KECELAKAAN PESAWAT

Part 1

"Tiketnya udah dapet, Mas?" tanyaku berbisik pada lelaki tampan di depanku. Saat itu kami berada di sebuah restoran mewah di lantai atas yang masih sepi.

Sudah enam bulan ini aku menjalin hubungan dengan dia. Ketampanannya sungguh membuatku tak berkutik saat dia menyatakan cinta. Sebenarnya bukan hanya itu. Dia memiliki segudang kelebihan dibanding lelaki lain yang sempat dekat denganku. Yang paling membuatku kesengsem tentu saja adalah hartanya. Siapa yang tak kenal Sam Suryadi di kota ini? Lelaki dalam deretan sepuluh besar orang terkaya.

Menjadi kekasihnya bukan tak memiliki konsekwensi. Betapa tidak, dia sudah memiliki istri dengan empat anak manis yang mulai beranjak remaja. Istrinya, seorang mantan pramugari, tentu saja termasuk dalam jajaran sosialita yang ternama. Kecantikan dan keanggunannya tak bisa disangsikan.

Namun toh Mas Sam bisa jatuh cinta padaku. Itu artinya ada sesuatu yang menarik yang bisa membuatnya tak ingin berpisah denganku. Walaupun kecantikanku barangkali masih di bawah level istrinya, setidaknya aku memiliki kulit yang lebih terang dan tentu saja usia yang jauh lebih muda. Aku jauh lebih 'fresh'.

Aku dan Mas Sam harus menjalani hubungan gelap agar tak ada orang yang curiga. Mas Sam sudah wanti-wanti agar aku tak sampai menyebar luaskan hubunganku dengannya. Bila tidak, jangan harap mobil BMW yang dia janjikan akan menjadi milikku.

"Tenang aja, Sayang. Tiket ke Hawaii udah Mas pesan," balas Sam sambil memamerkan dua buah pesanan tiket yang tersimpan di ponsel pintar miliknya.

"Aku udah nggak sabar, Mas. Aku belum pernah ke sana. Ini akan menjadi pengalaman pertamaku terbang bersamamu," ujarku sambil bergelayut manja.

Sam tertawa renyah. Tangannya menarik hidungku yang katanya bangir. Aku sendiri tak tahu kategori bangir yang dia katakan itu seperti apa. Yang jelas pasti bukan mengacu pada kata mancung. Karena aku tahu diri bahwa bila dibandingkan dengan istrinya, hidungku ini apalah.