Happy reading 💜💜
-o0o-
Ruangan berpendingin dengan keadaan kelas yang kondusif, ditambah guru yang seperti sedang mendongeng mampu membuat Vella memejamkan mata. Dilihat dari posisi tempat duduknya yang cenderung di belakang—berada di urutan nomor dua dari belakang—tak heran jika para murid jarang mendengarkan guru dan pikirannya hanyut pada dunianya sendiri alias asyik sendiri, ya Vella contohnya.
Beruntung Vella yang termasuk cewek pemalas itu berada di tempat duduk belakang, karena hanya dengan merentangkan satu buku tulisnya, dia bisa kembali memejamkan mata.
Cewek itu sudah berada di tengah-tengah antara tidur terlelap dan setengah sadar. Dia mendengar suara-suara ramai, tetapi tidak terlalu paham akan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Pasti itu suara berisik si guru gendut itu, begitulah yang Vella pikirkan.
Hingga gebrakan keras di meja, membuat cewek yang sudah bermimpi bertemu pangeran berkuda itu terperanjat kaget. Mata Vella langsung terbelalak saat pandangannya menangkap guru gendut yang tadi sedang sibuk menjelaskan, tiba-tiba sudah berdiri di depannya tak lupa dengan penggaris papan tulis yang berada di tangan.
Vella nyengir, "ehhh Pak Ali ..., udah disini aja, Pak, tadi, kan, masih sibuk sama penggarisnya."
"Tidak usah membahas hal yang tidak penting!" Penggaris itu mendarat di meja Vella, beruntung tangan cantik Vella tadi tidak sedang nangkring di meja. "Kenapa kamu malah enak-enakan tidur? Udah pinter?!"
"Bapak suudzon aja, sih. Apa buktinya kalo saya tidur? Tidur sama memejamkan mata beda, lho, Pak. Kalo memejamkan mata, kan, saya masih bisa mendengarkan semua penjelasan Bapak."
"Diam!" Pak Ali memandang tajam pada murid-murid yang terang-terangan tertawa disaat dirinya sedang marah.
"Sekarang kamu ke lapangan! Hormat pada bendera merah putih! Dari pada di kelas enak-enakan tidur!" Pak Ali yang sudah jemu dengan Vella, tanpa pikir panjang langsung menghukumnya. Gara-gara Vella, kegiatan belajar mengajarnya menjadi terhambat.
"Ya Allah, Pak ..., ini, kan, hari Kamis. Saya udah hormat ke bendera kemarin pas hari Senin, lho, Pak. Tanya aja sama Alisa kalo gak percaya." Walaupun sudah tau pembelaannya akan ditolak, Vella tetap mencoba membela diri, Alisa yang disangkut pautkan seketika melotot ke arah cewek itu.
"Segera laksanakan hukuman kamu, Flavella Loviana! Atau selama satu Minggu kamu tidak boleh mengikuti pelajaran saya!"
Tanpa diketahui siapapun, ada cowok yang duduk di pojok paling belakang sedang tersenyum tipis dengan pandangan tak lepas sedetikpun dari cewek yang sedang kena marah pak Ali."Ohh namanya Flavella Loviana? Gue tandain lo!" batin cowok itu. Senyuman kecilnya sudah tergantikan dengan seringai.
Vella berdecak pelan dan langsung berlalu, tak lupa menutup pintu kembali dengan sedikit dibanting. Entah kenapa, dia merasa selalu salah jika dimata guru matematikanya itu. Harusnya dia masuk di IPS 1 atau 2 saja, supaya tidak bertemu pak Ali, karena guru pengajar matematika IPS 1 dan 2 adalah bu Hapsari, guru yang terkenal santai dan baik hati, tidak seperti pak Ali, galak dan tidak bisa diajak bercanda.
Manik matanya melihat ke lapangan upacara—yang luasnya tidak diragukan—dengan posisinya yang masih didepan kelasnya, di lantai dua. Dari lantai atas saja, Vella sudah menyadari bahwa lapangan itu pasti panas sekali, matahari benar-benar sedang terik-teriknya.
Tak mau kulitnya menjadi hitam karena kepanasan dan tak mau repot-repot berdiri sendirian di tengah lapangan, Vella berjalan santai menuju kantin. Bodo amat dengan pak Ali. Dia yakin, pak Ali tidak akan mengawasinya, karena jika guru itu sudah menjelaskan materi, fokusnya hanya pada itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumit!
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM BACA] Flavella Loviana, murid cantik yang selalu menjadi bahan nyinyiran seantero sekolah, juga mendapat julukan artis KW karena dianggap sengaja menutupi hubungan asmaranya dengan murid tampan bernama Melvin, sudah mirip seperti par...