Part 54 = Perihal Tentang Sore

5.4K 815 56
                                    

HAI-HAI AKU KEMBALI UP!!

GUYS DI SINI AKU MAU BILANG, KALAU NGGAK SUKA SAMA CERITAKU NGGAK USAH DIBACA
KARENA ADA YANG KOMEN GINI
"CERITANYA GANTUNG MALES BACANYA"
GINI YAH KALAU CERITA INI LANGSUNG AKU BUAT TAMAT YANG ADA AKAN JADI CERPEN

NYESEK DAN EMOSI SIH LIHAT ADA YANG KOMEN KAYA GITU.
KALAU MALAS YA UDAH PERGI. NGGAK USAH NGEBACOT. MASIH BANYAK KOK YANG SETIA MENUNGGU CERITA GANTUNG INI.

ASTAGFIRULLAH KAN EMOSI AKU

SEKIAN ITU AJA CURHATAN HATI AING HEHEHE. AKU LEBIH SENANG KALIAN SPAM ATAU KALIAN BILANG "YAH GANTUNG LAGI. CEPETAN UP YAH THOR" DARIPADA KALIAN MENJATUHKAN MENTAL
KASIHAN PARA AUTHOR KALAU KALIAN KOMEN SEPERTI ITU.
KARENA BUAT SATU PART AJA ITU BUTUH WAKTU.

KALAU ADA YANG TYPO MOHON MAAF





























💜HAPPY READING💜































Cahaya langit sore sangat banyak digemari orang. Alasannya suasana sore adalah suasana yang begitu menenangkan. Banyak orang berburu senja setelah seharian menjalankan aktivitas yang melelahkan. Begitu juga dengan Monica yang kini tengah asik menikmati sorenya di rooftop rumahnya. Setelah kejadian siang tadi yang cukup menguras emosi, Monica langsung pergi sekedar untuk menenangkan dirinya. Dirinya akan berubah bak singa betina jika ada seseorang yang berusaha menjatuhkan Ava.

Ava bukan hanya sekedar sahabat bagi Monica. Baginya Ava adalah keluarganya, saudaranya. Monica adalah anak tunggal dari seorang pengusaha terkenal dan sudah terkenal di dunia. Tak hanya itu, sang Papah adalah salah satu pimpinan mafia yang sangat ditakuti. Banyak memang yang tidak mengetahui hal itu, termasuk Ava. Monic sangat menutupi tentang keluarganya. Hal itu bertujuan agar tidak ada musuh yang mengganggunya.

Menjadi anak seorang pengusaha sekaligus mafia bukanlah hal mudah bagi Monica. Ia dan orang tuanya harus tinggal terpisah karena dengan cara itu Monic dan orang tuanya saling melindungi. Sebab itulah Monica senang menganggu para sahabatnya dan berpenampilan seolah-olah dirinya bukan orang kaya. Monica masih fokus dengan suasana sore, hingga pintu rooftop terbuka dan perlihatkan para bodyguardnya tengah menyeret orang dan langsung mendorongnya hingga tersungkur.

“Anjir, lo pikir gue karung beras, main lempar-lempar seenak udel,” gerutunya.

“Ada apa ini?” tanya Monica.

“Kami menemukan mereka bersembunyi di sekitar semak-semak,” ucap salah satu bodyguard.

“Kalian boleh pergi. Oh ya sekalian bawakan mereka minuman dan cemilan,” perintah Monica. Setelah para bodyguardnya pergi, Monica menatap makhluk di depannya dengan tajam. Sementara yang ditatap hanya cengegesan  tak jelas.

“Lo bertiga kenapa bisa ada disini?” tanya Monica.

“Ya karena kita direncanakan dan dibuat bersama oleh orang tua kami,” jawab salah satu orang yang membuat Monica langsung menjewer telinga orang itu.

“Gue tau, pasti ini kerjaan lo kan, Ram? Ngaku kagak lo muka aspal,” ucap Monica geram.

“Aaaaawwwwww sakit, lepasin cewek bar-bar. Telinga gue ini langka, hanya ada satu didunia. Lepasin wooiiii!” teriak Rama.

“Udah Mon, lepasin,” ucap Pandu. Monica pun langsung melepaskan jewerannya dan menatap Rama kesal.

“Jelasin kenapa kalian bertiga bisa disini!” perintah Monica.

“Mon, kita nggak dikasih minum sama makan dulu gitu. Gue lapar, dari kemarin malam belum makan,” ucap Asis dengan wajah memelasnya.

“Uang lo mana? Udah habis yah buat kasih makan sama para gebetan Lo?” tanya Monica dengan wajah mengejek yang membuat Asis kesal.

“Ngeri amat gebetan Lo, Sis. Udah bosan ngabisin nasi sekarang ngabisin uang. Limbad aja bisanya Cuma bengkokin garpu nggak bisa makan dia,” ucap Rama yang membuat ketiga orang di depannya menatapnya datar.

“Susah ngomong sama orang yang isi otaknya lebih kecil daripada otak nyamuk,” ucap Asis.

“Kaya pernah lihat otak nyamuk aja Lo,” ucap Monica.

“Sudah-sudah. Kalian bertiga kalau ketemu ributnya kaya ketemu mantan aja,” ucap Pandu jengah.

“NGGAK PUNYA MANTAN!” teriak Asis, Monica dan Rama bersamaan. Namun tak lama tatapan mereka beralih ke Asis.

“Heh dengkul tokek, maksud lo apa? Seabrek cewek yang lo deketin lo anggap apa?” tanya Monica sebal.

“Teman khilaf,” jawab Asis santai yang membuat ketiga orang di depannya mendengkus. Tak lama pembantu Monica datang membawa minuman dan beberapa cemilan. Asis dan Rama pun langsung menyerbu cemilan itu bak orang kelaparan.

“Serasa gue lagi ngasih makan anak busung lapar,” ucap Monica yang membuat Asis dan Rama mendelik sementara Pandu sudah tertawa.

“Sekarang gue tanya, kenapa kalian bisa kesini? Awas aja jawabannya ngawur lagi,” ancam Monica.

“Tanya aja sama Rama,” jawab Asis. Sontak Monica mengalihkan pandangannya ke Rama yang membuat si empu salah tingkah.

“Tadi gue mau nyusulin lo karena lo langsung pergi gitu aja. Gue udah panggil tapi lo nggak denger. Ya udah gue ikutin aja, kebetulan juga ada Pandu. Jadi gue seret dia deh buat temenin gue,” ucap Rama sambil memakan keripik kentang.

“Ini seriusan rumah lo?” tanya Pandu.

“Iya. Lo kok kaya ragu gitu, sih?” tanya Monica kesal.

“Gimana nggak ragu, orang selama ini lo di kampus kaya gembel, suka minta-minta makanan, pakaian lo di kampus juga nggak mencerminkan kalau lo orang kaya,” ucap Pandu yang membuat Monica menatapnya tajam.

“Gue nggak mau jadi pusat perhatian. Kehidupan gue nggak seindah yang lo semua bayangkan. Punya orang tua pengusaha terkenal sekaligus mafia membuat gue harus pandai menyembunyikan identitas,” ucap Monica sendu. Hal itu membuat Asis dan Rama yang tengah makan langsung tersedak.

“Mampus!” ucap Monica. Pandu pun langsung memberikan minum kepada keduanya. Setelah tenang, Asis dan Rama langsung menatap Monica tajam.

“Lo lagi nggak Menghalu ‘kan, Mon?” tanya Asis.

“Hooh, secara lo ‘kan suka berkhayal nggak jelas,” sambung Rama yang membuat Monica mendelik.

“Sejak kapan gue berkhayal, hah?” tanya Monica ngegas.

“Lah lo ‘kan selalu berkhayal jadi pacar dari grup kosidahan Korea” ucap Rama.

“Sejak kapan Korea ada grup kosidahan?” tanya Monica. Asis yang tau maksud dari Rama pun membuka suara, “Grup NCT maksudnya, Mon,” ucap Asis yang membuat mata Monica melotot.

“Heh! Namanya itu boyband yah bukan grup kosidahan. Lo kira mereka sama kaya grup emak-emak kompleks,” cara Monica.

“Sampai fans NCT dengar, siap-siap aja lo muntah paku, Ram,” ucap Asis menakuti.

“Udah-udah, ini kenapa pada bahas mereka sih? Ntar mereka keselek lagi,” ucap Pandu.

“Ok, intinya gue nggak Menghalu. Faktanya memang seperti itu. Jadi, gue minta sama lo bertiga nggak buka mulut tentang masalah ini karena kalau sampai bocor akan menjadi rumit,” ucap Monica.

“Rumit kenapa?” tanya ketiganya.

“Musuh pasti akan mengincar gue. Bukan hanya gue tapi orang terdekat gue, terutama Ava dan Citra,” ucap Monica.

“Apa hubungannya sama mereka?” tanya ketiganya bingung. Monica pun menatap orang di depannya  dengan tatapan dalam.

“Karena Ava dan Citra adalah anggota mafia bokap gue.”

***
Di sisi lain, Ava dan Citra tengah duduk santai di apartemen Citra. Selepas kejadian di kantin tadi mereka memutuskan untuk mencari keberadaan Ratu. Ava dan Citra sebenarnya sudah tau tentang keberadaan Ratu. Namun, entah kenapa mereka sangat sulit menangkapnya. Seakan ada yang melindungi Ratu sehingga Ava sedikit kesulitan menangkapnya. Saat Ava tengah asik melamun, Citra dengan santainya memukul paha Ava yang membuat si empunya meringis dan menatap Citra tajam.


“Kenapa?” tanya Ava datar.

“Gue penasaran sama lo. Gue mau tau kenapa para dosen dekatin lo?” tanya Citra.

“Nggak tau,” jawab Ava seraya meminum coklat hangatnya.

“Lo pilih mana di antara mereka?” tanya Citra yang membuat Ava tersedak.

“Apaan sih,” ucap Ava ketus.

“Gue yakin kalau lo pasti suka di antara ketiganya,” ucap Citra. Ava yang mendengar hal itu pun menghela napas.

“Mereka punya keunikan dan gue nggak tau harus suka sama siapa,” jawab Ava.

“Kalau di dunia ini tersisa hanya mereka lo pilih siapa?” tanya Citra yang membuat Ava menatapnya dalam.

“Mie instan,” ucap Ava seraya berdiri. Citra yang mendengar jawaban Ava pun mendengkus kasar.

“Di saat cewek lain ngejar tuh para dosen, Ava malah nolak. Apa jangan-jangan Ava nggak suka sama laki-laki?” ucap Citra pelan.

“Gue dengar,” ucap Ava yang membuat Citra tertawa garing.


Ava pun berjalan menuju balkon untuk menikmati suasana sore. Dulu, saat orang tuanya masih hidup, mereka sering bersantai di sore hari untuk melepas lelah. Ava pun menarik napas dalam sambil menutup mata untuk menikmati angin sore lalu mengeluarkannya secara perlahan. Setelah itu ia bergumam


“Gue belum memikirkan tentang cinta. Bagi gue sekarang adalah menemukan Om Aslan dan bertanya apa alasan dia melakukan ini semua dan juga menyerahkan orang yang bekerja sama dengannya pada ketua.”







BERSAMBUNG. . .

GIMANA? MAKIN SERU, BIASA AJA ATAU MAKIN NGGAK JELAS

JANGAN LUPA BACA, VOTE, DAN KOMEN YANG BANYAK

TERIMA GAJAH😄😄😄
23 JULI 2021






Di Rebutin Dosen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang