🌿48🌿

477 35 5
                                    

°•°•°•°•°•°

"Jadi gimana? Lo udah tau dimana mereka??" Tanya Zio memecahkan keheningan yang melanda ruang tengah rumah Andreas tempat sekarang ia dan seluruh keluargannya berada.

Andreas diam. Matanya fokus menatap layar laptopnya lalu kembali sedikit melirik pada Zio dan keluarganya yang menatapnya penuh cemas serta harapan.

Jika diingat lagi, tepatnya pada satu jam yang lalu, dimana Andreas sedang bersantai ria mengunjungi web kucing koboi seraya rebahan manis dengan beberapa cemilan menemaninya. Kebetulan orang tuanya yang sedang dalam kunjungan pekerjaan ke luar kota maka ia berniat menggunakan waktu emasnya itu. Tapi, saat sedang asik-asiknya menikmati konten dari web kucing koboi, gedoran keras dari pintu rumahnya berhasil mengusak ketenangannya.

Ingin Andreas mengabaikan, namun gedoran demi gedoran terus terdengar hingga benar-benar merenggut ketenangannya.

Dan betapa terkejutnya ia saat pintu rumahnya telah terbuka menampilkan satu temannya yang memboyong serta seluruh keluarga besar datang kerumahnya.

Andreas yang speechless hanya bisa diam dengan mulut terbuka lebar, hingga sebuah pertanyaan lolos begitu saja dari bibirnya.

"Zio lo mau lamar gue?!"

"Ngaco anjir! Gue nggak ada banyak waktu, tapi gue mau minta bantuan lo!"

Andreas ingin kembali bertanya, tapi saat menyadari tatapan serius dari temannya itu, Andreas memilih diam dan menepis segala dugaan-dugaan aneh yang melintas di kepalanya. Ia tahu ada sesuatu yang penting dan mendesak sahabatnya itu untuk datang kerumahnya dengan susah payah di hari yang sudah malam dengan memboyong seluruh keluarganya kemari.

Andreas menghela nafas pelan saat ia mengingat itu semua. Setelah melirik kumpulan orang-orang yang sekarang tengah duduk di ruang keluarga rumahnya itu, Andreas kembali melirik layar laptopnya yang belum menampilkan sesuatu apapun sejak dia memulai mengutak-atiknya tadi.

"Keberadaan Zefa sulit dilacak, ada dugaan mungkin ini akibat terhalangnya sinyal." Andreas mengangkat wajahnya menatap serius pada Zio yang terduduk tepat di hadapannya.

"Lalu apakah kemungkinan Zefa masih bisa dilacak?" Tanya wanita berkerudung yang Andreas ketahui adalah ibu Zefa dan bibi Zio.

Andreas kembali melirik layar laptopnya, "sinyal terakhir yang saya dapatkan Zefa berada di taman lama ujung kota," tutur Andreas.

Zio terdiam, ia tak tahu bagaimana Andreas bisa melacak orang seperti ini. Yang ia tahu hanyalah Andreas sudah terbiasa melakukan hal ini, mengingat pekerjaan Andreas yang memang mengharuskan pemuda itu pandai melacak keberadaan orang-orang.

"Bagaimana Lulu? Lo udah lacak?" Tanya Zio dengan khawatir.

"Sinyal terakhir Lulu ada di makam ujung kota, tempatnya tidak jauh dari taman ujung kota."

Mendengar perkataan Andreas, Anton menegakkan tubuhnya. "Ma-makam ujung kota?"

Andreas menaikkan sebelah alisnya menatap sosok yang masih terlihat asing dimatanya. Dia tahu pria berumur setengah baya itu bukan keluarga Zio. Tapi dia tidak tahu siapa dia.

"Dia mertua gue," gumam Zio pelan tapi masih dapat didengar Andreas yang malah terkekeh kecil ketika melihat wajah aneh Zio saat mengatakan kata 'mertua' di kalimatnya.

"Ah," Andreas melirik layar laptopnya yang menunjukkan gambar seperti gambar peta dengan titik merah berkedip yang berjalan sedikit cepat meninggalkan area yang Andreas ketahui adalah kawasan hutan kecil kota.

"Apa?" Zio mendekat kearah Andreas dan ikut melirik layar laptopnya. "Itu..."

"Pantes dari tadi sinyalnya susah, dia ada di kawasan hutan ujung kota, gue pernah kesana dan jujur emang sinyalnya susah," Andreas kembali mengutak-atik laptopnya. "Zefa berjalan menuju arah jalan besar, gue nggak tahu dia mau apa, tapi ini petunjuk kecil yang mungkin bisa lo gunain, Zi."

"Apakah Zefa baik-baik saja?" Tanya Jordan yang dibalas gelengan Andreas.

"Kalau itu saya kurang tau, tapi mungkin kalian harus cepat-cepat susul dia, atau mungkin kalian akan kehilangan jejak."

Semuanya mengangguk cepat dan segera bergegas keluar dari rumah Andreas.

"Lo nggak ikut?" Tanya Andreas mengernyit heran saat melihat Zio masih mematung ditempatnya.

"Lulu, lo—"

"Gue nggak tau tepatnya ya Zi, tapi gue punya feelling kalo seandainya lo ikut nemuin Zefa, gue rasa lo bakal ketemu sama Lulu."

Zio terdiam menatap Andreas dengan tatapan mata yang sulit diartikan.

"Gue bakal tetap disini, gue bakal awasi dari sini."

Zio mengangguk kemudian lalu menatap Zidan yang masih juga berdiri disana.

"Bang gue nggak ikut, gue mau disini sama bang Andreas, ada sesuatu yang pengen gue omongin."

Zio mengernyit bingung lalu kemudian mengangguk mengerti dan segera pergi keluar.

"Semoga beruntung!" Teriak Andreas sedikit kencang kepada Zio yang sudah keluar rumah. Pemuda itu kemudian menatap Zidan yang masih berdiri tegak di sampingnya.

"Yak sekarang lo mau ngapain?"

"Boleh gue minta tolong Lo bang? Gue pengen lo lacak seseorang lagi."

Andreas mengernyit bingung, siapa lagi? "Lo—"

"Gue mau lo lacak orang yang namanya Deni." Potong Zidan cepat membuat Andreas membulatkan matanya terkejut.

"Deni? Deni siapa?" Nama Deni itu banyak tahu tidak cuma satu.

"Lo kenal bang, dia guru olahraga di sekolah lo sekaligus Abang dari kak Lulu."

"HAH?!!!"

°•°•°•°•°•°•

Nah lo dedek Zidan ngapain nyariin bang Deni? Hayooo~ apakah Zidan udah tau dalang dibalik hilangnya Zefa sama Lulu? Hayo hayo~

Plis lah dah deket ending tapi kok ya malah makin runyam😳😳

Betewe kalean tau ga maksud dari web kucing koboi yang ditonton Ndreas? Ada yang tau?😳😳 Xixi~ stt dieem ae kalean kalo ada yg tau maksudnya ye~ 🌚🌚

Hoho~

Kita sudahi part ini guys, selamat bertemu lagi di part selanjutnya ahay~🤸🤸

Good Or Bad Couple? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang