Hari Kedua dikota ini matahari menyambutku, terima kasih tuhan, syukur yang ku panjatkan kepadanya.
Agenda pertama yang kami buat adalah memesan tiket perjalanan pulang ke bogor, karena walaupun aku ingin lebih lama di kota ini aku mempunyai kewajiban yang harus aku lakukan dikota asalku aku memiliki kewajiban pekerjaan maupun kuliah yang ku jalani sama halnya dengan sahabat-sahabatku.
Kalian tau jika ingin memesan tiket disini tidak seperti kota-kota lainnya yang memiliki terminal dimana-mana tapi disini kami harus menempuh jarak yang cukup jauh dan ternyata tuhan berkata lain juga untuk rencanaku kali ini .
Diperjalanan begitu mengisi kendaraan bermotor di spbu L kejadian unik menguji kesabaran kami, kunci motor yang ditumpangi naya dan indra patah saat akan membuka tengki bensi, omg dapat terbayang bukan waktu masih pagi hari dan belum ada bengkel yang buka akhirnya terpaksa afri harus melakukan ekstra dorongan untuk membantu motor itu berjalan lebih tepatnya hmmm stef apa step yah yang mendorong motor mogok dengan motor lainnya tapi menggunakan kaki pengendara.
Aku merasa kasihan padanya, aku melihat kondisi fisiknya yang kurang sehat dengan jalan yang naik turun, akhirnya kami memutuskan untuk membongkar motor itu dan akhirnya kejadian unik itu dapat kami selesaikan walaupun menyita waktu sangat banyak hingga siang hari dan akhirnya dapat ticket yang jam sore, waktu yang kami miliki sebelum keberangkatan hanya tersisa 4 jam sedangkan untuk kembali kerumahnya membutuhkan waktu yang hampir 1 jam.
Hancur sudah harapanku untuk sebentar saja menyempatkan waktu untuk melihat Borobudur, aku tidak bisa menekuk wajahku karena aku melihat wajah afri sudah pucat tapi dia masih mengusahakan agar liburan dikotanya tidak membuat kami kecewa, dia mengajak kami untuk mampir ke alun-alun kotanya yaitu alun-alun magelang, kuda putih sebagai lambang yang ada di alun-alun kota itu.
Tapi hanya sebentar saja waktu yang kami miliki dikota ini akhirnya tiba waktunya untuk pulang. perjalanan pulang pun lebih terkesan perhatian yang afri berikan untukku, tubuh hangatnya terasa walau kami tidak terlalu berdekatan.
Tanpa sadarpun, aku terlelap didekatnya dan memeluk dirinya, tapi kali ini bukan dia yang terjaga pertama kali, begitu aku terjaga kulepaskan tangannya yang memelukku, masih terasa panas demam ditubuhnya.
Hanya sebatas itu ceritaku pada kotanya, sesampainya dibogor kami kembali ke aktivitas masing-masing yang menyita waktu serta kembali ke posisi awal dimana aku dan afri tidak saling berkomunikasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertemuan Kita
RomanceKesan Singkat berisikan kenangan yang tak akan lekang oleh waktu yang mengajarkan aku untuk lebih bersikap bijaksana .