SUNFLOWER

6 0 0
                                    

Maaf jik ada typo atau kesalahan kata

Happy reading...












.
.
.
.

Sunflower
Latheryun.A

Dia terbangun akibat hujan menerpa jendela dan,saat membuka matanya, ketakutan dengan cahaya abu-abu, karena berfikir ia kembali ke dalam gudang sekolahny yang gelap,jauh ke ruang hampa sama sebagaimana yang dialami Sabrina Chantrea saat berada di sekolah menengah. Setelah batu dan penyekapan malam itu, hari-hari yang mengikuti setelah dirinya terbangun di rumasakit dengan salah satu lengan tidak mampu di gerakan dan tubuh di penuhi memar,dia mendengar komentar dari para dokter dan suster, kunjungan dari polisi dan psikiater, kilatan kamera dan juru foto, jemarinya dipenuhi dengan noda tinta stelah pengecapan sidik jari resmi untuk merekontruksi kejadian malam itu.Namun, setiap kali seseorang menunjukan ruang gelap atau pun ruang sempit kepadanya, pikiranya menjadi kosong,dan jiawanya seperti dalam ketakutan yang mendalam. Selama itu, obat penenang dan emosi tubuhnya menjaga keadaanya dalam kondisi semipingsan yang mencegah munculnya kenangan dari masalalu.

“Bagaimana aku bisa selamat?” dia ingin tahu. Suaranya terdengar aneh. Matthew tersenyum sehingga melembutkan sisi keras wajahnya, lingkaran waktu mengelilingi matanya, dan nada suaranya menjadi lembut. Dia menunjuk pria yang bersandar di dinding. Pria itu tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia hanya menatap Chantrea dengan penasaran, seakan-akan tidak berani mendekat.

“Dia yang membawamu keluar” ujar Matthew. Kemudian menceritakan kepada Chantrea apa yang terjadi setelah kejadian pembully-an yang di alaminya , dia berteriak kesakitan semenit sebelum ia tak sadarkan diri, di bawah lampu sorot yang menerangi jalan, Sam menepikan mobilnya k.e tepi jalan dimana Chantrea tergeletak. Dia membawa wanita itu ke dalam mobilnya, di tengah cipratan air yang di timbulkan oleh hujan. Cahaya mobil menyorot sepanjang jalan raya. Saat Matthew menyampaikan cerita ini, Chantrea menatap Sam yang bersandar di dinding, pria itu tidak mengucapkan sepatah katapun bahkan mengangguk atau melakukan apapun.

“Dia ingin datang bersamaku untuk melihatmu,” ujar Matthew menjelaskan. Chantrea pun menatap wajah pria itu, salah satu polisi di Berlin yang menyelamatkan nyawanya. Dia berpikir harus mengingat pria ini setelahnya. “Terimakasih sudah menolongku,Sabrina Chantrea “ ujar Chantrea , dia mengulurkan tanganya , dan senantiasa menatap wajah pria yang bersandar di dinding. Pria itu menatap wajah Chantrea “ Sam de Vier, senang berkenalan dengan anda nona Sabrina” ujarnya dengan menjabat tangan Chantrea. “ Chantrea, atau Rea. Aku sedikit kurang nyaman dengan seseorang yang memanggil dengan nama depan” ujar Chantrea , pria itu melepas jabatan tangan mereka dan tersenyum , “Semoga kita bisa berteman, nona Chantrea” ujar Sam dengan tersenyum, “ semoga,” balas Chantrea sedikit ragu, percakapan pun berhenti.

Chantrea bukanlah seseorang yang terlalu banyak bercerita, memercayakan kisahnya kepada orang lain. Mengoceh di sana-sini,berkomentar santai tentang ini dan itu. Dia benar-benar menghindari berbicara mengenai masa sekolah menengahnya. Atau bahkan beralama lama memikirkan tentang mereka. Sudah lima tahun tahun beralu sejak kejadian itu, namun , dia bahkan tidak memiliki kenangan indah tetang hal itu, kecuali tentu saja saat dia berhasil keluar dari tempat mengerikan itu. Kadang kadang , kejadian itu menyatu dalam ingatanya, dan dia tidak menyukainya. Seakan akan dia an kembali mengalami masa kelam itu ketika dia mengingatnya.

Chantrea menghabiskan dua tahun terahirnya di pusat kesehatan mental, dia bersikeras menghilangkan traumanya semasa sekolah menengah, dengan begitu dia bisa hidup tanpa bayangan kelabu yang terus menghatuinya. Dia juga bertekad agar tidak ada lagi anak anak dan remaja yang mengalami bullying dan trauma yang mendalam seperti dirinya. Baginya sekarang, membantu seseorang yang sama atau pernah mengalami hal yang sama sepertinya adalah prioritas. Chantrea bahkan merelakan sejumblah uang tabungannya guna membantu mengembangkan pusat kesehatan mental tersebut. Bersama dengan rekan sesama relawanya di pusat kesehatan, dia mendirikan sebuah caffe yang memperkejakan mereka yang tidak memiliki pekerjaan dan tidak berpendidikan. Selain itu Chantrea dan Louis juga mendirikan sebuah taman baca untuk anak anak kurang mampu di kota itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Matcha Blossom seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang