CHAPTER 35

247 42 110
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hwang Jimin tak mau kalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hwang Jimin tak mau kalah. Pria tersebut meledak bagai kembang api akhir tahun. Semenjak Yieun pergi dengan iras penuh harsa, gigi-gigi putih yang terekspos penuh gemirang, dan barangkali basirah yang berbunga-bunga, Jimin mengejar Jiya. Pria tersebut memasuki papan Jiya. Sementara Jiya secara harfiah menerima kedatangan Jimin dengan baik sebab Jiya juga ingin berbicara dengan pria perfek itu. Tetapi tak bisa dimungkiri, meskipun iras wajahnya menampilkan ketidaksukaan dan amarah, Jimin memang sangat ekspert dalam mengontrol agar tidak benar-benar mendetonasi.

“Jiya?ㅡ”

“Aku ... oke, bicara baik-baik, ya,” sela Jiya subtil.

Jiya diam-diam mengamati Jimin. Seperti biasa, adam ini selalu memberikan imej perfek yang mendetonasi. Pria tersebut tahu cara menikmati hidup sebagai entitas ekstraordinari yang punya iras rupawan dan harta banyak. Meskipun sedang dalam situasi random, Jimin masih ekspert memberikan imej iras selayaknya firdaus dan kapabel jadi setawar dan sedingin. Sudah dibilang, kan?

Jiya berpikir tentang Jimin. Secara total, si munafik kirana ini tidak menyesal atas predestinasinya dengan Jimin, bahkan sampai menyentuh ke tahap berbahaya—beruntung tidak sampai menghasilkan produk seperti yang dilakukan Taehyung. Serius, Jiya tidak menyesal sama sekali. Bisa dibilang, Jimin mewarnai hidupnya lebih daripada cukup.

Namun, esensi perkara menyesal itu tidak totalitas. Berkat Jimin, ia mengenal Jihwa yang berhasil membuatnya kacau. Atau yang lebih gila mesti terlibat drama gila dengan Yieun beberapa waktu ini. Hidupnya penuh lakon seusai Jiya mendeklarasikan diri sebagai perempuan milik Hwang Jimin. Jadi, meski keduanya berhasil menggaris lini fragmen yang mirip seperti nirwana, Jiya juga sialnya mesti ikut masuk inferno. Muak.

“Kamu menyerah, Ji. Padahal aku tidak tahu menahu perkara berita yang tersebar pada publik itu. Aku—sumpah—penuh retislaya saat kamu memberikanku pada Yieun layaknya barang begitu,” cakap Jimin dengan nada terdayuh.

Si munafik kirana itu menggaruk pelipis yang sama sekali tidak gatal. Reaksi otomatis seorang manusia yang merasa bersalah dan bingung dalam satu waktu. Pikiran perempuan itu super cerai berai lantaran mau dibilang muak dengan Jimin, ia juga sangat dan teramat menyayangi Jimin; well, Jimin baik dan manis sekali. Itu gila, memang. Jiya memang gila sebab menyakiti adam perfek yang pada realitasnya loyal padanya. Jimin berbeda dari spekulasi awal yang membuat Jiya berpikir bahwa Jimin adalah pria bermulut bombas, suka memberi omong kosong pada wanita, dan menyakiti wanita seperti Jimin melakukan hal itu pada Yieun. Jimin itu adam baik dan Jiya memang kenya bajingan.

𝐌ㅡ𝐒𝐢𝐧𝐚𝐭𝐫𝐚 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang