Dear Diary.
Aku tidak mau jadi alpha jika aku harus disamakan dengan makhluk-makhluk tidak tahu malu itu.
******
"Kaeya" panggilku.
Kaeya Alberich, dia teman dekatku di kelas. Laki-laki dengan kulit coklat dan rambut biru gelap, tak lupa penutup mata yang jadi ciri khasnya.
Sebenarnya dia lebih tua dariku dan papa ngajarin kalau manggil yang lebih tua tuh harus sopan, tapi Kaeya gamau ku panggil pake "mas" jadi yaudah langsung namanya.
"Kenapa, dek?" tanya Kaeya sambil ngaduk es tehnya. (kami lagi di kantin kampus)
"Tetiba keingat waktu kita pertama ketemu" ujarku.
Tangan Kaeya langsung berhenti dan dia ngeliatin aku sebentar, habis itu senyum santai kayak biasanya.
"Ingatan lu random banget" ejek Kaeya, tapi cara ngomongnya gak terdengar ngejek.
"Yeee, namanya juga tiba-tiba"
Pertemuanku dan Kaeya sebenarnya bukan terjadi saat OSPEK, tapi agak jauh sebelum itu.
******
Hari itu, tepatnya 6 tahun yang lalu, sekolah mengadakan tes untuk mengetahui secondary gender para murid. Orang tua juga dipanggil untuk mendengarkan hasil tes anak mereka.
"Alpha" ucap dokter dengan sebuah senyuman terlukis di wajahnya, "Hasil tes menunjukkan anak anda adalah seorang 'Alpha'"
Masa iya sih aku alpha. Mageran nan kumuh ini di golongan yang sama dengan CEO-CEO tampan dan berani itu?
Padahal aku pengen jadi beta biar gak ada ekspektasi lebih ke aku.
"Selamat ya, dek!" kata papa, kemudian memelukku erat.
Yaudahlah, gak usah dipikir cocok apa gak nya. Udah takdirnya gini, terima aja.
Apalagi kalo papa jadi senang begini. Makin gak bisa apa-apa aku.
Setelah mendapatkan hasil tes, orang tua dan murid diizinkan untuk pulang. Guna menghindari keributan apabila ada orang tua yang tidak terima hasil anaknya, atau jenis keributan lainnya.
"Adek pulang sendiri, gak apa-apa? Barusan papa dapat kabar dari gurunya Ganyu, adikmu demam katanya" ujar papa, ekspresinya bercampur antara bingung, nyesal, dan khawatir.
Padahal tadi mau minta jajan es krim, tapi gapapa deh bisa lain waktu. Adik bungsuku lebih utama.
"Iya, pa. Nanti adek bareng temen kayak biasanya"
Papa kelihatan agak lega. Beliau ngecup kepalaku dan bisikin selamat lagi, habis itu bergegas pergi.
Maaf pa, adek bohong. Adek lagi mager pulang bareng temen.
Gak mau ngegosipin hasil.
Aku pun berjalan pulang sendirian. Biasanya juga bisa pulang sendiri kalau temen-temen pada sibuk.
Aku memutuskan untuk pergi beli es krim sesuai rencana awalku. Aku pun pergi ke minimarket terdekat.
Sesampai di depan pintu minimarket, aku gak sengaja melihat laki-laki yang tampak sangat senang sambil membawa buket bunga, dari perawakannya mungkin umurnya lebih tua dariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Harian Seorang Anak Archon S1
FanficDear Diary. Aku hanya ingin punya keluarga yang normal tapi dari lahir aja udah gak normal, gimana dong? . . . WARNING : - YAOI bertebaran (YURI juga ada tapi dikit, straight juga ada) - Bahasa kasar - Chara rawan OOC - Bau-bau konten dewasa - Baha...