Manifesto

4 0 0
                                    

Manifesto Parasut

Seperti halnya layang-layang

Yang memainkan angin

Begitu pula parasut

Yang terkembang menoreh asa

Yang tertuang dalam

manifesto

           Gang Parasut nama kelompok kecil yang berisi para kurcaci cilik yang bersekolah di SD Wukirsari Jogjakarta. Sebuah sekolah desa yang terletak 20 kilometer jauhnya dari kota Jogjakarta. Meskipun kami bersekolah di desa,  tapi semangat untuk mencari ilmu tak pernah luntur. Dan saat pulang sekolah adalah saat terasyik untuk berkumpul mencari ilmu dan bermain apa saja di luar sekolah.  Di teras masjid, di tanah lapang atau juga di gubug tepi sawah. Semua tempat menjadi menarik untuk bermain dan berdiskusi.  

           Begitu pula selepas mengaji di masjid, jiwa-jiwa kecil ini beralih ke tumpukan buku-buku pelajaran. Bersama uztadz Zhafir, kami belajar berbagai hal. Sains, matematika dan bahasa arab salah satunya. Gang parasut selalu antusias menyimak penuturan uztadz zhafir. Dan pada diri kami, tertanam tekad untuk selalu selangkah lebih maju dari yang lain. Adalah Satrio, Permadi, Cakra, Muna dan aku yang memproklamirkan diri dalam sebuah parasut. Obsesi dari keinginan melayang dan berselancar  di udara melihat keindahan panorama alam Indonesia yang indah. Kami sadar, sebagai anak desa di pelosok tanah Jogjakarta tak punya kemampuan melihat indahnya tempat lain. Hanya mampu bermimpi dan berangan terbang seperti parasut. Namun kita tak ingin bermimpi tanpa berjuang.  

           Semua ini tak lepas dari kedermawanan Ciara. Kakak Cakra yang bekerja sebagai jurnalis stasiun TV local kota Jogja. Dialah juga yang membuka mata hati gang parasut untuk menemukan cara paling unik untuk bermimpi dan menuliskannya dalam sebuah manifesto. Awalnya tak sengaja Ciara menguping pembicaraan gang parasut yang tengah merencanakan acara tahun baru.

“Seperti yang sudah-sudah, sore ini kita berkumpul untuk merencanakan acara pergantian tahun. Kita mau bikin acara gimana. Kita tiup terompet bareng-bareng di lapangan atau … “pikir cakra sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

           “ Terbangin balon, mungkin seru, kak”kataku tak mau kalah.

           “Terbangin parasut bareng-bareng, gimana”ujar Satrio

           “ Terbangin parasut kan memang setiap tahun selalu kita lakukan”Kata Cakra kesal.

           “Aku itu pengennya sesuatu yang lain yang lebih seru dan berkesan”tambahnya lagi.

                     Ciara muncul saat hendak menghidangkan kue bolu kembang kesukaan adiknya. Melihat kebingungan adiknya, Ciara menyela pembicaraan mereka. Dan berusaha berpikir sejenak ketika dimintai ide oleh adiknya. Ciara yang tengah berpikir serius lantas mendapat ide ketika televise tengah mengiklankan susu formula. Iklan itu menampilkan seorang anak yang tengah berlarian menerbangkan layang-layang. Ciara lalu serta merta memperhatikan itu kembali dan berkata pada adiknya.

“Gimana kalo kalian bikin layang-layang yang gambarnya adalah cita-cita dan keinginan kalian. Lalu cita-cita itu kalian tulis dalam manifesto”.

           “Manifesto?” dahi Cakra berkerut mencerna kata-kata yang barusan ia dengar.

“Manifesto itu adalah catatan tentang sebuah keinginan dan impian. Catat dan Simpanlah buku catatan itu. kelak kalian dewasa nanti kalian akan takjub ketika membuka  buku itu kembali. Lihatlah mungkin impian kalian di masa lalu akan jadi kenyataan” terang Ciara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Manifesto ParasutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang