hi:)
"Kamu sudah besar ya, Jihoon."
Jihoon menggeleng pelan. Kejadian kelam yang sudah lama ia kubur kembali terputar di benaknya. Teriakan dari Ibu dan Adiknya, suara pukulan dan juga bunyi tembakan itu memenuhi isi kepalanya.
"Lo masih hidup ternyata." Demi apapun Jihoon ingin menangis, mengeluarkan rasa sesak yang perlahan muncul di dadanya namun harus ia tahan. Digantikan dengan senyum miring dan tatapan dingin.
Pria itu tertawa membuat Junkyu, Hyunsuk dan Junghwan yang tidak tahu apa-apa menjadi bingung.
"Gak perlu basa-basi. Kalian gak akan bisa keluar dari tempat ini. Jadi menyerahlah."
Jihoon mendecih. "Pembunuh! Lo emang gak punya otak!"
"Jihoon kamu gak boleh bicara kasar sama Papa."
Kini giliran Jihoon yang tertawa. Mereka yang ada disana tahu tawa itu memiliki arti lain. Begitu menyakitkan.
"Papa yang gue kenal udah mati disaat dia dengan gampang nya bunuh istri dan anaknya sendiri! ARRGHHHHH!" Jihoon menghampiri meja yang terdapat proyektor lalu melemparnya ke sembarang arah yang menyebabkan layar proyektor menghitam.
Mereka bertiga langsung mendekati Jihoon yang kini terduduk lemas dilantai.
"Pindah ya." Junkyu dan Junghwan membantu Jihoon berdiri lalu membawanya ke tempat teman-teman yang lain. Junkyu, Junghwan, Hyunsuk dan Jihoon duduk berderetan. Disisi kiri mereka ada Jeongwoo dan Haruto. Sedangkan sisanya ada di hadapan mereka. Tak ada percakapan. Mereka tidak enak hati untuk bertanya kepada Jihoon melihat kondisi pemuda itu yang tidak baik-baik saja.
"Pembunuhan berantai keluarga Park di Busan."
Mereka saling tatap satu sama lain. Tidak mengerti apa yang dikatakan Jihoon tadi.
"Itu keluarga gue."
Tiga kalimat yang keluar dari belah bibir Jihoon mampu membuat mereka membeku ditempat. Siapa yang tidak tahu bagaimana brutalnya pembunuh itu menghabisi keluarga Park tiga tahun yang lalu? Bahkan sampai sekarang pembunuh itu masih belum ditemukan.
"Dia ngambil semua dari gue. Mama, Abang, Adek. Mereka harus pergi karena sampah bajingan itu."
"Yang lebih bajingan, itu orang bisa bebas dari hukum karena uang. Uang uang uang! Semua buta kalo udah bersangkutan sama uang!" Dengan gerak cepat Jihoon memukul keras dinding yang berada di samping nya.
"Anj– kaget," lirih Junghwan yang mendapat pelototan dari Hyunsuk yang berada disampingnya.
"Yang jadi penyesalan gue seumur hidup adalah ngeiyain Mama yang nyuruh gue keluar rumah."
Jeongwoo dengan sedikit keberanian pun mengeluarkan pertanyaan. "Emangnya lo keluar kemana?"
Jihoon melirik Jeongwoo sebentar lalu kembali menatap lantai.
"Beli cimol."
Sekarang Jeongwoo, Junkyu dan Haruto yang pada dasarnya terlalu receh berusaha menahan tawa mereka agar tidak keluar dan menyakiti hati Jihoon.
Disisi lain Asahi yang sudah sadar sedari tadi memilih menatap Jaehyuk yang masih memejamkan matanya. Lalu melirik kearah luka tembakan yang terdapat pada perut kiri pemuda itu.
"Disini ada yang bisa jadi dokter sementara gak?"
Tak ada yang menjawab karena pertanyaan Asahi yang sedikit aneh menurut mereka. Namun dengan perlahan Junkyu menunjuk Doyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Day ✔
Mistero / Thriller"Padahal baru tadi pagi gue liat kalian pada cengar-cengir gak karuan." Sebuah sekolah yang berada didaerah terpencil. Pada awalnya semua baik-baik saja. Namun semua berubah ketika mereka disuruh untuk berkumpul diaula sekolah. Suara teriakan, mayat...