Pasar BurningHall, 1920.Semilir angin membaur dengan kepulan asap asap pabrik, anak anak berlarian ke sana ke mari di jalanan yang becek, sesekali terlihat mobil bentley hitam lalu lalang, bagai suasana reinesans pasca revolusi.
Tidak ada mode pakaian di masa ini, para pemuda memakai jas dan mantel hitam ala pria inggris. Para wanita lebih bebas, berpakaian seperti bangsawan eropa atau memakai kimono dari negeri seberang.
Yang dimaksud pria dan wanita disini bukan hanya manusia, tapi juga genderuwo, elf, kurcaci, bahkan sesekali centaur terlihat berjalan dengan empat kaik kudanya sambil membaca koran.Inilah Burninghall, distrik industri di Kerajaan Valoresia. Tempat yang dulunya benteng pertahanan dari musuh kini berubah jadi diaspora para veteran dari segala penjuru benua.
Di suatu rumah sewa di ujung pasar, ketegangan naik di kesunyian.
Pemuda tampan bermantel hitam masuk ke dalam, lalu menatap lamat lamat sekeliling dan melirik singkat si pemilik rumah sewa yang sudah gugup keringat dingin menunggunya datang.
"E - eh, Tuan Richard, seperti yang sudah saya bilang kemarin. Ka-Kamar itu sudah berpenghuni."
"Boleh kulihat ke atas?" Ucap pemuda itu dengan serak, dingin, dan datar.
"Tentu saja, Tuan, te-ntu saja!"
Mereka berdua berjalan menaiki tangga dari kayu jati sampai ke lantai dua. Kemudian pemuda itu menunjuk sebuah kamar di tengah lorong, si pemilik rumah sewa mengangguk canggung. Lalu pemuda tampan itu berjalan pelan dan menatap lamat lamat kamar tua itu.
"Terlalu mahal untuk 6 ribu Reed per bulan. Kau menyewakan kamar ini ke keluarga Anderson hanya seharga 4,5 ribu" kata pemuda dengan suara berat.
"Tuan Richard, pemilik kamar ini yang dulu sering menggunakan mesin jahit, tagihan listrik seluruh gedung menjadi bertambah banyak aku ... ." Ucap si Pemilik Rumah Sewa terpotong.
"Kurcaci tua yang malang itu sudah tinggal disini selama sepuluh tahun, suaminya meninggal beberapa bulan yang lalu. Dia wanita yang tegar, harus menghidupi dirinya sendiri meski tubuhnya kecil dan berusia lanjut. Apakah kau tidak merasa tersentuh, Thomas?"
Ucap si pemuda yang masih tidak melirik ke pemilik rumah."Tuan Richard, kalau aku bisa bantu mencarikan tempat tinggal yang baru."
"Sepuluh tahun Thomas, pasti ada kenangan masa tua suaminya disini. Mereka orang baik, selalu menyumbang beberapa pakaian jahitannya setiap minggu. "
"Tapi Tuan Richard, aku sudah menyewakannya ke keluarga Anderson."
Pemuda itu akhirnya melirik tajam mata si pemilik rumah, mata hijau zamrudnya menelisik ke dalam jiwa setiap lawan bicaranya, lalu dia berjalan mendekat perlahan.
"Saat di rumah ini, Apakah kau sering menyapanya, Thomas?"
"Ti-tidak."
"Kau tahu namanya?"
"I-iya, dia Mary, Nyonya Mary Boswell."
"Kau tidak merasa manusia itu superior daripada mahluk lain, Thomas? Kau seorang rasis?"
"Tidak! Ah-ha, mereka membayar harga yang sama. Ma-maksudku mendapat hak yang sama, lagipula itu prinsip kuno, tidak ada yang menganut hal semacam itu lagi sekarang. Benarkan Tuan?"
"Bagus, aku mau kau menyapa Nyonya Mary Boswell dengan hati yang tulus setiap pagi saat dia mengambil benang rajutnya di lantai bawah, kau mengerti?."
"Ta- Ta -"
"4 ribu Reed, akan kuberi kau 2,5 ribu untuk listriknya."
"Tuan Ri-Richard, kumohon."
Pemuda itu mengeluarkan beberapa lembar uang Reed dari saku mantelnya lalu berkata.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAR FELLAS (Kawan Perang)
FantasyPasca Perang Naga Agung. Manusia, Elf, Genderuwo dan mahluk mitologi lainnya hidup damai berdampingan di Kerajaan Valoresia . Sampai suatu ketika gulungan rahasia yang berisi tentang kebenaran dunia hilang dari istana. Richard Pearson, seorang veter...