Tampaknya kau senang berkelakar
Bahwa bisikmu selalu terdengar olehnya
Dia, mentari di ujung senja yang telah terbenam.
.
.
.
"Kita Senpai~"
"Kita senpai tunggu aku"
Dasar bodoh, apa maumu? berhentilah mengikutiku, iblis- Itulah yang ingin ku katan pada sosok tinggi yang tak letih mengekoriku. Nyatanya Aku hanya berbalik dan mendelik padanya alih-alih mengeluarkan umpatan tadi.
"Berhenti mengikutiku Atsumu!"
"Tidak mau!" pemuda di hadapanku menggeleng sambil menggembungkan pipinya. Bisa-bisanya dengan badan sebebesar itu dia merajuk layaknya anak kecil.
"Pergi atau ku tendang?!" Aku lelah mengintimidasinya dengan tatapan, ia seakan pura-pura buta. Mungkin jalan satu satunya hanya dengan kekerasan, tidak terdengar seperti diriku yang suka kedamaian memang. Biarlah, kali ini saja.
"Kau tidak akan berani, " tantangnya sambil menyeringai.
Cukup sudah aku sudah muak dengan tingkah menyebalkanya. Kutendang kakinya tepat di bagian tulang kering dengan keras.
"Akhhh "
"Sudah sana pergi, aku bisa pulang sendiri."
"Kau jahat sekali Senpai, aku kan cuma mau mengantarmu. Kau harus ganti rugi, ini sakit kau tahu," ujarnya sambil tetap mengelus kakinya yang barusan ku tendang.
"Ganti rugi apa lagi? Sudah sana pergi sebelum ku tendang lagi," ancamku sambil mengibaskan tangan, sebuah gestur menyuruhnya pergi.
"Kau harus mencium pipiku baru aku mau pergi," sambil menyeringai dia menunjuk pipi kananya dengan sedikit mencondongkan badan mengimbangi tinggiku.
"JIKA KAU TIDAK PERGI SEKARANG AKAN KUCIUM KAU DENGAN HIGHT HEALS KU!" habis sudah kesabaran.
" Oke oke, Aku akan pergi Nona"
"Huff .... " Aku menghela nafas sambil melipat tangan di depan dada.
Tunggu dulu "-Eh"
Cup~
Sendiku seolah kaku. Berani sekali dia mencium pipiku. Rasanya wajahku mulai memanas. Oh semoga dia tidak menyadarinya, memalukan.
"SIALAN KAU ATSUMU, " Aku melempar sepatu ke arahnya tapi dia sudah berhasil kabur.
*
Merah dan jingga warna senja kala ituMerah untuk amarah
Dan jingga adalah hangatnya dirimu
Maafkan aku yang terlalu dibutakan ego
Aku beku dalam belenggu yang membatasi dengan hangatmu
*
"Ame ga furiteru ...." gumam ku
Sial aku benci menunggu di saat hujan, aku benci hawa dingin yang menusuk kulit, aku benci bau petrichor yang dominan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine (AtsuKita)
General FictionKita Shinsuke hanya butuh matahari Oneshort Miya Atsumu x Fem!Kita Shinsuke Haikyu belong to Haruichi Furudate Sunshine belong to @Fy_Fumei Don't copy my work