Chapter 25

1.1K 57 2
                                    

Happy Reading.

*

*

*
Kebahagiaan tidak hanya datang dari kemewahan.

***

Shila masuk ke dalam cafe. Hari ini adalah hari pertama ia bekerja. Shila langsung diterima saat melamar kerja. Dan Shila bekerja dari pulang sekolah sampai malam pukul 20.00.

Sebelum memulai bekerja, Shila sudah berganti pakaian. Shila mulai bekerja melayani pembeli. Shila juga mengantar makanan ke meja pembeli. Rasanya begitu aneh bagi Shila. Baru kali ini Shila bekerja untuk mendapatkan uang. Tapi Shila tetap semangat walaupun semuanya menguras keringat.

Di sisi lain Athur juga sedang bekerja keras untuk mendapatkan uang seperti Shila. Athur bekerja disebuah bengkel. Wajah Athur dipenuhi oleh oli. Ini bukanlah hal yang mudah untuk Athur. Apalagi dari kecil Athur sudah hidup dengan kemewahan. Namun demi Shila, Athur rela melakukan apapun.

***

Hari demi hari terus berlalu. Pekerjaaan Shila dan Athur berjalan dengan lancar. Hanya terjadi masalah sedikit dan mereka langsung bisa menyelesaikannya.

Saat ini Shila sedang berdiri di lorong sekolah sendirian. Shila tersenyum dengan senang.

"Uang gue udah terkumpul buat kemo," ucapnya dengan senang.

"Shila?"

Shila langsung menoleh ke belakang. Athur sekarang di hadapannya.

"Belum pulang?" tanya Athur.

"Ini mau pulang, kok."

"Ya udah aku anterin. Kali ini jangan nolak."

Shila langsung merasa gugup. "Ehh, gak usah. Aku bisa, bisa sendiri, kok."

"Aku, kan mau mandiri."

Athur tersenyum, lalu mengelus rambut Shila. "Aku bangga sama kamu."

"Kamu pasti belum makan, ya?" tanya Athur.

"Kok tempe?" Shila berbalik nanya.

"Tadi siang, kan kamu gak ke kantin. Ayo makan sekarang."

"Gak usah."

"Kali ini jangan nolak lagi."

Shila bingung. Namun pada akhirnya Shila menuruti Athur.

Kini mereka telah tiba di kantin. Athur pergi memesan makanan. Sedangkan Shila menunggunya di meja kantin. Kantin begitu sepi karena mungkin semua orang telah pulang.

Athur berdiri di tukang batagor. Athur tau kalau Shila selalu makan batagor Mang Oding.

"Mau pesen apa?" tanya Mang Oding.

"Batagor masih anget, nih. Sehangat hubungan kita berdua," ucap Mang Oding.

"Jijik."

Mang Oding tertawa. "Maaf, canda."

Sebelum memesan Athur nampak berpikir. Athur lalu mengeluarkan dompetnya dan memeriksa uangnya.

"Uang gue udah gue pake buat bayar kontrakan. Sisanya cuma 20 ribu," ucap Athur dengan pelan. Athur menghembuskan napasnya kecewa.

"Di sini ada bantal, silahkan jika mau tidur dulu."

"Batagornya satu, Mang. Sama air minumnya dua," pesan Athur.

"Ceu Odah ka pasar naek sapedah.
Oke deh!"

Tak lama kemuadian pesanan selesai.

The Secret Shila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang