1/2

12.7K 1.4K 40
                                    

I Love You're Doing That

Juita tak mengerti kenapa dia harus selalu menuruti Gerka yang memiliki banyak ambisi. Pria dengan banyak ambisi biasanya akan memikirkan diri mereka sendiri, bukan? Dan itu akan membuat Juita dalam posisi bahaya. Namun, kembali lagi pada kejelasan hubungan mereka yang hanya digunakan untuk bersenang-senang, bukan sebagai ajang serius. Untuk apa memikirkan bagian diri Gerka yang pelik akan ambisi?

"Seneng, ya?" tanya Gerka dengan sarkas.

Juita menghentikan aksinya untuk berganti pakaian. Tangannya yang baru menyentuh kancing kemeja paling atas terhenti. Ia menoleh, melihat Gerka yang duduk di pinggir ranjang sembari menatapnya. Pria itu menopang tubuh dengan kedua tangan di belakang. Kentara sekali memancing perdebatan.

"Kalo kamu bahas soal Pranayoga, aku nggak bisa jawab."

Mereka sama-sama tahu, mana yang harus dicampuri dan mana yang tak perlu diurusi. Namun, hubungan yang terlampau dekat membuat keduanya suka sekali menyinggung problema yang diketahui. Entah itu sengaja atau tidak.

"Apa maksudnya? Kamu pikir kamu anak-anak? Kenapa kamu nggak bisa menjawab pertanyaan semudah itu? Kamu seneng atau nggak? Dengan ketawa bareng sama laki-laki semacam Prana itu."

"Erka, stop. Kita di sini bukan untuk sibuk berdebat soal orang lain, kan?"

Meski sama-sama lelah bekerja dan berpesta, baik Gerka maupun Juita tidak bisa menghentikan diri mereka untuk terus berkegiatan.

"Awalnya aku memang nggak mau bertengkar, tapi kamu sangat keterlaluan. Dua tahun bukan waktu yang singkat buatku bertahan monogami sama kamu. Dan sekarang kamu mulai bertindak kejauhan. Apa kamu berniat berhenti, Ta?"

Juita memilih mengabaikan ucapan Gerka yang semakin kacau. Ia mengganti pakaian kerja dengan kaus besar dan nyaman milik pria itu. Menggantung pakaiannya sendiri dengan rapi karena besok, Juita pasti telat ke kantor. Meski sistem produksi tak jelas, tapi kru terbiasa datang lebih pagi dari atasan. Karena malam ini Juita menghabiskan malam dengan atasan mereka, maka Gerka akan datang ke kantor lebih lambat dari Juita.

"Aku mau bilang ke kamu, Ka. Besok kayaknya aku nggak bisa datang ke pengajian mama kamu," ucap Juita yang sudah paham untuk duduk di atas pangkuan Gerka.

"Kenapa? Mau ketemuan sama Prana?" tuduh pria itu.

"Ada acara di panti, aku dikabari bunda lewat nomor satunya."

Juita memiliki tiga ponsel. Yang satu, untuk mobilitas pekerjaan. Lainnya, ponsel yang jarang dia buka jika sewaktu-waktu ponsel utamanya mati dan dalam kondisi darurat, dan satu ponsel yang hanya bisa menerima telepon serta pesan singkat saja. Ibu panti lebih sering menghubungi lewat pesan singkat di ponsel jadul milik Juita.

Gerka menatap Juita tanpa mengatakan apa-apa. Mungkin akan lebih baik jika mereka melakukannya saja. Pada intinya. Maka dari itu Juita merunduk dan berusaha mencium bibir Gerka. Namun, pria itu menghindar.

"Ta, aku nggak suka kamu mencampur aduk hubungan ini dengan membawa pria lain."

"Aku memang nggak akan melibatkan Prana lebih jauh. Tapi aku masih bisa ngobrol seperti kamu menanggapi perempuan-perempuan yang menarik perhatian kamu tadi, kan?"

Tahu jika dirinya sedang diuji melalui pertanyaan itu, Gerka membalik posisi hingga sekarang Juita berada di bawahnya.

"Aku ngobrol sama mereka untuk nggak dibilang sombong," balas Gerka sembari mengecup leher Juita.

"Kalo gitu jawabanku juga sama soal Prana. Aku nggak mau dibilang sombong."

Karena gemas dan kesal yang berada dalam jalur yang sama buruknya, Gerka sengaja memberikan tanda merah di leher Juita. Tak peduli bahwa perempuan itu sudah memberi peraturan bahwa tak boleh memberi 'tanda' di tempat yang memungkinkan dilihat orang lain.

"Erka!" seru Juita marah. "Berhenti di sini! Aku nggak suka cara kamu—"

Gerka tak memberikan apa yang perempuan itu mau. Mereka bisa saja menjadi gegabah, tapi ketetapan yang dilakukan sejak awal adalah mutlak. Sayang, malam ini Gerka terlalu cemburu untuk membiarkan Juita didekati oleh Pranayoga yang sengaja menyulut api.

"Aku nggak suka cara kamu—"

"Aku juga nggak suka kamu meladeni Prana. Kita impas. Kasih aku tanda yang sama juga, kalo kamu ngerasa harus imbang."

Juita terdiam. Dia tahu bahwa Gerka menunjukkan kecemburuannya. Sayangnya mereka tak bisa melakukan apa-apa selain menjadi teman berbagi di ranjang saja.

Gerka menyentuh wajah pasangannya. Membalas tatapan dalam Juita padanya. It's a lot of meaning. Mereka tahu apa yang diinginkan, tapi tak akan mereka raih.

Ciuman membabi buta itu akhirnya datang. Gerka sengaja melakukannya lebih keras karena rasa kesalnya yang diluapkan. Juita menerima dan membalasnya dengan baik. Membiarkan tubuhnya dijamah dengan baik oleh pasangannya itu. Pasangan di ranjang.

Mulut Gerka terus bergulir cantik, membasahi sisi tubuh Juita. Menggelitik jiwa penuh gairah yang meronta mengisi kebodohan mereka. Sudah tahu akan terluka, tapi tetap saja melebur menjadi satu jiwa.

Ketika semua kesempatan terbuka, bahkan licinnya tubuh Juita terasa. Gerka menenggelamkan wajahnya di ceruk antara bahu dan leher perempuan itu. Mengeluh nikmat ketika penyatuannya mulai berhasil. Juita mencari pegangan apa saja yang bisa dirinya raih, menantang mata Gerka ketika mereka bertemu. Meski tak bisa diam karena gerakan konstan pria di atasnya, Juita bisa mengunci manik mereka.

"Spektrum warna," desau Gerka ditengah hujaman pelan menuju kerasnya. Sedikit keras, lalu memelan. Sangat pelan, lalu menghujamkan diri begitu dalam dan luar biasa.

"Hah... apa?" sahut Juita berusaha waras meski matanya saja sudah mulai terpejam dan membuka layu.

Gerka tak menjawabnya. Nanti Juita akan paham sendiri, bahwa Gerka menjawab dengan tepat warna mata yang Juita miliki. Nama warna mata yang tidak bisa disebutkan oleh Prana tadi. Ya, Gerka mendengarnya. Memperhatikan setiap obrolan mereka, bahkan untuk setiap tawa kecil yang Juita berikan pada Pranayoga.

[Kalo ada yang mau beli I LOVE YOU'RE DOING THAT season 1 secara paketan di KK, aku udah buatkan, ya. Nanti kalo dah beli paket gak perlu beli satuan lagi buat ILYDT season 1 sampe extra part-nya. Buat season 2 belum aku buat karena belum mulai ditulis juga. Happy reading :)]

I Love You're Doing That [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang