♡♡
"Kamu bener gamau saya anter sampe apartemen?" Ucap Kak Hobi dengan tatapan khawatir.
"Ayolah, Kak. Kenapa harus seperti itu? Kakak membuatku takut saja" ucapku dengan tertawa.
"Matamu gabisa bohong loh, Han"
"Dah, Kak. Aku duluan" Aku pun pamit dan segera memasuki kawasan apartemenku.
Aku tidak kesal, hanya saja. Ayolah, aku hanya tidak menyukai wanita itu dari dulu. Dia terlalu jahat padaku dulu. Tidak bisakah jika wanita lain saja. Namun begitu, apakah aku juga akan menerima jika dia dengan wanita lain.
Kulihat jika aku sekarang ke apartemen mungkin juga akan membosankan karena masih belum petang. Aku harus memanfaatkan waktu liburku dengan sebaik mungkin.
Taman, aku akan kesini lagi ketika senang maupun sedih. Sekarang? Aku tidak tau perasaan ini dibilang apa. Anak-anak bermain ke sana-ke mari. Aku ingin bermain seperti mereka lagi namun yang bisa kulakukan hanya duduk di atas ayunan sendirian.
Matahari mulai terbenam menghilangkan cahaya senjanya. Aku sangat menyukai momen ini karena semesta kembali menunjukkanku bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Bahkan cahaya matahari sekali pun. Semuanya memiliki waktunya masing-masing. Tidak menunggu kapan waktunya kita perlahan untuk pergi.
"Kenapa masih di sini, kok belum pulang?" Seseorang yang kupikirkan datang dan dengan sopannya mengelus pelan kepalaku. Setelah itu, Kak Seokjin pun duduk di ayunan yang berada di sebelahku.
"Masih mau di sini aja, Kak. Kakak pulang duluan saja"
"Oh gitu. Yaudah saya temenin"
"Tugasnya udah selesai kak?" Tanyaku dengan menyembunyikan perasaanku, jujur aku tidak ingin melihatnya untuk kali ini.
"Sudah. Kamu habis dari mana?"
"Beli cardigan" ucapku dengan memainkan ayunanku.
"Mau lihat dong" ucapnya dengan mengambil bingkisanku. Lihat senyumnya yang menyebalkan.
"Bagus nih, cocok buat kamu" Aku pun hanya mendiamkannya.
"Kamu udah makan belom?" Aku pun memberhentikan ayunanku terpaksa dan menatapnya sinis.
"Kak, bisa diam tidak, sih?" Tidak. Aku tidak dapat menahannya. Aku kesal sekali.
"Kenapa?"
Aku pun mengalihkan pandanganku ke arah lain. Ku pikir sejenak, untuk apa aku seperti ini. Tidak ada kejelasan, lebih baik daripada abu-abu seperti ini. Aku pun menghela napasku dan mengambil bingkisanku.
"Aku mau pulang" ucapku dengan melangkah pergi darinya.
Jelas, dia tidak akan membiarkanku pergi. Dia mencegal tanganku dan memutar tubuhku menghadapnya.
"Ada apa?" Aku hanya memutar bola mataku malas.
"Sudahlah, Kak. Aku hanya lelah. Itu saja" ucapku dengan melepas pelan genggamanya. Aku pun melangkahkan kakiku untuk menuju pulang.
"Saya melihat kau bersama Hoseok hari ini. Mengapa kau tidak memberitahuku?" Seketika langkahku berhenti dan menatapnya aneh.
"Kau bercanda? Apakah itu begitu penting? Dia bahkan teman dekatmu" Dia pun mendekat dan menatapku mengintimidasi.
"Kau pikir walaupun dia temanku, aku akan mempercayainya dengan mudah?"
"Apakah kamu sedang mabuk, Kak?"
"Tidak!" Aku terkejut bukan main. Kak Seokjin tidak pernah sedikit pun membentakku. Seketika air mataku mengalir begitu saja.
"Tidak, Haneul-ah. Mengapa kau melakukan ini padaku?" Aku pun melangkah mundur perlahan dan menatapnya tak percaya.
"Kak, bukankah seharusnya aku yang berkata seperti itu padamu?"
Seokjin maunya apa, sih? Sebel jadinya huhuhu umbar harapan sana-sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
FABULOUS📸
Fanfiction"Kamu tau ga kalau makan pisang goreng pas lagi panas-panas namanya bisa berubah loh" "Hah?" "Jadi Hihang Hoheng, HAHAHAHA!" [Est.2021-Never Ending]