-sebagian kecil cerita ini-

84 15 3
                                    

Bunyi gesekan alat masak di dapur dan bau masakan yang harum membuat seseorang terbangun dari tidurnya. Perlahan lelaki itu mendudukkan dirinya, mengambil segelas air di nakas dan meneguk cairan bening itu pelan.

Sementara di ruang lain, lelaki bertubuh tinggi itu mengangguk-angguk setelah mencicipi masakan buatannya.

"Lumayan sih ini, kayaknya emang gue udah pro jadi babu. Jangan sampe masakan ala chef gini endingnya cuman masuk ke perut si Jake sama Jay. Ga ikhlas gue." monolog lelaki bernama Sunghoon ini

Ia menata satu persatu hidangan buatannya di atas meja, mulai dari nasi hingga lauk dan juga susu. Sesaat kemudian lelaki itu kembali ke dapur, membersihkan pantry dan sisa-sisa bahan makanan yang tidak dipakai.

Masih dengan celemek abu bergambar kelinci kecil di bagian tengahnya, Sunghoon bergegas menaiki tangga menuju satu ruangan. Dia mengetuk pelan sebelum memutuskan membuka sedikit celah di pintu ruangan bernuansa cream itu.

"Dek bangun, udah jam setengah 6. Alarmnya matiin ya, kedengeran sampai bawah soalnya." titah Sunghoon dari ambang pintu

Gadis kesayangan Sunghoon itu beranjak mematikan alarm. Sunghoon tersenyum melihat adiknya yang sepertinya masih mengantuk itu.

"Mandi ya, udah kakak bikinin sarapan di bawah." Pamit Sunghoon kemudian beranjak ke ruangan di sebelahnya

Baru saja hendak mengetuk, pintu coklat itu sudah dibuka sang pemilik dari dalam.

"Eh ayah udah bangun? Baru aja mau Sunghoon bangunin."

"Kamu balik aja, jangan ganggu kakakmu. Biar ayah yang bangunin." titah sang Ayah

"Yaudah deh kalau maksa. Sunghoon turun dulu, mau siap-siap." pamit Sunghoon

"Dek, nanti Kakak gak bisa jemput kamu ya. Soalnya harus rapat buat acara kampus minggu depan." titah Heeseung pada Jihan disela-sela sarapannya

"Iya, gapapa kok Kak. Nanti Jihan pulang bareng sama Yujin aja. Gampang kok." jawab sang adik

"Nggak minta jemput Papa aja?" tawar sang Papa

"Ehm.. Enggak deh, papa nggak asik soalnya." Polos Jihan yang kini dapat tatapan tajam dari sang Papa

"Yaelah canda kali Pa." kekeh Jihan

Suara kursi yang digeser mengalihkan atensi mereka bertiga.

"Kalau kakak yang jemput mau ngga?" tanya Sunghoon yang baru datang

Hening. Sudah biasa bagi Sunghoon.

"Bang, nebeng ya." lanjut laki-laki itu lagi

Heeseung memutar bola matanya malas. Lelaki yang berstatus sebagai anak sulung keluarga itu meletakkan alat makannya ke atas piring yang masih menyisakan beberapa suap sarapannya.

"Pa, Dek. Kakak berangkat dulu ya." pamit Heeseung

"Loh, sarapannya ngga dihabisin?" tanya sang Ayah

"Engga, udah kenyang." jawab Heeseung sambil melirik ke arah adik lelakinya itu

Sunghoon yang sudah hapal betul dengan sikap kakaknya itu hanya menghela napas pasrah. Ia mengambil segelas susu coklat di depannya dan meminumnya.

"Hati-hati ya, ngga usah ngebut bawa mobilnya." tutur sang Ayah

"Iya." kemudian Heeseung pergi meninggalkan ruang makan itu

Sunghoon masih diam, menikmati segelas susu coklatnya dan juga sepotong roti yang diambilnya baru saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AmertaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang