{Alangkah baik nya vote sebelum membaca!}
✨
Dear xinlong
✨
"Dek,guru les-nya udah dateng"
Aku yang awalnya tengah asik memarahi shuyang dibuat terhenti dengan kedatangan ibu.oh,sekarang shuyang ikut les."Ikut les ya sekarang"
Godaku pada shuyang yang sedang mengambil beberapa buku khususnya."Iya,biar pinter kayak kakak"jawabnya bangga.aku hanya terkekeh geli. Kemudian mengikutinya dari belakang.ia berjalan lebih dulu,kemudian aku menutup pintu kamarnya.huh,aku baru sadar kalau tinggi shuyang telah melampauiku.
Aku berhenti sebentar, menompang daguku di pagar tangga.dari atas sini,ku lihat shuyang yang menghampiri guru les-nya. Dia laki-laki yang ku akui, ia tampan.
Gila,aku pasti sudah gila!
"Hari ini matematika lagi ya"ucap guru les itu sambil membuka paket tebal dan menaruhnya di atas meja. Shuyang tampak kaget dan mengeruncutkan bibirnya.
"Perasaan dua hari yang lalu matematika deh,kak" cibir shuyang.guru les itu terkekeh kemudian menatapku.mata kami saling beradu pandang.entahlah,aku tidak bisa mengalihkan pandangan itu.rasa rasanya, mata itu sengaja mengunci pandangan kami.
Dengan sekuat tenaga,aku mengalihkan pandanganku dari laki laki itu kemudian beralih menatap shuyang yang kini tengah menatapku dengan tatapan menggoda.
"Shuyang adikku!semangat!" teriakku menyangatinya.ku lihat wajahnya berubah masam karena malu.aku tergelak sekarang dan memilih untuk pergi ke kamar.
Aku menarik nafas panjang sebelum memasuki kamar prasejarah itu.ada banyak sejarah,kenangan dan harapan yang terlukis di dalam kamar itu.dengan ragu,ku buka knop pintunya.
Decitan suara pintu itu sedikit mengusik indra pendengaranku.wangi kamar yang tak pernah berubah sejak terakhir kali aku meninggalkan kamar ini, memilih ngekos demi kepentingan keluarga juga.
Ku tutup pintu kamarku, kemudian mengamati baik-baik kamar bernuasa antariksa itu.memilih tema abstrak atau mungkin elegan,justru aku lebih memilih nuasa tema gelap yang bagiku mempesona. Stiker glow in the dark di langit-langit kamar seakan membawaku ke dalam film zathura.lampu tumblr dengan hiasan polaroid tetap tersusun rapi.
Gila,aku rindu ini.aku rindu semua kenangan itu. Aku rindu xinlong.
Kakiku berjalan mendekati barisan foto polaroid itu. Menatapnya satu persatu, mengenangnya lekat-lekat. Hingga pada satu foto, sebuah insiden kembali menggiang di ingatanku.
"Simpan ini.jangan sampai hilang"ucap xinlong di hari perpisahan itu.kemudian,aku pun mengambil selembar foto polaroid itu dan mengipas- kipaskannya.
"Oh ya,long.lo gak mau nembak gue gitu untuk yang keseribu kalinya?"tawarku memandangnya remeh.kemudian ia terkekeh sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.
"Atau mungkin lo udah tau kalo gue bakal jawab dengan pernyataan yang sama?" ejekku.kini,tatapan itu beralih menjadi tatapan nanar,binar dan seakan menyesal?atau mungkin lebih buruknya lagi tatapan...
"Untuk yang keseribu,ku simpan dulu.biar nanti waktu yang mengizinkanku. Dan satu,mungkin foto itu hanya sebatas foto pertama. Yang terakhir nanti,di waktu yang keseribu"