07 - Sosok yang Dirindukan

3 1 0
                                    

*Triing..*

"Eh udah bel. Gue balik kelas dulu ya. See u all.", ujar Darren sembari bangkit dari kursi dan melambaikan tangannya ke arah Raveena dan Mandy.

Setelah Raveena dan Mandy membalas lambaian tangan Darren, mereka juga ikut bangkit dari kursi dan berjalan ke kelas mereka.

Dalam perjalan menuju kelas, mereka kembali berbincang-bincang tentang masalah di toilet tadi.

"Menurut lo gimana, Ndy?", tanya Raveena.

"Hmm. Kayaknya sih, udah keliatan jelas ya Kak Devan sama Kak Jess putusnya ga baik-baik."

Raveena setuju, mengangguk-angguk.

"Jujur gue paling bingung masalah ini. Kan Kak Jess nyakitin Kak Devan. Otomatis Kak Devan mutusin dong. Kira-kira Kak Jess nyakitin dalam bentuk apa ya? Endingnya Kak Jess juga ngejar-ngejar Kak Devan biar mereka bisa balikan. Aneh ga sih?", ujar Mandy.

Raveena tampak berpikir, "Huh gatau deh. Beban hidup gue aja udah berat, ngapain ikut mikir gituan."

Mandy tertawa, "Iya sih."

Akhirnya mereka sampai di X IPS 1 dan kembali melanjutkan pelajaran hingga bel pulang sekolah.

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

Raveena tiba di rumahnya pukul 6 sore. Setelah sekolah, Raveena tidak langsung pulang karena biasanya ia langsung pergi les.

"Ma, Veena pulang.", ujar Raveena setelah membuka pagar rumah.

"Eh? Kok ada sepatu laki? Ada tamu kah?", ujar Raveena pelan setelah melihat ada sepasang sepatu laki-laki dewasa bertengger di depan pintu rumah.

Setelah membuka pintu rumah, Raveena senangnya bukan main. Akhirnya ia bisa melihat sosok laki-laki yang ia rindukan selama bertahun-tahun.

"Papa!", ujar Raveena sambil berlari memeluk erat papanya.

"Haha hey, putri kecil papa udah besar ya.", ujar papa Raveena, Hendry, sembari membalas pelukan Raveena.

"Veena kangen papa. Papa kenapa ga pernah ngabarin Veena sih?", Raveena mulai mengendorkan pelukannya dan mengangkat kepalanya agar bisa melihat wajah Hendry lebih jelas.

"Maaf ya, nak. Papa kan kerja, jadi papa sibuk. Nih, sekarang papa udah di sini kan bareng Veena.", balas Hendry.

Raveena tersenyum, "Iya, pa.", Raveena kembali memeluk Hendry.

"Jadi pulang jam berapa?", Selena mulai ikut nimbrung sambil bertanya dengan ketus.

"Mom? Seriously?? Papa baru aja dateng, Veena kan masih kangen.", balas Raveena.

Sebenarnya Selena dan Hendry sudah bercerai sejak Raveena masih berumur 5 tahun. Ntah apa alasan mereka bercerai, Raveena tidak pernah diberitahu. Yang Raveena tahu, papanya akan tetap mengunjunginya setelah papanya pulang bekerja dari luar negeri.

Awalnya Raveena sedih, tetapi lambat laun Raveena bisa menerima kenyataan bahwa orang tuanya sudah berpisah. Tapi tidak apa, sejauh Raveena masih bisa mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya, Raveena sudah bahagia.

Selena tersenyum, "Nak, papa baru aja dateng ke Indonesia. Papa masih capek. Kamu sayang papa kan? Biarin papa istirahat dulu, ya?"

"Kalo gitu papa nginep sini aja. Gapapa kan ma? Sehari aja ma. Pretty please?", tanya Raveena sambil memegang kedua tangan Selena.

Selena dan Hendry bertatapan, kemudian Hendry menghembuskan nafas panjang, "Yang mamamu bilang itu bener, Veena. Papa pulang dulu ya? Gini deh sebagai gantinya. Weekend besok jalan-jalan mau? Papa traktir Veena apapun yang Veena mau."

Raveena sedih, tapi ia tidak bisa melawan. Jadi Raveena memaksakan senyumnya dan menganggukan kepalanya, "Ya udah, tapi Minggu ya, pa. Soalnya Veena Sabtu ada acara."

"Siap, my princess.", ujar Hendry sambil mengecup kening putrinya, "Papa pulang dulu ya, bye putri papa yang paling cantik sedunia."

"Dah, papa. Hati-hati di jalan.", ujar Raveena sambil melambaikan tangan ke arah Hendry.

Setelah Hendry sudah benar-benar pergi, Raveena pamit kepada Selena untuk pergi ke kamar.

"Makan dulu, Veena. Mama udah nyiapin masakan kesukaan kamu."

Raveena hanya tersenyum kemudian ia tetap pergi ke kamarnya.

Selena yang melihat itu hanya bisa terdiam, "Maaf, Veena. Mama masih belum bisa jujur sama kamu.", batin Selena.

Setelah menutup pintu kamar, tanpa seizin Raveena, air matanya langsung membasahi pipi Raveena dalam sekejap. Raveena langsung merebahkan badannya di kasur dan menangis.

"Veena tahu, papa mama udah ga bisa bareng. Veena tahu papa mama udah ga bisa kaya' dulu lagi. Tapi ada kalanya Veena masih belum bisa ikhlasin semua itu. Veena rindu kalian yang dulu, pa, ma.", Raveena menangis sejadi-jadinya, tapi sebisa mungkin ia mengontrol suara tangisannya agar Selena tidak dengar.

Setelah beberapa menit menangis, Raveena menghapus air matanya dan bangkit dari kasurnya, "Ayo Veena, semangat! Kamu ga boleh lemah."

•••

"Hi, ma. Wah, mama masak pepes pindang. Akhirnya setelah sekian lama ga makan pepes pindang.", Raveena baru selesai mandi, ia langsung bergegas ke meja makan dan menemui mamanya.

"Halo sayang, mama kira kamu gamau makan. Ini nasinya, mama udah siapin.", ujar Selena sambil menyodorkan sepiring nasi kepada Raveena.

"Makasih ma.", ujar Raveena sambil tersenyum.

5 menit berlalu, mereka makan tanpa bicara sama sekali. Raveena terlalu menikmati pepes pindangnya.

"Sekolahmu gimana, Veena?", tanya Selena.

"Baik kok ma.", balas Raveena. Raveena kemudian juga menceritakan tentang project ulang tahun sekolah yang akan ia lakukan dengan semangat.

"Wah, anak mama hebat. Semoga lancar-lancar ya nak."

"Hehe iya. Makasih ya ma."

Setelah selesai makan, Raveena bangkit dari kursinya dan mencuci piringnya. Kemudian ia pamit kembali ke kamarnya untuk belajar. Selena hanya membalasnya dengan anggukan.

TO BE CONTINUE..

; Cast

• Hendry Dermawan

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Hi, terima kasih sudah mau mampir ke cerita ini. Kalau suka, jangan lupa kasih vote, komen, and share ya! :) Maaf kalau ceritanya masih banyak kekurangan. Kalau kalian mau kasih saran dan kritik, silahkan klik link di bio author, ya!

Bye, see u on the next chapter <3

-forkymybae

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang