10 | mimpi buruk

1K 212 34
                                    

Kalian pasti paham kan caranya menghargai seorang penulis? (◕ᴗ◕✿)








•|—|•






Y/N (or Maki) pov'

Aku menguap sangat lebar, seakan semua barang didalam kamar hampir tersedot kedalamnya. Mengusap mata ku dengan brutal, tak elegan sama sekali seperti cewek-cewek di manga romance.

Hal pertama yang kulakukan setelah itu adalah menatap diriku ke cermin. Dengan setengah nyawa alias kesadaran,

"Hehehe, ih gila gua cakep banget kayak Ariana Grande. Gak kaget sih ini kalau nanti si Sunarin demen sama gua sih ini, yaampun hehehe."

Hayo kelakuan siapa nih suka ngehaluin si Suna sampe kejang kejang, ketauan kan lo aowkaowkaowkaowkok.

Aku meraih hp ku, dan melihat bahwa waktu sudah menunjuk angka 7. Iya, terlambat guys:")

Dengan panik aku meraih seragam ku, gak usah mandi karena aku udah sukses. Sukses halu sih.

"Loh sejak kapan seragamnya ganti warna." Aku mengusap mata ku sekali lagi, memastikan bahwa warna yang aku lihat itu salah.

"Apasih, lagi error kali ni mata ya sampe buta warna, bodo lah." Aku tak terlalu peduli dengan warnanya, mungkin nemang lagi error ni mata.

Seperti biasa, aku berangkat dengan sepedaku. Aku menggoyes pedalnya dengna sangat kencang, tentu saja agar cepat sampai tujuan dan bau asem karena belum mandi bisa hilang terhembus angin.

Aku menghentikan gerakan ku mendadak. Mataku terbelalak lebar melihat apa yang ada didepan ku sekarang. Entah harus berkata apa karena ini benar-benar mustahil.

"Kemana Karasuno pergi."

Aku seharusnya sudah sampai didepan gerbang sekolah. Aneh dan benar-benar aneh, bukan sekolah yang ada didepan ku, melainkan sebuah kedai makan kecil milik pak rt.

"Hehehe gak mungkin lah." Aku memejamkan mataku dan mengusapnya sekali lagi. Menggeleng gelengkan kepala ku kiri dan kanan berharap kebodohan ini dapat keluar.

Namun tetap saja, tidak ada yang berubah. Semuanya masih sama, kedai makan itu tidak berubah menjadi sekolah yang seharusnya ku pijakkan.

Aneh, sangat aneh.

Aku bergegas kembali ke rumah, mendobrak pintu seenaknya seperti tukang nagih utang. Andaikan pintu dapat berbicara, mungkin dia sudah ngomel-ngomel.

"ANEH BANGET." Aku berteriak berbarengan dengan membuka pintu kamar. Tubuhku dengan sigap langsung tertidur di atas kasur. Menarik selimut lalu memejamkan mata.

...

"MANA TETEP GAK BERUBAH." Aku membuka tutup buka tutup mataku. Berharap berubah kembali. Namun semuanya sia-sia saja, tidak ada perubahan.

"Gak lucu banget kalo ini prank..." Ucapku dengan terbata-bata.

"GAK LUCU KALO GUA HIDUP LAGI ANJIR, MASA IYA BALIK KE DUNIA GUA." Jerit ku tidak terima dengan kenyataan. Setelah berteriak, aku memejamkan mataku lagi, memegang selimut erat-erat sembari membaca doa makan berulang-ulang.

Aku meraih hp ku, berharap ada nomor siapapun disana. Nama yang pertama kali ku cari adalah Sugawara. Nihil, tidak ada namanya di kontak hp ku. Anggota yang lain juga tidak ada.

Mataku sedikit basah, benar-benar tak terima kenyataan. Aku berlari keluar rumah, menaiki sepedaku. Bodoamat dengan penampilan ku yang berantakan seperti lumpia basah digeprek.

Aku menggoyes sepedaku, kesana kemari. Kaki ku mati rasa karena mendadak dipaksa jadi atlet olahraga sepeda. Tapi tak peduli seberapa lelahnya, tetap saja jiwa wibu ngenes ini menyuruhku untuk menggoyes lebih lama.

Tak terasa matahari mulai tenggelam ke arah barat. Kaki ku sudah di batas kemampuannya. Aku berhenti didepan sebuah vending machine. Hanya vending machine ini yang tetap ditempatnya.

Aku membeli sekaleng minuman, lalu berjongkok disebelah mesinnya. Sudah seperti jomblo yang diputusin sama pacar terindahnya. Bener-bener burik.

Aku menangis sejadi-jadinya. Gak percaya dengan semua yang kualami hari ini.

"Trans tv tolong udahan ngepranknya, gua gak sanggup." Ucapku dengan terisak-isak.

"K-kau tak apa?" Suara lembut terdengar oleh pendengaran ku. Aku kenal dengan suara ini, tanpa sadar aku langsung memeluknya dan menenggelamkan wajahku di dadanya. Memeluknya dengan erat sembari berharap 'semoga beneran suara dia, ampe ternyata bapak bapak gua bakalan nangis lebih kejer.'

"M-maki?" Benar-benar suara miliknya, Kenma. Tangannya memegang pundakku, aku tau dia tidak suka dipeluk seperti ini. Tapi mengalmi kejadian seperti ini membuatku tak ingin melepasnya.

Hingga akhirnya ia menyerah, membiarkan tubuhnya terpeluk olehku. Sedikit canggung, hanya terdengar suara tangisanku yang tak kunjung berhenti.

Aku merasa kepalaku seperti diusap, Kenma mengusap kepalaku pelan. Usapan nya memang terasa canggung, tapi aku tau dia murni melakukannya.

"T-tidak apa." Padahal hanya dua kata, tidak dan apa. Tapi hatiku tersentuh oleh kedua kata itu. Dan semakin memeluknya erat.

Hingga sesosok lelaki tinggi muncul dibelakang Kenma. Kau tau lah siapa dia, jelas Kuroo.

"Loh, Maki-chan?" Suara nya terheran-heran. Ada gadis desa, udah kucel, dekil, kusam, tiba-tiba ada di tengah kota nangis kayak kehilangan sendal di masjid. Siapa yang tidak langsung bertanya-tanya.

"Kok bisa ada di Tokyo?" Kuroo melanjutkan perkataanya. Dan aku tidak menghiraukannya.

Persetan dengan Tokyo, yang penting aku dipeluk sama Kenma.














To be continued




•|—|•

Yey lumayan panjang ya.
Mungkin setelah ini bakalan agak lama update nya, mau rewatch haikyuu dulu '-'

Segini aja, dadah!

Exit | Haikyuu x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang