Bab 9

20 0 0
                                    

"Kita harus bicara!"

Nissa terkesiap. Kala tiba-tiba saja Abyan datang dan menarik tangannya tanpa ijin. Nissa baru saja sampai di lobby perusahaan, kala Abyan muncul entah dari mana dengan wajah merah padam seolah tengah menahan emosi.

"Lepaskan, Abyan!" Nissa tentu saja meronta.

"Ikut, atau kau bersedia dipermalukan di sini!" Peringatan Abyan sukses membungkam Nissa, hingga gadis itu akhirnya patuh dibawa Abyan keluar gedung kantor lagi dengan cara diseret.

Bruk!

Abyan mendorong tubuh Nissa kasar ke arah sofa, sesampainya mereka di ruangan pria itu.

"Kau--"

"Jadi begini kelakuanmu selama ini, Nissa!" sela Abyan cepat, seraya melemparkan sebuah map coklat ke hadapan Nissa. Membuat Nissa yang bersiap memprotes kelakuan Abyan menggantung di udara.

Apa lagi kali ini ya Tuhan. Nissa mendesah berat di tempatnya. Sesungguhnya Nissa sudah lelah dengan drama yang selalu dibawa pria ini. Yang kemarin saja masih belum selesai, sekarang sudah ada lagi pertengkaran yang menanti mereka. Nissa makin tak yakin dengan pernikahan mereka.

"Aku tidak mengerti ucapanmu, Abyan." Nissa menjawab seraya membuka map coklat yang tadi Abyan lemparkan. Sejurus kemudian, matanya pun melotot horor kala melihat isi dari map tersebut.

Ini kan ....?

"Halah! Gak usah pura-pura bodoh kamu , Nissa!" Abyan mengibaskan tangannya di hadapan Nissa. "Pantas saja kau akhir-akhir ini bersikukuh ingin putus dariku. Ternyata, kau sama saja brengseknya denganku," imbuhnya dengan seringai menyebalkan menatap Nissa.

"Jangan sembarangan menuduh Abyan. Ini tak seperti yang kau kira."

"Lalu seperti apa?!" sergah Abyan cepat. "Kau kira aku bodoh sampai tidak bisa mengerti semuanya?" Sebelah alis Abyan naik sebelah. Tatapan pria itu seolah mengolok Nissa. "Kenyataannya, kau ternyata sama busuknya denganku. Ah, tidak. Kau bahkan lebih busuk. Karena berlindung di balik hijabmu dan image polos yang berhasil kau bangun selama ini!" Abyan mencengkram hijab Nissa bagian depan. Membuat gadis itu waspada menahannya agar tak sampai di tarik pria itu.

"Lepaskan!" tukas Nissa tak terima. Nissa selalu tak habis pikir dengan orang-orang macam Abyan. Selalu saja menyalahkan hijab atas kelakuan sang penggunanya. Seolah tak diajarkan tentang ilmu agama selama ini.

Kelakuan seseorang dengan kewajiban memakai hijab itu jelas dua hal berbeda. Berhijab belum tentu menjadi orang baik. Tetapi dengan berhijab, jelas orang tersebut punya keinginan untuk menjadi lebih baik lagi.

"Sudah kubilang ini tak seperti yang kau kira, Abyan. Karena aku tak melakukan apa-apa di sini." Nissa kembali menegaskan. Namun, Abyan sepertinya tak mempercayai, Nissa.

Ah, memang kapan Abyan pernah percaya pada Nissa? Bukankah, selama ini pria itu tak perduli dengan apa pun ucapan dan keluhan Nissa?

"Jelas-jelas kau di sana keluar dari gubuk dengan tampilan acak-acakan dan digendong seorang pria. Kau masih tak mau mengaku, Nissa?"

Ya, map yang tadi Abyan lemparkan memang berisi photo-photo Nissa dan Raid. Di mana itu adalah saat Raid menolongnya dari para bajingan yang hampir merusaknya. Sayangnya, photo yang diambil hanya ketika Raid menggendong Nissa keluar dari gubuk tempat penculikannya. Sementara kenyataan lainnya, tidak ada.

Jelas sekali ada seseorang yang ingin merusak nama baik Nissa.

"Ya, ini memang aku. Tapi, apa kau tahu kenapa aku sampai berpenampilan begitu dan harus di gendong dari sana, huh?" Nissa benar-benar tak terima di salahkan Abyan seenaknya. Seharusnya Abyan malu karena tidak berguna sebagai seorang tunangan.

Seharusnya Abyan yang menolong Nissa kala itu. Bukan Raid. Karena jelas, pria ini yang akan bertanggung jawab pada hidup Nissa setelah pernikahan nanti.

Pernikahan? Mengingat itu, hati Nissa kembali mencelos. Perih sekali membayangkan akan menghabiskan usia dengan pria arogan, brengsek, dan pilih kasih seperti Abyan. Entah akan bagaimana hidup Nissa kelak.

"Apa lagi kalau bukan karena kau sudah berbuat mesum dengan pria itu. Kau pikir aku anak kecil yang akan mudah kau bodohi? Aku sudah dewasa, Nissa. Aku tahu pasti apa yang sudah kau lakukan dengan pria itu!"

Dengarlah! Bukan Abyan namanya kalau tidak sok tahu dan hanya melihat masalah dari satu sisi. Hati Nissa makin miris memikirkannya. Kalau bukan karena ayahnya, jelas Nissa sudah menjauhi orang macam Abyan sejauh mungkin.

"Kau pikir aku itu kau, Abyan! Yang bisa seenaknya tidur dengan sembarang orang meski sudah mempunyai tunangan?" Nissa pun jengah. "Aku tidak sebusuk dirimu, Abyan. Aku tahu agama dan dididik budi pekerti tinggi oleh ayahku. Aku bukan wanita murahan!"

"Oh, ya? Lalu apa artinya photo itu, Nissa?" Abyan tetap tak percaya. "Jika memang kau seperti yang kau ucapkan barusan. Tidak mungkin ada photo itu, kan? Buktinya? Photo itu ada dan kau pun sudah mengakuinya tadi, kan?" Abyan menyeringai dengan tatap merendahkan pada Nissa.

"Itu memang aku. Tapi sudah kubilang, kejadiannya tak seperti yang kau kira." Nissa tak gentar. Terlalu sering di kecewakan oleh Abyan membuat Nissa kehilangan rasa hormat pada pria yang akan menjadi suaminya tersebut. "Kau harus tahu. Aku bisa seacak-acakan sampai tak sanggup berjalan lagi kala itu, semua karena aku diculik dan hampir diperkosa oleh para preman yang ... aku sendiri tak tahu siapa mereka," ungkap Nissa akhirnya.

"Hooohhh. Dan kau pikir aku akan percaya?"

Jawaban Abyan kembali membuat Nissa kecewa. Entah harus bagaimana lagi membuat pria itu bisa percaya pada Nissa sedikit saja.

"A-ku ti-dak per-caya!" Abyan bahkan menegaskan jawabannya dengan penuh penekanan. "Memang kau kira, kau itu siapa sampai ada yang mau menculikmu, huh?" Abyan kini malah meremehkan Nissa.

"Kau itu bukan artis, bukan anak sultan, apalagi anak presiden. Kau itu hanya karyawan kecil dengan ekonomi pas-pasan dan wajah standar. Siapa juga yang berminat padamu? Kalau bukan karena paksaan orang tua, aku pun tak sudi sebenarnya menikah denganmu. Wajahmu itu membuatku enek dan jijik setiap kali bertemu. Jadi, jangan sok penting jadi orang!" imbuh Abyan sukses membuat hati Nissa kembali hancur, sehancur-hancurnya.

Abyan ini memang tipe orang toxic se-toxic-toxicnya. Tangannya ringan dan mulutnya pahit. Suka sekali menyakiti orang, baik itu fisik maupun mentalnya. Entah harus bagaimana lagi Nissa bertahan di sisi pria ini.

"Jika aku memang seperti itu di matamu? Kenapa kau masih mempertahankan aku? Kenapa kau tidak setuju putus saja waktu itu!" tangis Nissa tiba-tiba pecah. Hinaan Abyan benar-benat amat melukainya.

Bukannya merasa bersalah, Abyan malah tersenyum pongah dihadapan Nissa. Benar-benar tak punya hati dan rasa perduli sedikit pun pada perasaan Nissa.

"Itu karena sebelumnya aku tak punya apa-apa untuk membuat orang tuaku berpihak padaku, Nissa. Kau tahu, kan? Salah satu alasanku menerima perjodohan ini adalah warisan mereka yang akan diberikan setelah kita menikah. Tapi ... dengan itu semua." Abyan menunjuk photo-photo yang masih berserakan di atas meja. "Kau tenang saja. Aku pastikan pertunangan kita akan segera berakhir. Karena aku, sudah mengirimkan semuanya pada orang tuaku, juga ayah tercintamu."

Degh!

Ayah? Tidak, Tuhan! Jangan sampai ....

Bertahan Dalam Asa Hampa (On Going Di Kbm Dan GoodNovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang