Bucky memandang Steve yang tertidur jelas ia mabuk ia dapat mencium alkohol bahkan dari posisinya yang terduduk di pojok tanpa sehelai benang pun meringkuk ia tidak mengenal sosok itu, perlahan dan hati ia bangkit rasa sakit dibokong nya kalah dengan sakit di hati.
Steve terbangun dengan sakit dikepala ia memandang sekitar ini bukan kamarnya namun kamar Bucky pintu almari terbuka setengah dan setengah pakaian sudah tidak ada ia bangkit dan berlari ke pintu depan Bucky masuk ke dalam taksi ia ingin mengejar sial ia lupa dimana menyimpan kunci motornya.
Ia sudah mencari kemana mana hingga ia meminta bantuan Tony dengan apa peralatan yanga ia punya.
"Aku sudah mencarinya dimana mana beberapa bulan ini namun belum aku temukan Tony"
"Apa yang sebenarnya terjadi pada kalian sampai kalian bertengkar seperti ini?"
Steve diam saja ia tidak mau menjawab Tony memgingat apa yang sudah ia lakukan pada Bucky ia mabuk namun i mengingatnya.
Iris biru terlihat lagi lagi ia ketiduran tubuhnya terasa lelah dan berat ia bangun perlahan dan terduduk melihat jam rupanya sudah hampir malam, Bucky tinggal sendiri jauh dari kota ia menyentuh perut besarnya.
"Kau lapar ya, ayo makan"
Ia tersenyum dan bangkit berjalan kedapur menyiapkan makan malam, Bucky menyentuh perutnya ia kembali merasakan sakit namun biasanya akan segera reda.
Makanannya tersisa ia kehilangan selera ia mendengar pintu diketuk pelan pelan berjalan memegang perutnya dan membuka pintu Bucky membeku dipintu ia hendak menutup namun ditahan.
"Pergi kalian ish"
"Kau sangat egois Bucky tidakkah sedikit bersabar dan mendengar permintaan maafku?"
Bucky tersudut dan terdiam, Tony dan Steve masuk kedalam mendudukan Bucky dikursi Steve berjongkok mengusap perut besar Bucky membuat Bucky membuang mukanya.
"Berapa bulan Bucky?"
"Lima"
Tony hanya terdiam ia lebih memilih tidak ikut campur.
"Ayo pulang Bucky, kita mengurus dan membesarkannya bersama"
Bucky masih memalingkan wajahnya
"Aku tidak mau"
"Bucky kumohon sekali ini jangan keras kepala, lakukan ini demi anak kita"
Bucky memandang Steve akhirnya ia menurut.
"Baiklah"
Bucky bangkit ia membawa barang seperlunya dibantu Tony dan Steve.
Ia memandang rumah mereka tampak sangat kacau kemudian memandang Steve marah
"Tidak bisakah kau mengurus ini sendiri kau mantan prajurit seharusnya kau bisa bersih bersih sendiri Steve"
Steve menggaruk belakang lehernya ia merasa kikuk
"Maaf"
"Kau bersihkan sendiri kau lihat aku ini ulahmu kau tahu aku sangat lelah"
"Besok ya?"
"Baiklah"
Steve heran Bucky jadi cerewet marah marah namun benar juga namun ia terlalu fokus mencari Bucky, namun paginya rumah sudah bersih dan sarapan tersaji di meja makan namun Steve menemukan Bucky terduduk bersandar disofa memegang perutnya.
"Bucky, ada apa .... kau kelelahan seharusnya biar aku saja"
Bucky membuka matanya memadang Steve yang duduk disampingnya
"Aku tidak percaya padamu, Steve"
"Bucky kau tidak boleh terlalu lelah aku mengajakmu pulang aku ingin mengurusmu dan anak kita"
"Bukan ingin menikahiku kan?"
Steve tertohok ia belum berniat menikahi Bucky
"Maafkan aku Bucky aku belum berencana menikahimu, namun aku mencintaimu Bucky aku seperti orang gila saat kau pergi"
"Aku akan menunggu"
Bucky bangkit ia hendak kekamar tangannya di pegang Steve
"Sarapan sama sama aku akan melayanimu"
Bucky memutar matanya malas ia benci istilah manja karena ia bukan orang manja, Bucky duduk dihadapan Steve dan Steve menyuapinya membereskan bekas sarapan bahkan mencuci.
Sampai bayi mereka lahir Steve tidak juga ada tanda tanda ia akan menikahi Bucky dan Bucky menyerah ia kecewa.
Steve mendekati Bucky yang melamun akhir akhir ini ia merasa Bucky lebih pendiam bahkan mulai menghindar darinya Steve memeluknya dari belakang memciumi nya
"Steve, pergilah kau tidak perlu melakukan ini semua atau.... aku saja yang pergi aku tidak tahu aku ini siapa untukmu"
Steve membalikkan tubuh Bucky dan Bucky menghindari pandangannya kepada Steve.
"Bucky kesalahan apa yang aku lakukan kenapa kau menanyakan pertanyaan itu?"
Bucky mendengus tersenyum miris ia memandang Steve
"Steve, kita tidak bisa seperti ini selamanya dan kah juga tidak ingin menikahiku aku tahu dan aku tidak bodoh"
Bucky bangkit ia mengemasi barangnya ia memandang Steve
"Aku sudah tidak menaruh harapan padamu, kau bisa menemui anakmu kapan saja kau inginkan"
"Bucky jangan pergi dariku"
Bucky mengambil bayinya yang terlelap hati hati
"Maaf, aku tidak mau menunggu selamanya aku bukan orang yang sabar Steve, kau tahu dimana akan menemuiku"
Bucky mengangkat tasnya berjalan kegarasi ia menghembuskan nafas apa yang ia harapkan lagi ia menarik parasut yang menutup sepeda motor sudah lama sekali ia tidak menggunakannya.
"Aku mencintaimu Steve"
Steve memegang tangan Bucky dan menciumnya.
"aku juga Bucky, aku akan sering mengunjungi kalian"
Steve mencium bayi mereka, Bucky memindahkan bayinya ke dalam gendongan ia menoleh kepada Steve.
"Jaga dirimu baik baik Steve, jangan lakukan kesalahan yang sama"
Sepeda motor dinyalakan dan mulai berjalan menjauh pergi Steve menyesali keegoisannya ia tidak siap menikah dengan Bucky.
End