5 - Mimpi

5.8K 665 50
                                    

Sarada melenguh dalam tidur. Matanya terbuka perlahan, menyesuaikan cahaya yang malu-malu masuk melalui celah tirai jendela. Lalu, melihat kondisi.

Sudah pagi.

Kondisinya masih sama seperti sebelum terlelap dalam mimpi. Di kamar Itachi dan tidur bersama pemilik kamar.

Sekarang Sarada bisa melihat ketampanan pamannya. Keturunan Uchiha tidak ada obat.

"Ung... Paman?" Tidak ada jawaban. Sarada mencoba kembali, "Paman, sudah pagi."

"Hn."

Sarada mencebik bibirnya kesal. Hn, hn, hn, dan hn. Apa tidak ada bahasa lain?

"Jangan menampilkan wajah seperti itu." Itachi bangkit, mengambil karet kucir. "Salad ingin apa?" tanya Itachi sembari menata rambutnya.

Sarada ikut bangun, terduduk di tengah-tengah ranjang. Serasa mimpi ia tidur bersama pamannya. Tidur bersama papanya saja tidak pernah.

"Sudah pagi. Salad lapar," ujar Sarada masih cemberut.

"Ingin onigiri?" tawar Itachi bila Sarsda minat. Setahunya Sarada menyukai onigari.

Sarada menggeleng lucu. "Tidak, tidak. Jangan onigiri. Yang lain saja."

"Yang lain?" ulang Itachi kehabisan ide makanan untuk Sarada.

"Iya, yang lain, Paman!" seru Sarada gemas. "Apapun tapi jangan tomat. Salad tidak suka tomat!" Sarada menggeleng sebagai bentuk penolakan terhadap buah kesukaan Uchiha Sasuke.

"Baiklah, mari bersiap."

-

Mentari bersinar berseri-seri layaknya senyuman lebar Sarada. Berada di gendongan Itachi, berjalan menuju desa terdekat untuk sarapan.

Biasanya Sarada akan memakan sarapan buatan mamanya, sekarang diganti makan di kedai bersama pamannya. Bagi Sarada, yang manapun tak masalah, andai itu bersama orang tercinta.

"Paman, kita akan sarapan apa?" Diam, lagi-lagi pertanyaan Sarada diacuhkan.

Itachi masuk ke kedai makanan sekitar. Mendudukkan Sarada di kursi sebelahnya, kemudian memesan makanan.

"Paman!" panggil Sarada berusaha menarik atensi Itachi.

"Hn?"

"Kapan Salad akan bertemu Papa?" tanya Sarada antusias. Itachi berkata jika ia akan bertemu papanya—lebih tepatnya menjemput.

"Nanti akan bertemu," singkat Itachi.

"Paman bisa memasak?" Itachi mengangguk mengiyakan. "Lalu, kenapa kita repot-repot ke kedai?"

"Tidak ada dapur di markas," balas Itachi.

Sarada memangut. Benar, tidak ada dapur di markas. Hanya kamar sesuai jumlah anggota dengan banyak bebatuan di luar. Salah satu markas Akatsuki berada di salah satu goa entah dimana tempatnya.

"Kenapa tidak membuat dapur?" Sarada kembali bertanya dengan rasa penasaran tinggi.

Itu karena Kakuzu pelit. Ingin sekali Itachi mengatakannya. Kenyataan, Kakuzu tidak akan memberikan uang kepada anggota tanpa alasan yang benar-benar jelas. Bahkan jika punya alasan pun tidak akan diberi—karena pelit.

"Tidak punya uang," balas Itachi lagi.

"Tapi kemarin orang menyeramkan itu membawa segepok uang," bantah Sarada dengan polosnya.

Itachi menyerah. Melawan anak sepolos Sarada tidak akan ada habisnya.

"Makanan sudah datang," celetuk Itachi mengganti topik.

SARADA Goes To THE PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang