Disinilah Dito dan Lera. Dipanggung khusus mempelai pria dan wanita alias pengantin yang sedang melaksanakan acara resepsi pernikahannya.
Dua jam sudah Lera dan Dito terus berdiri menjabat tangan para tamu yang hadir. Tak terlalu ramai sebenarnya, tapi teman-teman Dito yang narsis minta foto, ataupun kerabat dari mereka berdua yang meminta beberapa jepretan foto bersama.
Sejak kejadian dikamar tadi yang berakhir tercyiduk secara langsung. Mereka saling diam, antara malu dan canggung untuk memulai obrolan. Jika biasanya cewek lah yang memulai obrolan kini beda suasana jika dengan Lera.
Lera adalah tipe orang yang disenggol ya nengok, kalo nggak disenggol juga nggak nengok. Diajak ngomong ya jawab, nggak diajak omong ya diem aja. Maupun itu berhari-hari ia tak perduli, hanya saat yang benar-benar darurat saja bibirnya akan mulai terbuka dan memulai obrolan atau pertanyaan.
Manusia mana yang akan betah hidup dengan Lera jika anak itu sedingin kulkas tiga puluh tujuh pintu. Emang ada pintu kulkas sebanyak itu?
Dito melirik Lera. "Ra"
Lera menoleh, ia mengangkat kedua alisnya.
"Duduk aja kalo capek." ujar Dito.
"Emang boleh?"
Dito mengangguk, Lera kini sudah duduk nyaman. Beralih ke Dito yang berjalan turun mengambil minuman dingin yang tersedia.
Selesai itu Dito kembali menghampiri Lera dan duduk disebelahnya. "Minum dulu, saya tau kamu haus" ujarnya sembari menyerahkan minuman dingin tadi, tak lupa juga dengan sedotan putih yang berada didalam gelas tinggi tersebut.
Entahlah Dito mendapatkan sedotan itu dari mana, yang penting dengan sedotan itu Lera lebih mudah untuk minum, gaun putihnya pun tak akan terkena tumpahan minuman itu.
"Lera menerimanya. "Makasi."
Hampir saja sedotan itu mampir dimulut Lera tapi ia jauhkan lagi dari mulut. "Om nggak minum?"
Dito menggeleng. "Kamu aja saya nggak haus." ucap Dito sembari tersenyum.
Kurang baik gimana jadi laki-laki, udah diambilin minum, sabar, ganteng, mapan, tajir lagi. Tapi tak tau kenapa di mata seorang Alera, Dito hanyalah polisi tengil yang suka menilang.
Pukul 22.40 WIB
Acara resepsi belum selesai karna para kerabat jauh dan teman-teman orang tua Lera dan Dito masih berkumpul. Mata Lera sudah tak bisa ditoleran, entah kenapa biasanya ia yang setiap hari begadang hingga pagi kini baru jam sebelas malam kurang terasa sangat kantuk. Mungkin itu efek kelelahan atau bosan,karna sedari tadi hanya duduk diam.
Mata Lera sudah merah, sejak tadi ia sudah melek merem untuk menahan matanya tak tertutup sempurna.
"Ayo." ajak Dito.
Lera mendongak menatap Dito yang sudah berdiri disampingnya.
"Kemana?"
"Ke kamar, bentar lagi acaranya selesai. Tamunya juga tinggal kerabat sama temen papa, jadi kita kekamar aja." ujar Dito.
Lera terdiam sejenak, ia menatap sekeliling lalu mengangguk dan berjalan beriringan dengan Dito menuju kamar.
Sampai diruang tengah ia bertemu dengan Eva, rupanya belum pulang anak itu. Tapi tak apa juga, orang tua anak itu juga masih disini. "Yang semangat ya Ra, olahraganya abis ini." bisik Eva.
Lera mengerutkan keningnya. "Olahraga?"
Eva mengangguk antusias dan tersenyum lebar. "Iya. Pokonya semangat." ucap Eva sembari tersenyum misterius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Polgan [TAMAT]
Fiksi UmumMARI HALUU(๑¯◡¯๑) ~~~~ Follow my account Okay! [CERITA INI HANYA UNTUK UMUR DELAPAN BELAS KEATAS] Karna akan mengandung unsur kata-kata yang kurang pantas diucapkan dibawah umur Pernah nggak ditilang sama polisi ganteng, masih muda, murah senyum, ng...