MHYU || tujuh

2.4K 121 9
                                    

Typo berserakan!
Happy reading..

Keesokan harinya...

Setelah acara yang melelahkan sekaligus membahagiakan kemarin,kedua pasutri baru itu masih berada kediaman Hasna,lebih tepatnya didalam kamar Hasna.Hasna duduk ditepi ranjang dengan Abidzar yang duduk dihadapnnya.

Abidzar mengulas senyum tipisnya"Alhamdulillah ya,acara kemarin berjalan lancar"

Hasna ikut tersenyum mendengar itu"Iya bi,alhamdulillah"

Hasna menoleh menatap jam yang menempel didinding,waktu menunjukkan pukul tujuh pagi,Hasna kembali menatap Abidzar"Bi,aku kekamar bunda dulu ya,mau cek sekalian kasih obat"

Abidzar mengangguk"Yaudah,aku mau mandi dulu abis itu baru nyusul kamu kekamar bunda"

Hasna mengangguk,setelahnya ia bangkit keluar dari kamar sedangkan Abidzar melangkah menuju almari untuk mengambil handuk dan baju gantinya.

Hasna berhenti didepan pintu kamar bundanya,tangannya terangkat untuk mengetuk pintu itu

Tok tok tok

"Bunda"panggilnya namun tak mendapat sahutan dari dalam

"Bunda?"panggilnya lagi

Entah kenapa jantungnya tiba-tiba berdetak cepat,perasaannya gelisah.

Tangannya terangkat membuka knop pintu yang ternyata tak dikunci"Bunda?"panggilnya seraya masuk kedalam kamar bundanya

Matanya langsung tertuju pada seorang wanita yang terbaring diranjangnya,ia mendekat lalu duduk berlutut disamping bundanya,ia menatap wajah bundanya yang memejamkan mata dengan tenang sebelum akhirnya membangunkannya.Hasna sebenarnya tak tega tapi bundanya harus meminum obat.

"Bunda"panggilnya sambil menepuk pelan pipi bundanya

Keningnya mengernyit saat tak mendapat respon dari bundanya,perasaannya mulai gelisah,ia kembali berusaha membangunkan bundanya,mulai dari menepuk pipi,sidikit mengguncang tangan bundanya.

"Bunda"

"Bunda"

Tak mendapat respon apapun membuat Hasna memejamkan matanya sejenak berusaha menenangkan perasaannya yang gelisah,namun nihil,bukannya tenang perasaannya malah semakin gelisah.

"ABIDZAR"panggil Hasna berteriak panik

"BI"

"ABI"

"ABIDZAR"

"Astaghfirullah,Abidzar mana sih"gumamnya panik

"Bunda,bangun bun"

Sedangkan didalam kamarnya,Abidzar yang akan memakai kaosnya tersentak saat mendengar suara teriakan Hasna,ia berlari kecil keluar dari kamarnya menuju kamar bunda sambil memakai kaosnya.

Abidzar memasuki kamar bunda,hal yang pertama ia lihat ialah istrinya yang tengah menangis"Kenapa na?"

Hasna menoleh"Bi,b-bunda bi"

Abidzar mendekat,ia menangkup pipi Hasna menghapus air mata itu"Tenang dulu,kenapa?"

"B-bunda bi,bunda gak gerak bi"

Abidzar yang mendengar itu menoleh menatap mertuanya sejenak sebelum kembali menatap istrinya"Tenang ya,aku cek dulu"Hasna mengangguk

Abidzar berlutut disamping bundanya,ia mengambil tangan bunda lalu mengecek denyut nadinya,ia terdiam sejenak saat tak merasakan apapun.

Hasna yang melihat itu menatap Abidzar waswas dengan perasaan yang sudah bercambur aduk,sulit untuk ia jelaskan.

Belum yakin,dengan tangan yang gemetar Abidzar mengecek nafas bunda,ia mendekatkan satu jarinya disana,Abidzar memejamkan matanya sejenak saat tak merasakan nafas yang berhembus dari sana.

"Bi,bunda gak papa kan?bunda cuma ping__"ucapan Hasna terpotong saat mendengar ucapan Abidzar yang membuat tubuhna menegang

"Innalillahi wainna ilaihi raji'un"

Kepala Hasna menggeleng ribut"Gak mungkin"gumamnya tak percaya,ia menggeser pisisi Abidzar,tangannya terangkat mengelus pipi bundanya

"Bunda?bunda gak pergi kan?"

"Bunda cuma pingsan kan?"

"Jawab bunda,bunda gak mungkin ninggalan Hasna kan?"

"Bunda.."

Abidzar merangkul bahu Hasna mencoba menenangkan istrinya,Hasna yang mendapat perlakuan itu menoleh menatap Abidzar

"Bi,bunda cuma pingsan aja kan?"tanyanya yang masih tak percaya

Abidzar menarik Hasna kedalam pelukannya,menumpukan dagunya pada kepala gadis itu,matanya terpejam menahan sesak"Na.."lirihnya

"Bunda udah gak ada"

***
"Kita pulang ya sayang?"bujuk ummi untuk kesekian kalinya pada Hasna yang saat ini tengah memeluk nisan bundanya

Pemakaman telah dilaksanakan beberapa menit lalu,dan Hasna masih disini,meski ummi sudah membujuknya sedari tadi,gadis itu seolah tak mendengarnya.

Hasna mengusap nisan itu lembut,sungguh,ia masih tak percaya jika bundanya benar-benar pergi menyusul ayahnya,pandangannya menatap kosong pada gundukan tanah dihadapannya dengan air mata yang masih menetes membasahi pipinya.

Ummi menatap Abidzar membuat lelaki itu tersenyum menenangkan menatap umminya"Ummi sama Abi pulang duluan aja ya?istirahat,biar Abidzar yang bujuk Hasna"ujarnya,ia yakin orangtuanya juga pasti lelah

Umminya mengangguk mendengar itu"Yaudah kami pulang duluan ya"

"Kamu jaga Hasna ya bi"pesan Abiny6vya dibalas anggukan oleh Abidzar

Ummi berjongkok disamping Hasna,ia mengelus bahu Hasna lembut"Na,ummi pulang duluan ya"pamitnya membuat gadis itu mengangguk tanpa menoleh

"Yang sabar ya na,Abi tahu kamu kuat"ujar Abi mengelus kepala menantunya

Setelahnya ummi bangkit,lalu melangkah beriringan dengan suaminya untuk pulang.

Kini dipemakanan itu hanya tinggal Hasna dan Abidzar,Hasna yang masih dengan posisi yang sama dan Abidzar yang diam berdii menatap istrinya.

"Bunda,kenapa bunda pergi?"

"Hasna masih butuh bunda,Hasna mau bunda"

Abidzar mendekat,ia berjongkok disamping Hasna,perlahan tangannya menarik gadis itu, mendekapnya,ia menyandarkan kepala Hasna didadanya,mengecup puncak kepala itu sebentar.

"Bi"panggil Hasna dengan suara pelan

Abidzar berdehem sebagai respon

"Kenapa bunda ninggalin aku?padahal bunda tahu kalau aku bergantung sama dia,aku cuma punya dia"

Abidzar mengelus punggung Hasna"Karna Allah lebih sayang sama bunda na,meski bunda udah gak ada,kamu gak sendiri na,masoh ada aku,umma,abi sama temen-temen kamu juga"

Hening,tak ada yang mengeluarkan suara,hingga akhirnya suara Hasna memecah keheningan itu.

"Apa aku ikut bunda aja ya bi?"ucapan ngawur Hasna ucapkan tiba-tiba

"Hust,istighfar na,jangan sampai kamu berfikirin kayak gitu,bunda pasti sayang sama kamu,jangan berfikiran aneh-aneh"

"Kalau bunda sayang sama aku kenapa dia ninggalin aku bi?"tanya Hasna sambil mendongak menatap Abidzar

Abidzar beralih mengusap pipi Hasna lembut"Takdir sayang"




-Tbc-

My Husband young Ustadz |ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang