16 :: under

736 119 57
                                    

"Lo sebenernya kenapa sih, bang?"

"Tau tuh. Udah lima hari lo nyimpen semuanya sendirian. Ga capek?"

"Jangan ngelak dan bersikap seolah semua baik-baik aja. Kita sahabatan ga baru sehari dua hari"

Harja terdiam menatap tiga temannya satu persatu. Mereka sedang berkumpul di studio. Sudah lima hari semenjak ia sakit dan dilarikan ke UKS. Lima hari itu juga ia tidak menjawab semua telepon dan pesan dari Saga. Bahkan pemuda itu juga menolak ajakan si manis untuk bertemu di apartemennya.

"Kali aja kita bisa bantu kan, bang. Please let us know" San mendesak. Ia yang paling khawatir diantara 4 serangkai (Harja, Maha, ia dan Jo) itu. Ya gimana ga khawatir, Wadya tiap hari nyuruh dia buat ngebujuk Harja biar cepet ceritain semuanya. Karena ucapan Harja terakhir kali itu bikin semuanya overthinking. Ia juga prihatin dengan nasib Saga.

"Gue sebenernya masih ragu" Harja memulai pembicaraan. "Jujur capek banget. Lima tahun gue berjuang, tapi gak dapet hasil apa apa. Terkadang gue mikir kalau semua ini bakal sia-sia, tapi di detik itu juga gue langsung hapus semua pikiran buruk. Karena gue masih pengen punya Saga seutuhnya"

Yang lain terdiam, mereka sudah tahu tentang kalimat yang memang sering Harja bicarakan saat membahas Saga ini. Tentang ia yang tetap memberi semangat dirinya sendiri agar tidak menyerah.

"Tapi sekarang, gue malah ngerasain sebaliknya. Gue ada di posisi tercapek dari semua situasi yang pernah gue alamin. Gue.. pengen nyerah" Ucapnya dengan suara pelan di akhir kalimat.

Cara Harja berbicara ini membuat San, Maha, dan Jo seperti ikut merasakan apa yang ia rasakan. Mata pemuda itu tidak pernah bisa bohong. Mata yang mengisyaratkan semua kepedihan dan rasa lelah yang selama ini ia tahan.

"Tapi semua itu ga terjadi begitu saja kan? Pasti ada sesuatu peristiwa yang buat lo down dan langsung berniat udahan"

Ah, sudah bisa ditebak. Jocellio Edelsteen dengan kemampuan menganalisa dan menyelidiki yang handal. 99% perkiraannya selalu tepat sasaran. Memang definisi maknae on top yang sesungguhnya.

Harja mengangguk lemah. Ia akan mulai menceritakan semuanya.

"Enam hari lalu, gue ke apartemen Saga" Mulainya. Yang lain membetulkan posisi duduk agar enak untuk mendengar ceritanya.

"Gue dimintain tolong buat beres-beres kamar. Karena niatnya dia mau renovasi kecil-kecilan gitu kan. Yaudah tanpa ragu gue iyain aja ajakannya..."

"...semua masih berjalan normal. Kita bersih-bersih bareng. Masang furnitur baru, nyapu, ngepel dan lainnya. Semua yang gue lakuin sama dia rasanya selalu menyenangkan" Berhenti sejenak. Harja melemparkan senyum yang tidak bisa diartikan. Membuat yang lainnya bingung.

"Sampe pas kita abis beres-beres, gue tertarik sama suatu kotak beludru merah di pojok kamarnya. Kayanya dulu tu kotak ada di lemari, dan baru dikeluarin pas abis di renov. Soalnya rasanya asing banget"

Berhenti sejenak lagi. Yang bercerita menghembuskan napasnya. Semoga semua bebannya bisa berkurang dengan ia mengungkapkan semuanya.

"Tapi ternyata cuma luarnya yang asing. Dalemnya ngga sama sekali. Kotak itu menyimpan sebuah gantungan kunci teddy bear yang ada inisial huruf A di salah satu sisinya"

Mereka yang mendengar langsung terbelalak kaget. Benarkah? Harja tidak sedang berbohong bukan? Kalau benar berarti..

"Ya, orang yang gue cari selama ini ternyata prioritas gue di lima tahun terakhir"

Inisial A tak lain tak bukan adalah Abimanyu. Yang berarti, orang yang diajak main Saga saat kecil dulu adalah Harja. Belasan tahun Harja mencari orang itu, berharap ia masih menyimpan gantungan kunci buatan ibunya. Dan di satu sisi, ternyata Saga mengharapkan hal yang sama. Ia juga ingin bertemu dengan anak itu lagi.

WHITE || AteezTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang