi, Mild tidak terlalu dikenal karena memang dirinya low profile.
"Ingin kekantin?"
"Hmm..", New menangguk sebagai jawaban. Keduanya melangkah bersama menuju kantin.
"Kau tumben sekali tidak mengintai Si Es?"
"Aku tidak tau dia dimana, lagi-lagi dia bergerak lebih cepat. Harusnya kelasku ada disamping kelasnya" ketus Mild. Dirinya tampak kesal dengan kedua tangan melipat didepan dada.
"Lebih baik kau berhenti mengikuti pria dingin seperti dia. Dia saja gak tau kau hidup atau tidak"
"New!"
"Iya-iya maaf. Sudah, kau cari tempat sana. Biar aku yang pesan. Seperti biasa kan?"
Mild mengangguk kesal dan dirinya segera berpisah dengan New sesampainya mereka di kantin. Keadaan kantin sangat ramai tentu saja. Meja bagian tengah diisi oleh para siswa 'emas' dan dibagian pinggir diisi oleh siswa kalangan biasa. New sendiri tak tau dia berada di bagian yang mana. Semoga saja Mild mencari tempat yang lumayan sepi dan sedikit jauh dari kerumunan.
Sembari mengantri, New melihat beberapa siswa didepan memotong antrian. Dirinya merasa kesal namun ia bisa apa. Melihat status siswa itu membuat menciut tak berkutik. Kalau begini terus, sampai kapan dia akan mendapat giliran?
Duk
Seorang siswa yang lewat dari belakangnya menyenggol bahu New membuatnya terdorong kedepan. Bahunya yang tersenggol terasa sakit, namun siswa itu malah melangkah menuju meja dibagian tengah. New tahu siapa saja siswa-siswa yang duduk di meja itu. Apalagi siswa yang barusaja menyenggol nya. Dia melihat segerombolan siswa itu menatapnya sambil membicarakannya. Itu terlihat dari siswa tadi yang menunjuk dirinya remeh. Matanya bertabrakan dengan salah satu diantara mereka, yang nampak menonjol dan memiliki aura mengerikan.
Oh tidak, dia barusaja bertatapan dengan Tay Tawan!
Sebuah senyuman tipis dari pria itu membuat New merinding. New yakin tidak ada yang sadar dengan gerakan tipis itu selain dirinya. Tatapan menusuk dari pria itu membuat New segera memalingkan wajah dan bergegas memesan makanannya untuk segera pergi dari posisinya yang sekarang.
New tampak celingukan mencari keberadaan Mild. Namun sedetik kemudian, dirinya menemukan Mild melambaikan tangannya di ujung kantin. New bergegas menghampiri dan duduk dihadapan Mild.
"Kenapa kau lama sekali"
"Aku sudah mengantri dengan sabar, seharusnya kau berterimakasih padaku atau kumakan bagianmu!"
"Ishh.... Iya-iya, terimakasih Nyuwi" balas Mild centil.
Mereka berdua makan dengan tenang diselingi pembahasan Mild tentang kegilaannya akan Si Es alias Tay Tawan. Pria yang barusaja bertatapan dengannya.
Tay Tawan dilabeli sebagai siswa 'Emas' karena orang tuanya merupakan pemilik sekaligus direktur sekolah. Dia juga merupakan ketua geng sekolah yang katanya pembuat onar. Geng yang beranggotakan 6 orang itu juga berisi para siswa 'Emas', tapi mereka berada di tingkat yang lebih rendah dari Tay. Semua penghuni sekolah ini tau siapa mereka dan tak ada satupun yang berani mencari masalah.
New sendiri tidak pernah bertemu langsung dengan mereka. Namun mulai dari minggu awal semester 2 dimulai, New merasa dirinya sering bertemu dengan mereka. Ditambah dengan kelas mereka yang berada disamping kelas New, poin tambahan yang membuat New akan terus bertemu dengan mereka. Untungnya sampai saat ini, New tidak sampai menampakkan mukanya pada mereka kecuali tadi! Membayangkan mereka menatap New jijik saja membuatnya kesal setengah mati. Ia harap itu terakhir kalinya dia berurusan dengan geng mereka...
Tapi........... Sepertinya Tuhan tidak berpihak padanya.
Ketika ia sadar Tay dan gengnya berjalan kearah mejanya, New membeku. Dia tidak mau terlalu percaya diri, bisa saja mereka ingin sekedar mencuci tangan karena wastafel yang letaknya tepat dibelakang meja mereka.
Namun, sebuah tangan besar menggebrak mejanya berhasil menyadarkan New dan juga Mild. Seorang siswa yang tadi menyenggol New berdiri disampingnya, menatapnya sinis dan tajam. Mereka semua mengelilingi meja New, semakin membuat New dan juga Mild panik.
Ada apa ini?
Tay berdiri diantara Mild New, menatap New dingin, diikuti gengnya yang juga menatap New. New semakin merasa disudutkan. Apa karena tadi dirinya menatap Tay? Atau apa?
"Kau"
Tay menunjuk New tepat didepan mata, dengan sebelah tangan yang menumpu diatas meja, mengabaikan seisi kantin yang menatap kearah mereka penasaran.
"Jadi pacarku"
Dua kata yang keluar dari mulut biadab Tay berhasil membuat New seakan jatuh dari atas jurang. Jantungnya seakan berhenti berdetak dan dia tidak bisa mengucapkan sepatah katapun. Mild yang berada dihadapannya juga sama, namun temannya itu tidak bisa membantu apapun.
"Tidak ada penolakan"
Ucapan singkat sekaligus usapan kasar di rambutnya menjadi akhir dari peristiwa mengejutkan siang itu.
Dan New, tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya....
Sial!
Bersambung.....
Tee🥀's Note :
Ini Tee buat ditengah malam, karena ide yang tiba-tiba muncul dan gak bisa ditunda, jadi Tee ketik dengan kedua jari kecil Tee diatas papan ketik Hp Tee. Rasanya Pegel, tapi semoga kalian suka😊Btw, jangan lupa baca story Tee yang lain!
See you in next chapter 👋
Btw lagi, kalian suka gak sii kalau Tee buat Notes begini diakhir chapter? Hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Gorgenais | Taynew
Fanfiction[Romance] [School life] [M] Tak pernah terbayangkan oleh New bahwa dirinya bisa menjadi pacar seorang Tay Tawan, ketua geng seantero sekolah yang kejam dan dingin. Bagaimana bisa?