mulai!
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Ruang tamu di rumah pasangan umur lima bulan ini tergolong luas karena ruang tamu dan ruang keluarga disatukan. Alasannya karena tamu yang datang biasanya adalah teman dekat keduanya atau keluarga, sehingga tidak perlu ada sekat antara tamu dan keluarga. Selain itu menurut Jaemin, penggabungan ruang tamu dan ruang keluarga cukup trendi akhir-akhir ini. Terdapat sofa super panjang berwarna hitam dan dua single sofa dengan meja berwarna light grey didepannya. Juga tv yang ukurannya tidak kecil serta hiasan dinding yang kebanyakan adalah foto pemilik rumah itu sendiri.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Sayangnya ruangan tersebut terasa begitu dingin, tidak pernah keduanya bercengkerama bersama atau sekedar menonton series atau apapun itu di televisi tersebut. Ruang keluarga itu seperti kehilangan fungsi. Hubungan keduanya begitu dingin hingga membuat atmosfer rumah ikut dingin. Tapi tidak untuk siang (menuju sore) ini, sepasang suami-suami itu sedang duduk di sana bersama ayah dan bunda Jaemin, Siwon dan Yoona. Keduanya datang sekitar tiga jam yang lalu. Setelah makan siang bersama dan istirahat sejenak, keempatnya kini duduk bercengkerama ditemani teh dan beberapa kue kering yang Jaemin beli di toko kue langganannya kemarin.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Tetapi justru bukan suasana hangat yang tercipta malahan panas. Bunda ingin mengubah rencana yang sudah dibuat jauh-jauh hari dan nampaknya Jaemin tidak bisa menerima. Debat pasangan ibu dan anak ini tergolong wajar, setidaknya menurut Siwon. Tapi tidak dengan Jeno. Jeno duduk disebelah Jaemin yang terlihat kesal dengan bundanya, hawanya panas. Berbeda dengan Jaemin yang suka tersenyum dan tertawa sampai giginya kering.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Bunda, terlalu cepat membangun pusat seni. Kita butuh persiapan yang matang," ujar Jaemin, menyangkal gagasan sang ibunda tentang membangun pusat seni alih-alih gedung opera.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Tapi kita justru menghemat biaya. Kamu juga bisa mengadakan exhibition di sana daripada menyewa ditempat lain," sangkal bunda. Jaemin menghela napas karena ibunya yang keras kepala. Tidak sadar diri kalau dirinya tidak jauh keras kepala dari sang bunda.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Memang bunda siap mengelola pusat seni? Bunda aja nggak tertarik dengan bisnis. Nana nggak mau ya kalau disuruh handel nanti. Nana juga sibuk mau launching wedding organizer," kata Jaemin dengan nada kesal, sedikit. Tangannya bersedekap dan bibirnya mengerucut.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Ayah tertawa melihat tingkah anaknya, rindu dengan sikap kekanakan anak pertamanya. "Ini yang udah nikah? Masih ngambekan kaya gini? Nggak malu sama suami kamu, na?"
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jeno hanya tersenyum saat mendengar ucapan dari ayah mertuanya. Sejujurnya ini kali pertama melihat suaminya ngambek.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Ih ayah! Bunda tuh mendadak banget mau ngubah rencana. Emang bikin pusat seni gampang apa. Lagian lahan buat bangun pusat seni tuh luas, bun."
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Ya karna dari itu, ayah kamu dapet lahannya tiga kali lebih luas dari yang kita rencanain. Daripada bikin gedung opera kan mending bikin pusat seni sekalian. Lagipula ada Jeno yang bisa bantu ngehandel kalau kamu nggak sanggup sendiran. Kedepannya juga bisa kamu kasih ke cucu bunda," jelas sang Bunda masih kekeuh.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Emang cucu bunda siapa?" tanya Jaemin bingung.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Ya anak kamu nanti lah. Emang kamu nggak ada niat punya anak? Nggak mau punya anak? Keenakan ya berasa pacaran terus sama Jeno"
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jaemin membelalakkan matanya mendengar ucapan Bunda yang sedikit ngawur. Menggigit pipi bagian dalamnya karena malu.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Ih bunda apasih kok main ngomongin anak," sanggah Jaemin kesal. Telinganya memerah karena malu. Duh, Jaemin jadi deg-degan sendiri. Takut suaminya nggak nyaman. Sedangkan Jeno sendiri hanya diam saja, tidak tau mau menanggapi seperti apa.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Ck, yaudah jadinya gimana. Bunda sih maunya bangun pusat seni sekalian. Lahan udah ada, ayah juga siap bantu bangun. Bisa buat pentas opera atau pentas musikal. Kamu juga bisa bikin exhibition sendiri disitu, kalau dipikir-pikir lebih efektif dan efisien," ujar Bunda ngotot.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Ayah juga setuju aja sih sama ide Bunda," timpal sang ayah yang dari tadi lebih suka menonton drama ibu dan anak didepannya dari tadi.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jaemin menghela napas sebelum menjawab, "oke katakan membangun pusat seni lebih efektif dan efisien. Tapi disini yang bertanggung jawab adalah nana dan bunda. Sedangkan akhir-akhir ini nana sudah dikontrak menjadi fotografer utama di majalah fashion. Ditambah lagi studio sedang banyak klien. Dan persiapan peluncuran wedding organizer nana sudah mencapai lima puluh persen. Nana nggak yakin nana sanggup," jelas Nana dengan nada frustasi. Pekerjaannya sangat menumpuk akhir-akhir ini, ditambah pekerjaan rumah yang ia kerjakan sendiri. Akibatnya nana kurang istirahat dan terlalu banyak mengkonsumsi kopi. Pola hidupnya agak berantakan dan ia takut kalau-kalau ia jatuh sakit.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jeno yang pertama kali melihat sisi lain dari pasangannya (setiap harinya nana hanya menunjukkan sifat ceria dan sabar dihadapannya) agak terkejut. Jeno pun berinisiatif menengahi debat ibu dan anak itu.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Begini saja, kalau bunda memang ingin membangun pusat seni daripada gedung opera, Jeno akan membantu sebisa mungkin. Kebetulan proyek perusahaan baru saja selesai jadi akhir-akhir ini agak lenggang. Nana biar fokus menyelesaikan persiapan wedding organizer, kalau sudah peluncuran baru nana fokus ke pusat seni. Bagaimana?"
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Siwon tersenyum bangga mendengar ucapan menantunya. "Memang tidak salah pilih menantu," jawab Siwon (yang menurut Nana tidak nyambung).
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
"Nah, bunda setuju dengan usulan Jeno."
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jaemin berbalik dan menatap Jeno tepat dimatanya. Sejujurnya dia tidak ingin melibatkan Jeno dalam urusan ini. Jeno sendiri membalas tatapan Jaemin dan tersenyum kecil, berusaha meyakinkan. Jaemin agak terkejut, senyuman Jeno, entah kapan terakhir kali Jaemin melihatnya. Jaemin (sekali lagi) membuang napasnya. Mau tidak mau dia mengangguk, menyetujui usulan Jeno walaupun sedikit tidak ikhlas. Meraih cangkir tehnya, Jaemin menyeruput teh sambil bersandar di sofa, berusaha mengurangi pening karena lelah berdebat dengan Bunda.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀🖋️
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Jangan lupa tinggalkan jejak! <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Peony (+ Nomin)
FanfictionJaemin ingat betul di hari pernikahnnya waktu itu, bunda memberikan sebuket bunga peony merah muda. Saat Jaemin tanya kenapa peony merah muda, bunda menjawab karena ia ingin pernikahan yang bahagia sampai keduanya terpisahkan oleh maut. Tetapi Jaemi...