"Is it really okay?"
Pertanyaan sederhana ini sudah keluar sekian puluh kali dari bibir Hanah. Kedua matanya memandang takut ke luar jendela mobil. Tiba-tiba dia merasakan sentuhan lembut di puncak kepalanya. Lagi-lagi, Sam Handoko melakukannya. Laki-laki itu sering sekali mengelus kepalanya seperti ini. Jantung Hanah terasa berdebar-debar setiap Sam mengelus puncak kepalanya. Sekeras apapun dia berusaha, gadis itu tidak bisa mengontrol debaran di dadanya.
"Seperti yang sudah kukatakan, kalau nggak sekarang, kapan lagi kamu bertemu dengan mereka?"
Hari ini tepat adalah hari ulang tahun kakek. Para saudara berkumpul di rumah yang ditinggali beliau untuk merayakan ulang tahunnya. Sam memakai kesempatan ini untuk mengenalkan calon istrinya ke keluarga besarnya. Apalagi, pernikahan mereka tinggal menghitung hari saja.
Karena masih libur, Hanah tidak ambil pusing dan langsung mengiyakan ajakan laki-laki itu. Tetapi, saat sudah di depan tempat tujuan, tiba-tiba nyalinya jadi ciut. Jangan salahkan dia karena merasa insecure. Siapa sih yang nggak deg-degan ketemu keluarga dari pihak calon suami??
"Ayo, kita turun dan masuk," ajak Sam untuk yang ke sekian kalinya.
Hanah menarik napas, lalu menghembuskannya pelan. Tidak menjawab Sam. Sedangkan, laki-laki itu mulai merasa gemas. "Atau kamu mau kugendong masuk saja biar semua orang langsung melihat kita?" Laki-laki itu terkekeh pelan ketika merasakan sengatan panas akibat tamparan dari telapak tangan Hanah di lengannya. Setidaknya kini ketegangan di wajah gadis itu mulai menyusut.
Sebenarnya, tidak harus melakukan itu pun Sam yakin saudara-saudaranya akan langsung memperhatikan mereka. "Hari ini, selain kakek, kamu juga adalah bintang acara. Santai saja, mereka nggak gigit kok."
Akhirnya, beberapa kali bujukan lagi, Hanah memutuskan untuk turun dari mobil. Sam yang duluan keluar. Dia memutari mobil, membuka pintu samping tempat Hanah duduk lebar-lebar. Lalu Sam tiba-tiba mencondongkan tubuhnya ke arah Hanah, membuat jantung gadis itu semakin berdetak tak karuan. Hatinya bercampur antara rasa cemas dan gugup di saat yang bersamaan. Tatapannya melotot curiga mengamati Sam. Rupanya, Sam hanya melepas tali sabuk pengamannya.
Sam tertawa pelan melihat ekspresi tegang di wajah Hanah. Sekali lagi, dia mengelus puncak kepala gadis itu. "Yuk, pegang tanganku," ucapnya sambil mengulurkan tangannya ke arah Hanah.
Awalnya Hanah masih terlihat ragu-ragu menerima tangan itu. Sam segera menggenggam lembut tangan yang terulur padanya. Setelah merasakan kehangatan dari telapak tangan laki-laki itu, barulah Hanah sedikit tenang.
Melewati pintu rumah kokoh dan tinggi, Sam menuntun Hanah masuk. Sama seperti rumah di Jakarta, eksterior dan interior rumah ini terlihat megah. Sesudah masuk ke dalam, Hanah melihat lantai dengan marmer putih, dinding yang dihiasi aksen kayu yang terbuat dari jati. Bahkan, hiasan dinding dan meja terlihat seperti dipilih dengan hati-hati dan penuh perhitungan.
Acaranya terletak di kebun bagian belakang. Sam dan Hanah kembali melewati pintu, kali ini pintu berbentuk seperti jendela raksasa karena terbuat dari bingkai kayu bercat putih dengan kaca transparan yang langsung memperlihatkan pemandangan kebun belakang. Hanah melirik turun ke tangannya yang sedang membawa tas bingkisan untuk kakek. Tanpa sadar, senyum lembut tersungging di wajahnya.
Bertemu lagi dengan kakek yang dulu sering memperhatikannya saat masih kanak-kanak, membuat dada Hanah dipenuhi perasaan hangat. Mereka tidak ada hubungan darah sama sekali, namun gadis itu sudah menganggap kakek Sam seperti kakeknya sendiri. Hadiah di tangannya ini mungkin bukan sesuatu yang luar biasa, tapi dia berharap kakek akan gembira ketika menerimanya.
Berbagai jenis bunga dan tanaman yang terawat rapi menghias area kebun belakang yang cukup luas itu. Di bagian tengah kebun terdapat kolam renang yang saat ini sedang dipakai oleh beberapa orang dewasa dan anak-anak. Mereka terlihat gembira sambil melakukan permainan dalam air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Behind Marriage (Completed)
RomanceBagi Sam, Hanah adalah alat yang ia perlukan untuk membuat kakek memilihnya menjadi penerus bisnis keluarga. "Buktikan pada kakek bahwa kamu bisa membentuk sebuah keluarga. Dengan begitu, kakek akan membuat kamu menjadi penerus satu-satunya bisnis k...